Latest News

Showing posts with label Apologetik. Show all posts
Showing posts with label Apologetik. Show all posts

Tuesday, January 7, 2014

[Hoax] Paus Fransiskus Berkata Tidak Ada Neraka dan Adam-Hawa Tidak Nyata



�Mengejutkan: Tidak Ada Neraka; Adam dan Hawa Tidak Nyata --- Paus Francis Ekspos� demikianlah judul suatu artikel di:
hffp://entertainment.vacancynigerians.com/2013/12/shocking-there-is-no-hell-fire-adam-eve.html

Di dalam artikel tersebut dikatakan bahwa Paus Fransiskus menyatakan:
1. Neraka tidak ada.
2. Adam dan Hawa tidak nyata.
3. Semua agama adalah benar.
4. Gereja Katolik akan menahbiskan wanita menjadi kardinal, uskup dan imam.

Dan masih banyak lagi disebutkan. Salah satu info anehnya adalah semua itu katanya  adalah hasil dari �Konsili Vatikan Ketiga� yang diselenggarakan oleh Paus Fransiskus. Tentu kita umat Katolik tahu bahwa belum ada diselenggarakan Konsili Vatikan Ketiga; rencananya saja belum ada sama sekali. Jadi, dari satu hal ini saja kita sudah bisa tahu bahwa berita di atas adalah hoax atau omong kosong belaka. Tapi seperti biasa, para anti-Katolik mengeksploitasi omong kosong ini untuk menyerang Paus Fransiskus dan Gereja Katolik. Dalam suatu grup facebook, saya bahkan melihat ada seorang pendeta berhaluan Calvinis ngotot membela hoax ini untuk menjelek-jelekkan Gereja Katolik dengan melampirkan lebih banyak situs lain yang sekadar mempublikasikan ulang atau mengcopy-paste hoax yang sama. Tentu saja, jumlah situs yang mempublikasikan suatu berita tidak berarti bahwa berita itu pasti benar. Di sisi lain, ada juga umat Katolik yang termakan hoax ini, lalu bertanya-tanya ke temannya sesama Katolik untuk mengonfirmasi berita ini.

Berita di atas itu sebenarnya berasal dari Diversity Chronicle dengan judul �Pope Francis Condemns Racism And Declares That �All Religions Are True� At Historic Third Vatican Council� dengan link artikel:
hffp://diversitychronicle.wordpress.com/2013/12/05/pope-francis-condemns-racism-and-declares-that-all-religions-are-true-at-historic-third-vatican-council/

Dalam artikel original yang ada di Diversity Chronicle itu, penulisnya yang bernama Erik Thorson memunculkan semacam drama tambahan di mana Kardinal Arinze diceritakan membuat sebuah pernyataan sanggahan terhadap Paus Fransiskus. Diceritakan Kardinal Arinze menolak pernyataan-pernyataan Paus Fransiskus tentang Islam dan menyatakan bahwa Paus Fransiskus adalah paus sesat (heretik) dan bukan paus yang sah. Bahkan dinyatakan pula Paus Fransiskus bukan lagi seorang Katolik. Selanjutnya, Kardinal Arinze menyatakan bahwa Tahta Santo Petrus kosong (sedevacante) dan dirinya menjadi sedevacantis. Tentu saja ini semua cuma sekadar cerita fiksi belaka; Paus Fransiskus tidak pernah mengatakan hal-hal di atas, tidak ada Konsili Vatikan Ketiga, dan Kardinal Arinze masih tetap Katolik dan tidak menuduh Paus Fransiskus sesat dan sebagainya. Ini semua cuma imajinasi si penulisnya saja, tapi faktanya hal ini semua tidak pernah terjadi. Lagipula, di bagian Disclaimer dari blog ini, si Erik Thorson memberikan statement:

The original content on this blog is largely satirical.
�I ceased in the year 1764 to believe that one can convince one�s opponents with arguments printed in books. It is not to do that, therefore, that I have taken up my pen, but merely so as to annoy them, and to bestow strength and courage on those on our own side, and to make it known to the others that they have not convinced us.� � Georg Christoph Lichtenberg.

It is in the spirit of the above quote that I write. Who am I you may ask? My name is Erik Thorson. I created this blog for my own personal amusement.

Konten original dalam blognya itu sebagian besar adalah satire. Satire itu adalah gaya bahasa (majas) yang dipakai dalam kesusastraan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Dan si Erik Thorson membuat blog itu sekadar untuk hiburan pribadinya. Tentu saja saya tidak setuju dengan sindiran itu tapi dari  hal ini sudah jelas bahwa berita itu cuma omong kosong berupa satire yang tidak pernah benar-benar terjadi. Masih mau percaya hoax ini?

Wednesday, October 9, 2013

"Saya Percaya Tuhan, tetapi Bukan Tuhan Katolik" (Respon)


Banyak umat Katolik juga non-Katolik terkejut atau bingung dengan pemberitaan media-media Indonesia yang bertajuk �Paus Fransiskus: Saya Percaya Tuhan, tetapi Bukan Tuhan Katolik�. Jika membandingkan pemberitaan di media-media tersebut dengan teks asli wawancara Paus Fransiskus dengan Ateis bernama Eugenio Scalfari, dapat dengan mudah ditemukan fakta bahwa media-media keliru menafsirkan, mengutip sepotong-sepotong, dan menuduh Paus Fransiskus seorang liberal. Seorang rekan sesama admin di page Katolik Menjawab telah membuat tanggapan atas pemberitaan media-media tersebut. Saya sangat merekomendasikan anda sekalian membacanya. Silahkan klik link di bawah ini:



Pada artikel ini, saya hendak mengajak para pembaca sekalian untuk membaca pernyataan Paus Fransiskus mengenai keyakinan Beliau akan Allah dalam terang sebuah homili yang Paus Fransiskus berikan pada Pesta Santo Georgius. Sebelumnya saya akan mengutip tanya jawab dalam wawancara tersebut yang menjadi topik artikel ini:

PAUS FRANSISKUS: But now let me ask you a question: you, a secular non-believer in God, what do you believe in? You are a writer and a man of thought. You believe in something, you must have a dominant value. Don't answer me with words like honesty, seeking, the vision of the common good, all important principles and values but that is not what I am asking. I am asking what you think is the essence of the world, indeed the universe. You must ask yourself, of course, like everyone else, who we are, where we come from, where we are going. Even children ask themselves these questions. And you?"

EUGENIO SCALFARI: I am grateful for this question. The answer is this: I believe in Being, that is in the tissue from which forms, bodies arise.

PAUS FRANSISKUS: "And I believe in God, not in a Catholic God, there is no Catholic God, there is God and I believe in Jesus Christ, his incarnation. Jesus is my teacher and my pastor, but God, the Father, Abba, is the light and the Creator. This is my Being. Do you think we are very far apart?"

Di sini, Paus Fransiskus mengajukan pertanyaan kepada Scalfari, �sebagai seorang yang tidak percaya kepada Allah, apa yang engkau percayai?�. Scalfari menjawab bahwa dia percaya pada Being yang dipahami sebagai esensi dunia, sesuatu yang membentuk. Dan barulah setelah itu Paus Fransiskus merespon �Saya percaya kepada Allah, tidak kepada seorang Allah Katolik, tidak ada Allah Katolik, yang ada adalah Allah dan saya percaya kepada Yesus Kristus, inkarnasi-Nya. Yesus adalah guru dan gembala saya, tetapi Allah Bapa, Abba adalah terang dan Pencipta. Ini adalah Being saya. Apakah kamu berpikir kita sungguh terpisah jauh?�


Sebenarnya dengan melihat konteks wawancara tersebut, kita menemukan sesuatu yang cukup jelas dan tidak bertentangan dengan iman Gereja Katolik. Di sini, Paus Fransiskus sedang mengajak Si Ateis Scalfari untuk mencari dan mengenal Allah lebih dalam, sembari Paus Fransiskus menegaskan bahwa Allah itu bukan hanya Allah bagi orang Katolik tapi bagi semua manusia termasuk bagi para ateis. Sayangnya pemahaman yang berbeda disampaikan media-media Indonesia sehingga apa yang disampaikan oleh Paus Fransiskus menjadi kabur atau dikaburkan. 

Dalam konteks pemberitaan yang kabur oleh media-media ini yang mengira Paus sedang menyangkal iman Katoliknya, seharusnya kita bertanya-tanya juga mengapa Paus dan kita masih menjadi seorang Katolik? Mengapa Paus dan kita tidak menjadi universalis atau spiritualis tanpa agama?

Homili Paus Fransiskus dalam Pesta St. Georgius memberikan kejelasan atas pertanyaan-pertanyaan ini.
And so the Church was a Mother, the Mother of more children, of many children. It became more and more of a Mother. A Mother who gives us the faith, a Mother who gives us an identity. But the Christian identity is not an identity card: Christian identity is belonging to the Church, because all of these belonged to the Church, the Mother Church. Because it is not possible to find Jesus outside the Church. The great Paul VI said: "Wanting to live with Jesus without the Church, following Jesus outside of the Church, loving Jesus without the Church is an absurd dichotomy." And the Mother Church that gives us Jesus gives us our identity that is not only a seal, it is a belonging. Identity means belonging. This belonging to the Church is beautiful.
Demikianlah Gereja adalah seorang Bunda, Bunda dari lebih banyak anak, banyak anak. Gereja semakin dan semakin menjadi seorang Bunda. Seorang Bunda yang memberikan kita iman, seorang Bunda yang memberikan kita sebuah identitas. Tetapi identitas Kristiani bukanlah sebuah kartu identitas (KTP):  Identitas Kristiani adalah menjadi milik Gereja, karena semua ini merupakan milik Gereja, [milik] Bunda Gereja. Karena tidaklah mungkin menemukan Yesus di luar Gereja. Sang Agung Paus Paulus VI berkata: �Ingin hidup bersama Yesus tanpa bersama Gereja, mengikuti Yesus di luar Gereja, mencintai Yesus tanpa Gereja adalah sebuah dikotomi yang absurd.� Dan Bunda Gereja yang memberikan kita Yesus, memberi kita identitas yang bukan sekedar sebuah materai, [tapi] suatu kepemilikan. Identitas berarti kepemilikan. Menjadi milik Gereja ini adalah [hal] yang indah.
Dan di bagian dari paragraf terakhir dari homili tersebut, Paus Fransiskus menegaskan kembali:
Think of this Mother Church that grows, grows with new children to whom She gives the identity of the faith, because you cannot believe in Jesus without the Church.�
�Pikirkanlah mengenai Bunda Gereja ini yang tumbuh dan tumbuh dengan anak-anak baru yang kepada mereka dia (Bunda Gereja) memberikan identitas iman, karena engkau tidak dapat percaya kepada Yesus tanpa Gereja.�
Bagi yang familiar dengan pengajaran Bapa Gereja St. Siprianus dari Kartago, kita bisa melihat bahwa Paus Fransiskus dalam homilinya ini menegaskan kembali apa yang disampaikan St. Siprianus dari Kartago mengenai Gereja sebagai Bunda dan dalam relasinya dengan Allah sebagai Bapa.
Thus too the Church bathed in the light of the Lord projects its rays over the whole world, yet there is one light which is diffused everywhere, and the unity of the body is not separated. She extends her branches over the whole earth in fruitful abundance; she extends her richly flowing streams far and wide; yet her head is one, and her source is one, and she is the one mother copious in the results of her fruitfulness. By her womb we are born; by her milk we are nourished; by her spirit we are animated. (St. Cyprian of Carthage, On The Unity of the Catholic Church chapter 5)
The spouse of Christ cannot be defiled; she is uncorrupted and chaste. She knows one home, with chaste modesty she guards the sanctity of one couch. She keeps us for God; she assigns the children whom she has created to the kingdom. Whoever is separated from the Church and is joined with an adulteress is separated from the promises of the Church, nor will he who has abandoned the Church arrive at the rewards of Christ. He is a stranger; he is profane; he is an enemy. He cannot have God as a father who does not have the Church as a mother. (St. Cyprian of Carthage, On The Unity of the Catholic Church chapter 6)
Sangat jelas diajarkan oleh St. Siprianus, dan digemakan lagi oleh Paus Fransiskus, bahwa mereka yang tidak memiliki Gereja sebagai Bunda tidak dapat memiliki Allah sebagai Bapa. Kebundaan Gereja sendiri secara konsisten sudah diajarkan sejak era Para Bapa Gereja Awal. 

Kita bisa mendapatkan sebuah kejelasan di sini dari memahami pernyataan Paus Fransiskus dalam wawancara tersebut dalam kesatuan dengan homili Paus Fransiskus pada Pesta St. Georgius.

Paus Fransiskus menjelaskan tidak pernah Gereja mengajarkan bahwa ada yang namanya Allah Katolik. Allah adalah Allah. Dia adalah Allah bagi seluruh manusia tak peduli agamanya atau keyakinannya apa termasuk bagi Si Ateis Eugenio Scalfari, terlepas dari mereka percaya atau tidak. Allah memang mendirikan GerejaNya, yaitu Gereja Katolik. Tapi hal ini bukan berarti bahwa Dia secara eksklusif hanya menjadi Allah bagi orang Katolik saja atau menjadi salah satu dari banyak ilah-ilah atau sesembahan yang ada di dunia. Demikian juga Allah yang berinkarnasi, Tuhan Yesus Kristus, yang diimani oleh Paus Fransiskus; Yesus bukan hanya Tuhan bagi umat Katolik tapi juga bagi semua orang, dan Tuhan Yesus Kristus tidaklah mungkin ditemukan di luar Gereja. Kita tidak dapat percaya kepada Yesus Kristus Sang Allah tanpa Gereja.

pax et bonum

Thursday, August 1, 2013

Diskusi dengan Anggota Gerakan Karismatik Katolik

Mengangkat tangan tinggi-tinggi adalah salah satu ciri khas ibadah Pentakostal dan Karismatik
Beberapa hari terakhir saya terlibat dalam diskusi dengan seorang anggota Karismatik Katolik di salah satu grup. Beliau adalah salah aktivis dalam Gerakan Karismatik di keuskupannya. Saya memutuskan untuk mengarsipkan diskusi dengan Beliau di situs Indonesian Papist ini untuk menunjukkan kepada para pembaca kesalahan-kesalahan berpikir dari kebanyakan orang-orang karismatik terhadap pengakuan dan pujian dari Para Paus terhadap gerakan ini. Tindakan pengarsipan diskusi dengan anggota Gerakan Karismatik juga sebelumnya pernah dilakukan oleh apologeter Dave Armstrong di blognya ini dan dalam tulisan tersebut juga dapat dilihat kesalahan-kesalahan berpikir dari anggota Karismatik Katolik tersebut. Dalam arsip ini, komentar-komentar saya ditulis dalam warna hitam dan komentar-komentar Beliau dalam warna biru.  Satu komentar dari seorang pro-karismatik lainnya ditulis dalam warna hijau. Beberapa komentar tambahan dari saya akan saya berikan dalam tulisan warna merah.

Salah satu wawancara dengan Paus Fransiskus ketika mengakhiri kunjungan ke Brazil untuk WYD 2013
The Charismatic movement
�We talked about the statistics regarding Pentecostals with the bishops on Brazil in a meeting yesterday. I�ll tell you something about the charismatic movement � at the end of the 70s and in the 80s, I wasn�t a big fan. I used to say they confused the holy liturgy with a school of samba! I was converted when I got to know them better and saw the good they do. In this moment of the life of the church, the movements are necessary. They�re a grace of the Spirit, and in general they do much good for the church. The charismatic renewal movement isn�t just about winning back a few Pentecostals, but it serves the church and its renewal.�
Terjemahan:

Gerakan Karismatik
"Kita bicara mengenai statistik tentang Pentakosta dengan para Uskup di Brazil dalam suatu pertemuan kemarin. Saya ceritakan pada anda tentang Gerakan Karismatik... Pada akhir 70 an dan pada tahun 80 an, saya bukan penggemar besar mereka. Saya saat itu selalu mengatakan mereka mengaburkan Liturgi Suci dengan Sekolah Samba!
Saya berubah pikiran ketika saya mengenal mereka lebih baik, dan melihat hal2 baik yang mereka lakukan. Pada masa kehidupan Gereja saat ini, Gerakan ini SANGATLAH DIPERLUKAN. (Kata yang digunakan dalam artikel asli adalah �necessary� tetapi diterjemahkan secara berlebihan menjadi �sangat diperlukan�.) Mereka RAHMAT dari Roh Kudus, dan pada umumnya mereka melakukan banyak hal baik untuk Gereja. Gerakan Pembaharuan Karismatik bukan hanya untuk memenangkan kembali beberapa org (Kristen) Pentakosta, tapi melayani Gereja dan pembaharuan Gereja"
Paus sangat mendukung Gerakan Karismatik, sebagai Pembaharuan Gereja.
Pembaharuan dalam hal apakah? Pembaharuan sikap hidup dalam meng Gereja. Pembaharuan dalam mendalami Ekaristi. Pembaharuan dalam pelayanan Liturgi dan Pastoral.
Gerakan Karismatik bukanlah gerakan liar, gerakan ini diakui oleh 3 Paus terakhir kita.
Paus Beato John Paul 2 juga mengatakan bahwa Gerakan Karismatik adalah "Hadiah Terindah Roh Kudus bagi Gereja" sehingga Gereja boleh mengalami "Musim Semi yang baru" yaitu Pembaharuan semangat dalam hidup meng Gereja. Sumber :
http://ncronline.org/blogs/ncr-today/pope-homosexuals-who-am-i-judge

Karena pernyataan Paus Fransiskus di atas bukanlah sebuah deklarasi dalam ajaran iman dan moral, maka pernyataan Beliau di atas tidak infallible. (Seorang teman kemudian menulis: "ncronline itu bukan majalah Katolik, majalah ini sudah ditegur oleh Uskup lokal krn berita2nya selalu tidak sejalan dg iman Gereja, sebaikny hati2 kalo baca sesuatu")

dan berhati hati bila mengkomentari suatu hal yang baik

dan hal yang baik belum tentu benar.

Setelah 3 Paus menyatakan itu baik?

Ya, kan udah dibilang pernyataan mereka tidak infallible jadi tidak wajib juga dipercayai. Sama aja dulu dengan Serikat Yesuit yang dipuji beberapa Paus tapi kemudian dibekukan sementara (atau Montanisme yang dulu sempat dipuji oleh Paus St. Viktor I tapi kemudian dinyatakan sesat oleh Gereja Katolik).

Rendah hati seperti Paus Francis memang susah sekali ya, ketika beliau menyatakan "Who am i to judge", Siapakah saya, untuk menghakimi mereka? Dapatkah kita yang hanya awam saja, mengatakan,"Siapakah saya, yang boleh menghujat Karismatik?"
Haruskah infallible, lalu anda yakin? (Untuk pertanyaan ini, saya menjawab "iya".)
dibekukan sementara tho? pada akhirnya SJ tetap exist sampai sekarang?

Apakah kalau menolak sama dengan menghujat? Lagipula harus diperhatikan antara menolak ajarannya dengan menolak orangnya, keduanya berbeda jadi janganlah para pembaca diarahkan untuk menyamakan keduanya.

Bro, menarik untuk mengetahui, dimanakah posisi anda? menolak atau setuju?

Iya, dibekukan karena menyimpang, dicairkan karena sudah diperbaharui.
Yang mau saya tunjukkan di sini adalah jangan menganggap pujian Para Paus atas suatu komunitas adalah pernyataan yang infallible, pernyataan yang wajib dipercayai.
Posisi saya dari dulu sampai sekarang menolak Gerakan Karismatik. Apa saya berdosa bila menolak Gerakan Karismatik?

So, anda katakan, bahwa kita tidak boleh percaya pada Paus? Bukankah itu dosa juga?

anda gagal memahami antara pujian dengan deklarasi ajaran iman dan moral yang dinyatakan dengan cara infallible. Anda seperti mengarahkan bahwa orang-orang yang tidak setuju dengan pujian Paus atas suatu komunitas adalah orang yang sedang berbuat dosa, padahal tidak sama sekali lho. Dan anda menggeneralisir juga ya, sepertinya anda berusaha menunjukkan saya ini tidak percaya pada Paus; padahal saya hanya sekadar tidak setuju dengan pujian Paus atas suatu komunitas.

Karena memang terlihat spt itu Bro. Tidakkah anda bisa mengajarkan mengenai ketaatan? pendapat pribadi is okay. Tetapi kalau anda menunjukkan penolakan thd Paus, tidakkah itu berbahaya?

Saya kan tidak menolak Paus, tapi saya tidak setuju dengan salah satu pujiannya terhadap suatu Komunitas. Apa ini harus digeneralisir atau disimpulkan saya menolak Paus padahal saya sekadar tidak setuju dengan pujian Beliau? Silahkan dijawab.Artikel yang teman saya berikan yaitu ini http://www.catholicculture.org/news/headlines/index.cfm?storyid=16911
mengonfirmasi bahwa ncronline atau National Catholic Reporter bukanlah Katolik.

Saya meletakkan Paus sebagai panutan kita. Jika anda tidak setuju dengan Paus, bukankah anda mengajarkan ketidaktaatan? Tidak setuju dengan Paus, anda pasti memiliki alasan pribadi. Yang saya sorot adalah pendapat pribadi anda yang menolak Gerakan Karismatik. Secara logika, pasti sangat berhubungan. Dan ini yg saya maksud mengenai ketidaktaatan yg anda tunjukkan.

Bila saya sedang tidak setuju dengan pujian Paus (padahal itu hanya pujian, bukan deklarasi ajaran iman dan moral), maka saya sedang tidak mengajarkan ketaatan. Ketaatan tidak berarti saya harus setuju atas segala sesuatu yang dilakukan Paus. Saya harus setuju dengan semua pendapat atau opini Paus Alexander VI? Saya harus setuju dengan semua tindakan Benediktus IX? Di samping itu, di mana sih dalam ajaran resmi Katolik bahwa umat Katolik harus setuju atas pujian Paus terhadap suatu Komunitas? Tolong tunjukkan. Saya juga baca cerita di atas, Paus Fransiskus kan tidak menyatakan kita harus setuju dengan pujian Beliau. Romo William Most juga menolak Gerakan Karismatik. Setahu saya, Seorang Uskup pun juga berhak menolak keberadaan komunitas tertentu, termasuk karismatik, di dalam Keuskupan-nya. Apakah mereka tidak taat dengan Pujian Paus? Bila saya setuju dengan sejumlah Imam dan Uskup yang menolak Gerakan Karismatik, apa berarti saya tidak taat?

Tampaknya ada org yg lebih pintar dr 3 Paus. Para domba hendaknya patuh pada gembala, gembala suruh makan ya makan, percuma klo disuru makan tp pura2 makan dgn mencari pembenaran2 palsu. (bukan pembenaran palsu, tapi memang menolak Gerakan Karismatik bukanlah tindakan dosa. Apa para kaum tertahbis yang menolak Gerakan Karismatik itu orang-orang yang mencari pembenaran palsu atau orang yang tidak taat pada Paus?) Setidaknya Bapa Suci adalah Rasul pilihan Roh Kudus yg byk kelebihan dibanding kita awam.

TANGGAPAN UNTUK KOMENTAR HIJAU: bukan merasa lebih pintar tapi saya hanya menjelaskan bahwa Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa kita harus setuju dengan PUJIAN Paus atas suatu komunitas. Kalau memang ada ajaran Katolik bahwa kita harus selalu setuju dengan PUJIAN Paus atas suatu komunitas, silahkan dong ditunjukkan biar saya dikoreksi.

Baru anda yang saya lihat menolak pujian Paus tuh?

kalau begitu buka mata lebih luas lagi (karena di luar sana juga banyak yang tahu bahwa Gereja tidak mengajarkan ketaatan buta sehingga kita harus menerima suatu pujian pribadi Paus atas sebuah komunitas). Ah, kok beberapa pertanyaan saya gak ditanggapi? Ini saya copas lagi.
--Saya harus setuju dengan semua pendapat atau opini Paus Alexander VI? Saya harus setuju dengan semua tindakan Benediktus IX? Di samping itu, di mana sih dalam ajaran resmi Katolik bahwa umat Katolik harus setuju atas pujian Paus terhadap suatu Komunitas? Tolong tunjukkan.--

lha saya malah pingin tahu, kalo ada kok, wkwkwkwkwk..... (Pernyataan ini sebenarnya mengecewakan. Setelah Beliau beberapa kali menuduh saya menolak Paus, mengajarkan ketidaktaatan hanya karena saya tidak setuju dengan pujian pribadi Paus terhadap komunitasnya; ternyata Beliau tidak bisa menghadirkan dasar ajaran Gereja mengenai hal ini)
Anda tidak setuju dengan Alexander VI, ataupun Benedict IX, wong anda tidak hidup di jaman mereka. Tetapi bila, saat ini anda hidup di jaman mereka, ya anda harus patuh, meski itu salib besar yang anda pikul. itulah penyangkalan diri. Belajar mengenai ketaaatan
. (Beliau mengajarkan ketaatan buta (blind obedience) sehingga menuntut umat harus setuju dengan segala tindakan dan ucapan pribadi seorang Paus sekalipun tindakan dan ucapan tersebut adalah dosa dan salah. Ketaatan buta seperti ini bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik.)

Dari tadi anda berkata bahwa saya sedang menunjukkan ketidaktaatan, saya tidak percaya tetapi anda malah tidak bisa menghadirkan dasar ajaran Gereja untuk hal ini. ckckckc.
Benedict IX adalah seorang yang menjadi Paus dalam 3 periode, punya istri dan menjual tahta kepausan kepada orang lain demi bisa hidup dengan istrinya. Anda setuju dengan tindakan ini? Anda mendukung tindakan ini?
Paus Alexander VI memang merupakan salah seorang Paus yang paling kontroversial. Kepemimpinannya diwarnai banyak hal yang sangat negatif, misalnya mempunyai hubungan dengan wanita Roma sampai mempunyai empat orang anak. Oleh karena itu memang hidupnya tidak lurus, ia banyak berpihak melindungi anak-anaknya, terutama Cesare Borgia. Pada masa kepemimpinannya juga terjadi perang dan pembunuhan salah seorang anggota keluarganya, yaitu suami dari salah seorang anak perempuannya. (katolisitas.org)
Anda setuju juga dengan tindakan-tindakan ini?

Anda bicara tentang masa kegelapan, saya bicara mengenai saat ini.

Pertanyaan saya jangan dihindari dulu, apakah anda setuju dengan tindakan-tindakan Paus tersebut?

Apakah anda masih tidak dapat menangkap maksud saya?

anda masih menghindar dari pertanyaan saya? Silahkan jelaskan; jangan berasumsi atas saya.
Saya kutip lagi kata-kata anda: �Anda tidak setuju dengan Alexander VI, ataupun Benedict IX, wong anda tidak hidup di jaman mereka. Tetapi bila, saat ini anda hidup di jaman mereka, ya anda harus patuh, meski itu salib besar yang anda pikul. itulah penyangkalan diri. Belajar mengenai ketaaatan.�

yup, saya tidak menghindar, saya masih di sini, apakah anda MASIH tidak menangkap maksud saya?

Iya, belum. Silahkan jelaskan.

Jika saya hidup di masa itu, dengan berat hati, saya harus setuju, karena saya hidup di masa sekarang, dengan Paus yang bijaksana dan sangat mengagumkan, saya tentu taat dengan senang hati. Mengerti maksud saya? (Beliau sedang menunjukkan ketaatan buta, persetujuan atas tindakan dosa sejumlah Paus.)

Oh, bisa saya simpulkan anda setuju dengan tindakan-tindakan Paus tersebut?

terserah anda Bro

Ya sudah, memang eksplisitnya demikian. Saya baru tahu bahwa, menurut anda, kita boleh setuju atas sebuah tindakan dosa yang dilakukan oleh Para Paus tersebut. Sadly.

yang saya lihat, logika anda baik, tetapi anda mengedepankan pembenaran diri, itu yang membuat saya berhati hati. Tetapi itu pilihan anda lah, tidak ada yang menyetujui suatu tindakan dosa. Kalau anda memang menangkap yang saya katakan. Jika anda gagal dalam memahami logika iman (logika iman yang seperti apa sampai-sampai menyetujui tindakan-tindakan dosa hanya karena yang berbuat tindakan dosa adalah Paus. Paus Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus sendiri secara rutin mengakui dosanya kepada imam pengakuan mereka, menunjukkan bahwa mereka sendiri tidak menyetujui dan membenci dosa-dosa mereka.), jawaban apa pun yang anda dapat, semuanya sia sia.

Silahkan tampilkan ajaran Gereja yang mengharuskan kita setuju dan percaya pada pujian Paus atas suatu komunitas. ini saja dulu. Brdasarkan fakta, banyak juga yang tidak setuju dengan tindakan dan kata-kata beberapa Paus bahkan ada yang menjadi Santo-santa. Saya bukan membenarkan diri, tapi setahu saya memang tidak ada ajaran Gereja yang mewajibkan kita harus setuju dengan pujian Paus atas suatu kelompok dan sanksinya adalah dosa bila tidak setuju.  
Anda sendiri berkata bahwa anda dengan berat hati setuju dengan tindakan dosa Para Paus di atas. Jangan sekali lagi berasumsi rekan diskusi anda menangkap gagasan anda, ini bukan itikad baik dalam berdiskusi. Malah biasanya ini adalah trik untuk menghindar dari memberikan pernyataan tegas.

Lha saya kan udah bilang kalo ada saya juga mau kok ditunjukkan? wkwkwkwkwk Kok ya masih ga mudeng juga..
Anda menghilangkan" Jika saya hidup di masa itu,.. " Masihkah kurang jelas? Bahasa apalagi yang harus saya pakai?

ok, berarti tidak salah dan tidak dosa kan bila ada umat Katolik tidak setuju atas pujian Paus terhadap Gerakan Karismatik?
Tidak ada pengaruhnya bila kalimat pengandaian itu dihilangkan karena esensinya adalah persetujuan atas tindakan dosa Para Paus. Toh suatu dosa tetaplah merupakan dosa, tidak tergantung pada masanya entah itu masa dulu atau sekarang.Saya baru dengar bahwa kita, pada masa kegelapan, boleh setuju dengan tindakan dosa Para Paus.

untuk komen yang pertama sip
untuk komen yang kedua, sangat berpengaruh, Saya perjelas ya. Jika saya dan anda hidup di masa itu, demi ketaatan pada hirarki, jika kita mengaku taat, maka, saat itu, kita harus taat pada keputusan Gereja, mau putih dibilang hitam, mau hitam dibilang putih, kita harus taat. Itulah hirarki.

itu bukan keputusan Gereja, tapi tindakan pribadi Paus. Jadi, jangan disamakan dong. Dari tadi saya membicarakan tentang tindakan pribadi Paus (dan dalam konteks berita yang anda share, pujian Paus itu juga adalah pujian pribadi), jangan diarahkan seolah-olah adalah keputusan Gereja makanya Paus Benediktus IX menjual Tahta Kepausan demi wanita. Ini malah membuat umat Katolik jadi salah paham lho.

Kita bisa bilang pada saat ini, kalo yg dilakukan Paus2 tsb salah, karena kita hidup di masa yg cerah

Lho, emang dari dulu kan sudah diajarkan Gereja Katolik bahwa tindakan-tindakan seperti itu adalah dosa. Apa menurut anda, Gereja pernah mengajarkan tindakan dosa menjual tahta kepausan dan Paus punya istri banyak sebagai ajaran yang benar?

Seandainya, ini saya beri contoh ekstrem, misalnya, Paus memutuskan, Komuni bentuknya harus berubah, bukan lagi berupa hosti, tapi berupa Pastry, dan keputusan ini wajib dilakukan seluruh umat Katholik di dunia, haruskah kita taat? Jawabannya: Ya harus (sekali lagi ketaatan buta; seorang Paus tidak dapat mengubah atau membatalkan ajaran iman dan moral Gereja yang sudah ditetapkan oleh Konsili-konsili dan Para Paus sebelumnya. Bila Beliau konsisten dengan prinsip Beliau di atas, saya jadi yakin Beliau akan menyetujui seorang Paus mengajarkan ajaran bahwa Trinitas itu tidak pernah ada dan merupakan sesuatu yang salah.)

Seorang Paus itu terikat pada ajaran iman dan moral Gereja Katolik sehingga Ia tidak bisa memutuskan apa yang bertentangan dengan ajaran iman dan moral tersebut. Bila sudah didogmakan sebelumnya oleh suatu konsili atau Paus sebelumnya, Paus sekarang tidak berhak mengubah dogma tersebut. Oleh karena itu, bila Paus mengubah ajaran iman Katolik bahwa Ekaristi adalah sungguh tubuh dan darah Kristus menjadi Ekaristi hanyalah simbol tubuh dan darah Kristus, maka umat Katolik tidak diwajibkan untuk taat.
Tolong pelajari lagi tentang Infallibilitas Paus.

PENUTUP

Saya tidak pernah menyangkal bahwa tiga Paus terkini memuji dan mengakui Gerakan Karismatik, tetapi pujian dan pengakuan ini bukanlah suatu ajaran iman Gereja yang wajib diimani, bukanlah sesuatu yang pasti benar. Pujian dan pengakuan Para Paus atas Gerakan Karismatik tidaklah dilindung oleh karunia infallibilitas Paus sehingga tidak mengikat umat untuk harus setuju dan percaya. Posisi untuk menolak Gerakan Karismatik itu sendiri dibenarkan dan sejumlah kaum tertahbis juga menolaknya. Sejumlah kaum tertahbis seperti Romo Ray Blake (blog pribadinya: marymagdalen.blogspot.com) dan Romo Chad Ripperger serta Uskup Agung Dwyer dari Portland (pada tahun 1974) menentang Gerakan Karismatik; bahkan Romo Ray Blake terang-terangan meyakini bahwa gerakan ini berasal dari iblis. Alm. Uskup Agung Dwyer sendiri menyatakan Gerakan Karismatik sebagai salah satu trend paling berbahaya di dalam Gereja pada masa sekarang yang membahayakan dan merusak jiwa-jiwa: 
"We regard it [the charismatic movement] bluntly as one of the most dangerous trends in the Church in our time, closely allied in spirit with other disruptive and divisive movements threatening grave harm to unity and damage to countless souls." - Archbishop Dwyer of Portland, Oregon, 1974.
Gereja Universal dan Partikular (yaitu keuskupan) hendaknya perlahan-lahan melepaskan diri dari segala bentuk pengaruh Gerakan Karismatik dalam kehidupan menggereja seperti SHBDR, KEP dan SEP dsb sehingga Gereja tidak perlu lagi bergantung pada Gerakan Karismatik ini.

pax et bonum