Latest News

Showing posts with label Yesus Kristus. Show all posts
Showing posts with label Yesus Kristus. Show all posts

Saturday, January 4, 2014

Hari Raya Epifani - Penampakan Tuhan (Pelajaran dari Orang Majus)

Kelahiran Yesus Kristus yang menarik perhatian terjadi di bawah bayang-bayang malam yang sunyi, Malam Kudus. Tak ada manusia yang tahu kelahiran-Nya saat itu kecuali Santa Perawan Maria Bunda-Nya, Santo Yosef Pelindung-Nya, dan beberapa gembala yang mengawasi kawanan domba pada malam itu. Tetapi, pada hari ini, Hari Penampakan Tuhan, Orang-orang Majus dipandu oleh sebuah bintang datang dan bersujud menyembah Sang Raja. Mereka mempersembahkan hadiah-hadiah yaitu emas, kemenyan dan mur. Kedatangan Orang Majus menggenapkan apa yang Nabi Yesaya katakan:
Yes 60:5-6 Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN.

Pada hari ini, Tuhan menampakkan diri-Nya kepada seluruh bangsa dan Dia mengundang mereka datang kepada terang-Nya. Orang-orang Majus datang dari iman pagan mereka, telah  mencari Allah yang benar dan menemukan Dia di pelukan Bunda Maria. Dipandu oleh elemen-elemen alam; mereka telah menemukan Sabda yang menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia. Karena Orang Majus tidak diberikan Wahyu Ilahi baik oleh para nabi maupun oleh Allah sendiri; mereka meraba-raba dalam gelap mencari-Nya. Namun berkat tanda dari langit, mereka menemukan Terang yang sesungguhnya yang mengusir semua kegelapan dan kebodohan. Orang-orang yang berjalan dalam kegelapan telah melihat Terang yang besar. Demikianlah dikatakan dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik mengenai Penyembahan Orang Majus:
Para Majus adalah buah-buah pertama para bangsa yang dipanggil untuk beriman dan mereka datang kepada Yesus bukan dengan tangan kosong tetapi dengan segala kekayaan dari tanah dan budaya mereka. Santo Leo Agung mengatakan: �Biarkanlah semua manusia, yang diwakili oleh tiga Majus ini, menyembah Pencipta semesta alam dan semoga Allah tidak hanya dikenal di Yudea, tetapi juga di seluruh muka bumi karena agunglah nama-Nya di seluruh tanah Israel (bdk. Mzm 75:2)�

Dengan demikian, kita umat Katolik non-Israel mengikuti jejak Orang Majus (juga non-Israel) untuk meninggalkan kegelapan dan berjalan mendapatkan terang Tuhan yang indah dalam Iman Kristiani kita. Katolisitas adalah hadiah terbaik yang pernah diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada kita, sebagaimana Bapa Suci mengatakan, �Iman kepada Yesus Kristus adalah jalan untuk tiba secara pasti pada keselamatan.�

Sayangnya, Epifani atau Hari Penampakan Tuhan sekarang ini sekadar menjadi penanda berakhir masa liburan yang telah sangat dikomersialisasikan. Bahkan mungkin umat Katolik sendiri sudah kehilangan sense kesakralan akan Perayaan Epifani ini terutama oleh karena kurangnya pengetahuan iman. Epifani ini seharusnya sekali lagi mendapatkan tempat yang tepat karena pesan dari Penampakan Tuhan itu masih sangat relevan pada masa sekarang ini karena kita sedang dikelilingi oleh kegelapan dan saintisme* yang berhubungan langsung dengan ateisme.  Pada masa sekarang, tidak percaya kepada Allah dianggap mendapatkan pencerahan intelektual. Katolisitas dipandang sebagai takhayul sementara saintisme-ateisme dipandang sebagai kebijaksanaan yang baru.  Di sini, Epifani salah satu bukti bagaimana ilmu pengetahuan (sains) dapat digunakan untuk menemukan Allah, Terang sejati. Orang-orang Majus adalah ahli perbintangan yang mengetahui �bahwa adalah mungkin untuk menemukan-Nya dengan mata akal budi dalam pencarian akan makna tertinggi dari realitas dan dengan kerinduan akan Tuhan, dimotivasi oleh iman.� (Paus Benediktus XVI, Homili Epifani 6 Jan 2011). Apa yang kurang pada saintisme-ateisme adalah iman sementara dalam Katolisitas kita memiliki keduanya, iman dan akal budi (rasio).

Pada Epifani ini pun, kita bisa melihat bahwa Orang-orang Majus menggunakan kebebasannya untuk membuka diri kepada kebenaran iman dan tergerak oleh kasih kepada Allah memberikan persembahan emas, kemenyan dan mur. Dalam respon kepada seorang ateis Italia bernama Piergiorgio Odifreddi, Paus Benediktus XVI berkata: �Namun, saya terutama ingin mencatat bahwa dalam agama matematika anda, 3 tema fundamental dari eksistensi manusia tidak dipertimbangkan yaitu: kebebasan, kasih dan kejahatan.� Sementara, di dalam terang dari wahyu ilahi, Katolisitas memberikan penjelasan yang menawan mengenai kebebasan, kasih dan kejahatan melalui para teolog dan filsuf besarnya seperti Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, Paus Benediktus XVI, dan lain-lain.

Menutup tulisan singkat ini, berikut pesan dari Paus Benediktus XVI: �Kita tidak dapat menerima bahwa garam menjadi tawar atau terang dibiarkan tetap tersembunyi. Orang-orang sekarang ini masih merasakan kebutuhan untuk mendengarkan Yesus Kristus yang mengundang kita untuk percaya kepadanya dan menimba dari sumber air kehidupan di dalam-Nya. Pintu iman selalu terbuka untuk kita, mengantarkan kita masuk ke dalam kehidupan persekutuan dengan Allah dan menawarkan kita masuk ke dalam Gereja-Nya. Beriman kepada Trinitas adalah percaya pada satu Allah yang adalah kasih: Bapa yang dalam kepenuhan waktu, mengirim Putera-Nya untuk keselamatan kita, Yesus Kristus, yang dalam misteri wafat dan kebangkitan-Nya menebus dunia; dan Roh Kudus yang membimbing Gereja selama berabad-abad sembari kita menantikan kedatangan kembali yang mulia Tuhan kita.�


*. Saintisme didefinisikan oleh Beato Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Fides et Ratio sebagai �gagasan filosofis yang menolak mengakui keabsahan bentuk-bentuk pengetahuan selain yang berasal dari sains-sains positif; dan saintisme merendahkan pengetahuan agama, teologika, etika dan estetika kepada dunia fantasi belaka.� Pengikut Saintisme menganggap bahwa satu-satunya bentuk pengetahuan yang valid adalah yang diverifikasi oleh metode saintifik. Perlu diingat bahwa menolak saintisme tidak berarti menolak sains atau ilmu pengetahuan namun menolak penyempitan ilmu pengetahuan akibat gagasan ini. Saintisme mendorong banyak orang menjadi Ateis karena memandang bahwa Allah tidak dapat diverifikasi secara saintifik. Namun demikian, Saintisme ini berkontradiksi pada dirinya sendiri sebab gagasan bahwa �satu-satunya ilmu pengetahuan yang valid adalah yang diverifikasi oleh metode saintifik� adalah sebuah dogma bagi mereka yang tidak dapat diverifikasi oleh metode saintifik itu sendiri.


pax et bonum

Sunday, November 24, 2013

Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam


Berdasarkan Kalender Liturgi untuk Misa Novus Ordo, Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam dirayakan pada hari terakhir Hari Minggu terakhir Masa Biasa, seminggu sebelum dimulainya Masa Adven. Sementara, berdasarkan Kalender Liturgi untuk Misa Tridentin, Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam dirayakan pada Hari Minggu terakhir Bulan Oktober sebagaimana ditentukan oleh Paus Pius XI, Paus yang menetapkan perayaan ini.


 
 
Hari Raya ini termasuk Hari Raya baru yang ditetapkan tidak lebih dari 100 tahun yang lalu oleh Paus Pius XI pada 11 Desember 1925 dalam Ensiklik Quas Primas (QP). Dalam ensiklik inilah, kita bisa mengetahui makna lebih dalam dari Hari Raya ini. Paus Pius XI tidak asal sembarangan menetapkan Hari Raya ini, namun dilatarbelakangi oleh kondisi Paska Perang Dunia I. Paus Pius XI, seorang yang memiliki visi jauh ke depan, melihat pentingnya penetapan Hari Raya Kristus Raja ini. Dalam Ensiklik pertamanya yang ia tulis 3 tahun sebelum Quas Primas, Ubi Arcano Dei Consiliomengenai Damai Kristus dalam Kerajaan Kristus, Paus Pius XI menyatakan: �Sejak dihentikannya Perang Besar (Perang Dunia I), individu-individu, berbagai kelas dalam masyarakat, bangsa-bangsa di bumi belum menemukan kedamaian yang sejati. Mereka tidak menikmati ketentraman yang nyata dan berbuah yang merupakan aspirasi dan kebutuhan umat manusia.�Paus Pius XI melihat awan-awan hitam di masa depan. Ia melihat sekularisme hendak mengobarkan perang besar terhadap Gereja. Di Rusia, rezim ateistik sedang mengancam peradaban. Di Meksiko, umat Katolik mengalami penganiayaan yang semakin buruk. Di seluruh Eropa, muncul sikap anti-Katolik yang menyebar luas dan siap untuk melawan Gereja. Sementara itu, di dalam Gereja, muncul musuh dalam selimut yang mulai menampakkan dirinya. Banyak dinasti kerajaan pun runtuh. Namun, ada satu Kerajaan yang tidak pernah jatuh, yang Rajanya memerintah selama-lamanya. Raja yang membawa kedamaian bukan perang; keadilan bukan kekacauan; kebahagiaan abadi bukan kesenangan fana. Raja ini adalah Yesus Kristus. Ia memerintah;
1. dalam hati setiap manusia baik serta akal budi dan pengetahuannya dan kebenaran-Nya haruslah diterima dengan ketaatan oleh semua umat manusia.
2. dalam setiap kehendak manusia, karena hanya dalam Dia, kehendak manusia taat secara sempurna dan menyeluruh kepada kehendak kudus Allah Bapa.
3. sebagai �King of hearts� karena kasih-Nya melampaui segala pengetahuan.

Paus Pius XI melihat mayoritas umat manusia menyingkirkan Yesus Kristus dan hukum suci-Nya dari hidup mereka, menganggap bahwa hukum suci Kristus tidak mendapat tempat dalam perkara-perkara pribadi atau politik (QP 1). Adalah kesalahan besar menganggap Yesus tidak memiliki kuasa apapun dalam perkara-perkara sipil karena Kerajaan Kristus mencakup seluruh ciptaan yang diserahkan oleh Allah Bapa kepada-nya, segala sesuatu berada dalam kuasa Kristus (QP 17). Paus menjelaskan bahwa Yesus Kristus diutus ke dunia bukan hanya sebagai Penebus umat manusia tetapi juga sebagai Pemberi hukum yang menuntut ketaatan seluruh umat manusia. (QP 14). Ketika hukum negara bertentangan dengan hukum Kristus, maka hukum Kristus itulah yang harus ditaati. Bila manusia mengakui, baik dalam kehidupan pribadi maupun publik, bahwa Kristus adalah Raja, masyarakat akan menerima berkah-berkah kebebasan sejati, disiplin yang teratur, perdamaian dan harmoni yang melimpah (QP 19). Selama individu-individu manusia dan negara-negara menolak untuk taat pada hukum Juru Selamat kita, tidak akan ada harapan akan perdamaian sejati di antara negara-negara (QP 1). Paus Pius XI menetapkan Hari Raya ini dengan harapan di masa depan masyarakat akan kembali kepada Juruselamat kita Yesus Kristus dan menjadi tugas setiap umat Katolik melakukan apapun yang mampu dilakukan untuk mencapai harapan ini (QP 24). Dalam Yesus Kristus ada keselamatan individu manusia, dalam Yesus Kristus ada keselamatan masyarakat (QP 18).

LITURGI SANG RAJA

Paus Pius XI menjelaskan bahwa untuk mendapatkan kedamaian sejati, manusia harus mencari kedamaian Kristus dalam Kerajaan Kristus. (QP 1)  Kerajaan Kristus melampaui seluruh dunia namun tidak berasal dari dunia. Kerajaan Kristus ini tidak dapat dimasuki selain melalui pertobatan, iman dan baptisan. Kerajaan Kristus di dunia, sebagaimana Paus Pius XI katakan, adalah Gereja Katolik yang ditakdirkan untuk menyebar di antara semua manusia dan segala bangsa. Di Kerajaan Kristus di dunia ini, Gereja Katolik, Sang Kristus disembah dan dihormati sebagai Raja dan Tuhan, sebagai Raja segala raja, dalam Liturgi Suci Gereja. Legem credendi lex statuit supplicandi, aturan iman (rule of faith) ditunjukkan oleh hukum peribadatan kita. (QP 12).

Dengan menetapkan Hari Raya Kristus, Paus Pius XI tidak hanya menegaskan kembali kedaulatan Kristus, namun Paus hendak menunjukkan kekuatan unik dari Liturgi Suci. Liturgi Suci berikut hukum-hukumnya adalah hukum peribadatan ilahi yang menyatakan iman kita. Paus Pius XI menunjukkan bahwa Liturgi Suci dapat menjadi solusi atas problem sekularisasi bukan hanya dalam konteks spiritual semata, namun dalam konteks praktikal juga. Paus Pius XI melihat penetapan Hari Raya Kristus Raja sebagai cara yang efektif untuk mewartakan martabat rajawi Yesus Kristus (Kingship of Jesus Christ). Demikian kata Paus Pius XI, �Karena umat diajarkan dalam kebenaran-kebenaran iman dan dibawa untuk menghargai sukacita-sukacita agama jauh lebih efektif dengan perayaan tahun misteri-misteri suci kita daripada pengumuman resmi ajaran Gereja. Pengumuman tersebut biasanya hanya menjangkau sedikit orang dan orang yang lebih pintar saja di antara umat beriman; Pesta-pesta Liturgi menjangkau umat semua, pengumaman berbicara sekali, Pesta-pesta Liturgi berbicara setiap � faktanya, selama-lamanya.� (QP 21)

Di sinilah, kita dapat melihat pesan yang menarik bahwa ketaatan dalam Liturgi Suci menunjukan ketaatan terhadap Kristus Sang Raja sebab Liturgi Suci mengungkap aturan iman yang otentik kepada Kristus Sang Raja. Oleh karena itu, perlulah kita menghindari mengimprovisasi/mengkreatifkan/mengutak-atik Liturgi Suci sesuai keinginan imam, umat, kelompok kategorial dsb karena dengan demikian kita sedang mengubah aturan iman kita. Jangan sampai kita menjadi �raja� dalam Liturgi Suci dengan keinginan kita untuk menyesuaikan Liturgi Suci kepada diri kita atau komunitas kita.

pax et bonum

Wednesday, January 2, 2013

Nama Yesus Yang Tersuci



Nama Yesus Dasar Kokoh Iman Kita, Menjadikan kita anak-anak Allah
oleh Santo Bernardinus dari Siena


Inilah nama yang amat kudus, yang amat dirindukan nenek moyang, yang dinanti-nantikan dengan amat banyak kesusahan, yang diserukan dengan amat banyak keluh-kesah dan yang diinginkan dengan amat banyak air mata; tetapi yang pada saat berahmat dianugerahkan dengan penuh belas-kasihan. Aku minta, sembunyikanlah nama kekuasaan; jangan sampai nama dendam kesumat itu terdengar, dan hendaknya dicegah nama penghakiman. Berilah kami nama kerahiman, biarlah nama Yesus menggema di telingaku, niscaya suara-Mu sedap dan wajah-Mu pun berseri-seri. Maka, nama Yesus dasar kokoh iman kita, menjadikan kita anak-anak Allah. Sebab iman Katolik bersandarkan pengakuan nama Yesus dan terang-Nya yang adalah terang bagi jiwa, pintu kehidupan, dasar keselamatan kekal. Siapa yang tidak memiliki nama iman ini atau telah meninggalkannya, berjalan seperti tanpa terang di dalam kegelapan malam dan dengan mata tertutup terjerumus di dalam marabahaya, namun ia mengikuti pemimpin yang buta, apabila ia mempercayakan akalnya sendiri untuk memahami rahasia surgawi atau ia hendak membangun rumah dengan mengabaikan dasarnya atau ia hendak masuk rumah lewat atap dengan melewatkan pintu. Jadi, Yesus adalah dasar itu, terang dan pintu itu


Untuk menunjukkan diri-Nya sebagai jalan kepada orang-orang yang tersesat, Ia memberikan terang iman kepada semua orang. Melalui jalan itulah orang dapat mencari Allah yang tidak mereka kenal, mengimani Dia yang mereka cari dan menemukan Dia yang mereka imani. Dasar ini menopang Gereja yang didirikan dalam nama Yesus. Maka nama Yesus adalah cahaya para pengkhotbah; oleh karena nama itu perkataannya diterangi dengan cemerlang, diwartakan dan didengar. Dan kau sangka dari manakah terang iman di seluruh dunia begitu kuat, begitu cepat, begitu hangat seandainya Yesus tidak diwartakan? Bukankah Allah telah memanggil kita kepada terang-Nya yang ajaib karena cahaya dan kemanisan nama itu? Kepada orang-orang yang diterangi dan di dalam terang itu melihat terang tadi, maka dengan tepatnya sang rasul berkata: �Dahulu kamu adalah kegelapan tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang� (Ef 5:8).

Oh nama yang penuh kerahiman! Oh nama yang patut dicintai dan penuh kekuatan! Olehmulah dosa dihapus, olehmu para lawan dikalahkan. Olehmu kaum lemah dibebaskan, orang yang menderita dikuatkan dan disegarkan dalam kemalangannya! Engkau kehormatan bagi kaum beriman; Engkau pengajar para pengkhotbah, engkau penguku orang-orang yang berjerih payah; engkau penopang orang-orang yang goyah imannya! Dengan kehangatan dan semangat-Mu yang bernyala-nyala, keinginan pun dikobarkan dan permohonan dikabulkan serta jiwa-jiwa yang bermenung dipuaskan; dan olehmu dipermuliakanlah semua yang berjaya dalam kemuliaan surgawi. Yesus yang amat manis, buatlah kami, karena nama-Mu yang tersuci ini memerintah di surga bersama mereka.


Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter



Monday, October 22, 2012

Hendaklah Kita Berbuat Baik dan Menderita Bersama Kristus

Santo Bonaventura, Doktor Gereja
Salib itu sendiri adalah mengerikan, khususnya di hadapan sengsara Kristus. Namun demikian, patutlah diinginkan karena memberikan kehidupan yang dikejar dan diinginkan semua orang, yaitu kehidupan kekal. Tiada seorang pun yang sedemikian jahatnya sampai berani mengatkan bahwa ia tidak mengejar dan menginginkan hidup kekal itu. Kendati demikian, orang jahat mengusahakan dan menginginkannya tidak secara layak; sebab mereka mau memiliki sekaligus hidup kekal dan hidup dalam kehinaan serta kebusukan dosanya.

Saudara-saudara terkasih, jalan ini tidak menuju hidup kekal, melainkan hanya jalan melalui jembatan Kristus. Jadi melalui salib, melalui perjuangan melawan musuh dan melalui kemenangan atas mereka. Dipandang secara lahirian, salib memang nampak mengerikan, tetapi secara batiniah, sungguh patut diinginkan. Dilihat secara lahiriah belaka, salib tampak sebagai kayu palang maut tetapi dipandang secara batiniah, tampaklah misteri salib itu sebagai pohon kehidupan justru karena Dia yang bergantung pada salib itu. Memang salib adalah sumber kehidupan dan memberikan hidup karena ia mencurahkan rahmat. Dalam surat kepada umat di Roma ada tertulis: �Upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup kekal� (Rom 6:23). Salib adalah kayu yang memberikan hidup berahmat; dengan itu kita diperbaharui dalam Kristus, diperbaharui oleh embun rahmat pertobatan.

Kayu manakah yang memiliki daya yang dapat membawa orang dari kelayuan kepada kesuburan dan dari kematian kepada kehidupan? Bukankah kayu salib Kristus semata-mata? Mengapa Putera Allah menderita sengsara hanya untuk bangsa manusia dan bukan untuk para malaikat? Sebab hanya manusialah yang dapat menerima pertobatan dan bukan malaikat. Nah, manusia adalah kayu yang oleh kelembapan air, yaitu orang karena pertobatan, dapat sampai kepada kesuburan.

Jadi salib adalah kayu yang memberikan hidup berahmat. Oleh karena itulah kita yang begitu sering mengalami kematian akibat dosa kita, mau merindukan kayu itu; kita mau bermatiraga dan menderita bersama Kristus. Rasul Petrus berkata: �Karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian� (1 Pet 4:1). Jika kita tidak melakukan ulah tapa maka aku tidak melihat kemungkinan bagaimana kita dapat mempertanggungjawabkannya dalam pengadilan kelak. Jadi, jika engkau hendak menghasilkan buah roh, maka engkau harus mematiragakan dagingmu. Yohanes menunjukkan kepada kita, dengan teladan Kristus: �Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jiga ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (Yoh 12:24). Jadi, jika kita bersama Kristus yang telah mati � bahkan mati disalib � mau memetik buah kayu salib itu, maka kita mesti disalibkan bersama Dia, agar dapat menghasilkan buah rohani.

Saudara-saudara terkasih, barangsiapa hendak menemukan Tuhan, ia menemukan-Nya di salib. Siapa yang meninggalkan salib, meninggalkan Tuhan juga. Siapa yang diliputi dengan keinginan kepada salib dan kepada Tuhan, menemukan Tuhan di sana. Dan ia menemukan-Nya bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan curahan rahmat.

Tuesday, October 16, 2012

Lebih Dekat Dengan Tuhan Yesus




Kita sekarang hidup di masa yang sulit sebagai seorang Katolik. Budaya-budaya masa sekarang menyampaikan pesan-pesan yang sangat berbahaya bagi kehidupan spiritual kita. Bila kita menjadi buta akan kebenaran, tampaknya kita akan berbalik arah dan mengejar �sukses� seperti yang ditentukan oleh dunia modern dan sekuler ketimbang mengejar kekudusan yang mana Allah sendiri memanggil kita kepada kekudusan tersebut.


Beginilah bagaimana dunia mengukur kesuksesan:
1. Apakah penampilan fisik saya atraktif atau menarik?
2. Apakah pakaian saya stylish dan seksi?
3. Apakah saya makan di restoran terbaik?
4. Seberapa banyak pendapatan saya dan seberapa banyak tabungan saya?
5. Apakah saya memiliki rumah yang terbaik dan mobil mewah keluaran terbaru?
6. Apakah saya begitu berkuasa dan berpengaruh di tempat kerja, rumah dan di antara teman-teman saya?
7. Apakah anak-anak saya dididik dalam sekolah-sekolah terbaik sehingga mereka juga bisa mencapai kesuksesan duniawi?

Tetapi, Allah menyediakan ukuran yang berbeda:
1. Apakah saya mencintai Allah dengan setiap urat di tubuh kita dan sepenuh jiwa kita serta mengasihi sesama saya seperti saya mengasihi diri saya sendiri?
2. Apakah saya peduli dengan kebutuhan spiritual dan material orang lain dan melakukan sesuatu untuk membantu mereka?
3. Apakah saya bisa diandalkan ... dapatkah orang lain mengandalkan saya?
4. Apakah saya seorang yang berintegritas ... dapatkah orang lain mempercayai saya?
5. Apakah saya seorang yang rendah hati dan tidak egois ataukah saya seorang yang sombong dan iri hati?
6. Apakah saya baik dan penuh kasih?
7. Apakah saya melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menghindari perbuatan-perbuatan jahat?

Kita bisa membaca Surat Yakobus yang mengingatkan kita bahwa mengikuti cara dunia � mengejar kekayaan materi tanpa memperhatikan kewajiban kita untuk mencintai Allah dan melayani sesama � akan membawa kita kepada kehancuran kita sendiri (lihat Yakobus 5:1-6).

Dan Yesus mengingatkan kita dalam Injil bahwa kesombongan bahkan dapat menyelinap masuk kita sedang berusaha untuk melayani Dia. Kita terkadang mencoba untuk mencegah orang lain melakukan apa yang baik seolah-olah hal itu entah bagaimana akan mengurangi usaha perbuatan baik kita sendiri. (Lihat Mrk 9:38-41).

Yesus berbicara lantang mengenai perlunya menghindari kesempatan-kesempatan berdosa: Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.�(Mrk 9:43-48).

Saran-saran untuk Menghindari Dosa dan Mengejar Kekudusan

Allah menghendaki hanya hal-hal yang baik untuk kita. Dia telah menciptakan setiap kita dari kebaikan-Nya untuk menikmati kebahagiaan abadi-Nya dalam hidup ini dan hidup yang akan datang. Adalah penting bagi kita untuk mengetahui ukuran yang mendorong perilaku dan tindakan kita. Bila kita tidak memeriksa bagaimana kita hidup dan apa yang memotivasi perilaku kita, kita akan tampaknya akan berjalan menyimpang dari rencana Allah bagi kita. Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah efektif dan sederhana untuk membantu kita melihat diri kita sebagaimana Allah melihat diri kita dan untuk mengambil tindakan korektif agar memperdalam pertobatan kita dari dosa demi menuju kepada Allah.

1. Menyediakan waktu untuk berdoa setiap hari dan berkomitmen pada diri sendiri untuk menggunakan waktu tersebut untuk berdoa.
2. Menggabungkan pemeriksaan batin ke dalam doa sebelum tidur anda.
3. Mulailah memeriksa batin Anda dengan memuji Tuhan dan mengucap syukur atas kebaikan-Nya. Mintalah Tuhan untuk memberikan Anda rahmat untuk menjadi bijaksana dan terbuka terhadap apa yang Dia ingin ungkapkan kepada Anda.
4. Kenalilah cara-cara di mana Tuhan telah memberkati anda sejak pemeriksaan batin anda yang terakhir.
5. Ingatlah waktu dan kesempatan sejak pemeriksaan batin terakhir anda di mana anda telah mengikuti kehendak Allah bagi hidup anda dan ingatlah juga waktu dan kesempatan di mana anda telah gagal � oleh karena pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian � untuk mengikuti kehendak Allah.
6. Kenalilah pola perilaku berulang anda. Di mana anda telah berbuat baik, carilah terus lebih banyak kesempatan yang sama untuk hidup dalam kebajikan. Di mana anda telah berdosa, berusahalah untuk membatasi atau menghindari kesempatan-kesempatan untuk berbuat dosa tersebut.
7. Membuat Langkah Penyesalan. Putuskanlah untuk tidak ingin berdosa lagi. Mintalah kepada Allah untuk memberikan rahmat dan kekuatan kepada anda untuk taat dan berserah diri kepada Allah.

Cobalah untuk melakukan hal-hal di atas dengan komitmen yang teguh. Meskipun kita lemah dan mudah jatuh dalam dosa, janganlah terus hidup dalam kelemahan dan keberdosaan itu. Tanamkanlah di pikiran dan hati kita bahwa setiap perbuatan dosa yang kita lakukan, telah menyakiti hati Yesus yang lebih dulu mengasihi kita. Yesus telah berjanji bahwa Ia tidak akan melupakan perbuatan-perbuatan sekecil apapun yang kita lakukan untuk mencintai Ia. Mrk 9:41 �Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.�

Diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari tulisan Diakon Mike Bickerstaff di situs Integrated Catholic Life

Pax et Bonum