Latest News

Showing posts with label Tokoh Gereja. Show all posts
Showing posts with label Tokoh Gereja. Show all posts

Wednesday, August 28, 2013

Kelesuan Para Penjaga Iman

Indonesian Papist kali ini membagikan terjemahan tulisan Dietrich von Hildebrand dari bukunya berjudul �The Devastated Vineyard� bab 1 yang ia beri judul �Kelesuan Para Penjaga�. Bab ini berisi keprihatinan besar Hildebrand mengenai kondisi Gereja setelah Konsili Vatikan II dan kekurangan yang nyata dari kepemimpinan gerejawi para uskup yang memiliki kewajiban untuk mendukung dan membela iman yang benar. Indonesian Papist turut mengambil keprihatinan yang sama dengan menerjemahkan tulisan Hildebrand. Dietrich von Hildebrand adalah seorang awam, baru menjadi Katolik pada usia 25 tahun, penulis banyak buku mengenai filosofi dan kekristenan. Ia dijuluki �Doktor Gereja era modern� oleh Paus Ven. Pius XII dan disebut sebagai seorang filsuf utama abad ke-20 oleh Paus Benediktus XVI. Pemikiran Hildebrand memberikan pengaruh dari beberapa karya terbaik Konsili Vatikan II termasuk mengenai apresiasi yang mendalam akan misteri perkawinan dan seksualitas. Paus Beato Yohanes Paulus II juga adalah salah seorang yang dipengaruhi oleh pemikiran Hildebrand mengenai perkawinan dan seksualitas. Dietrich von Hildebrand memiliki seorang istri bernama Alice von Hildebrand yang juga adalah teolog, professor dan filsuf terkemuka. Dietrich von Hildebrand meninggal pada 26 Januari 1977. Berikut ini terjemahannya:

Dietrich dan Alice von Hildebrand
Salah satu dari penyakit yang paling mengerikan dan menyebar luas dalam Gereja saat ini adalah kelesuan para penjaga Iman Gereja (lethargy of the guardians of the Faith of the Church). Di sini saya sedang tidak berpikir tentang para uskup yang adalah anggota �kolom kelima� yang ingin menghancurkan Gereja dari dalam, atau mengubah Gereja menjadi sesuatu yang sepenuhnya berbeda. Saya sedang berpikir mengenai lebih banyak para uskup yang tidak punya niat seperti itu (niat seperti itu = menghancurkan Gereja atau mengubah Gereja menjadi sesuatu yang sepenuhnya berbeda), tapi tidak menggunakan apapun dari otoritas mereka ketika datang untuk melakukan intervensi melawan para imam atau teolog sesat (heretical theologians or priests) atau melawan penampilan-penampilan menghujat dalam ibadah publik (liturgi). Mereka juga menutup mata dan mencoba ostrich-style (gaya burung unta) untuk mengabaikan pelanggaran-pelanggaran pedih yang meminta kewajiban mereka untuk campur tangan; dan mereka takut diserang oleh pers atau media massa dan [takut] difitnah sebagai reaksioner, berpikiran sempit atau orang abad pertengahan. Mereka lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah. Kata-kata St. Yohanes Bosco diterapkan kepada mereka: �Kekuatan yang jahat dari manusia berada pada kepengecutan (cowardice) akan yang baik.�

Memang benar bahwa kelesuan mereka yang berada pada posisi berwenang (position of authority) adalah penyakit zaman kita yang menyebar luas di luar Gereja. Penyakit itu ditemukan di antara para orang tua, rektor-rektor perguruan tinggi dan universitas, kepala-kepala berbagai organisasi lainnya, para hakim, para kepala negara, dan lain-lain. Tetapi fakta bahwa penyakit ini bahkan telah masuk ke dalam Gereja adalah sebuah indikasi jelas bahwa perjuangan melawan semangat duniawi telah digantikan dengan berenang bersama semangat zaman dalam nama �aggiornamento�. Seseorang akan terpaksa untuk berpikir mengenai orang-orang upahan yang meninggalkan domba-dombanya kepada serigala-serigala ketika berefleksi mengenai kelesuan dari begitu banyak uskup dan superior yang, meskipun mereka sendiri masih ortodoks {1}, [tetapi] tidak memiliki keberanian untuk campur tangan melawan ajaran-ajaran sesat yang paling mencolok dan segala macam pelanggaran-pelanggaran dalam keuskupan mereka atau tarekat (ordo) mereka.

Tetapi hal yang terutama paling menyebalkan adalah ketika uskup-uskup tertentu, yang diri mereka sendiri menunjukkan kelesuan terhadap kaum sesat (bidat), [tetapi] mengambil sikap otoriter yang keras kepada kaum beriman yang berjuang untuk ortodoksi (kelurusan ajaran) dan mereka yang sedang melakukan apa yang seharusnya uskup-uskup itu sendiri lakukan. Saya pernah diizinkan membaca sebuah surat yang ditulis oleh seorang pria di posisi yang tinggi dalam Gereja, [surat itu] ditujukan kepada sebuah kelompok yang telah secara heroik berjuang untuk iman yang benar, iman yang murni, ajaran Gereja yang sejati dan Paus. Kelompok ini telah mengatasi �kepengecutan dari orang baik� (cowardice of good men) yang St. Yohanes Bosco katakan, dan dengan demikan seharusnya menjadi sukacita terbesar para uskup. [Tetapi] surat itu berkata: �Sebagai Katolik yang baik, kalian hanya perlu melakukan satu hal; cukuplah menjadi taat kepada semua ketetapan uskup kalian.�

Konsepsi mengenai Katolik �yang baik� secara khusus mengejutkan pada masa di mana kedatangan era orang-orang awam modern secara terus-menerus ditekankan. Tetapi [konsepsi Katolik �yang baik�] adalah sepenuhnya salah untuk alasan ini:  apa yang sesuai dengan masa di mana tidak ada ajaran-ajaran sesat terjadi dalam Gereja yang tidak secara langsung dikutuk oleh Roma, menjadi tidak sesuai dan tidak terjadi pada masa ketika ajaran-ajaran sesat yang belum dikutuk menjadi malapetaka dalam Gereja, bahkan menginfeksi beberapa uskup tertentu yang tetap berada pada jabatannya [sebagai uskup]. Sebagai contoh, haruskah kaum beriman pada masa ajaran sesat Arianisme - di mana mayoritas uskup adalah penganut Arianisme � membatasi diri mereka untuk menjadi baik dan taat kepada ketetapan-ketetapan para uskup [arian] ini ketimbang melawan ajaran sesat tersebut? Bukankah kesetiaan kepada ajaran Gereja yang benar diberikan prioritas di atas ketaatan kepada uskup? Bukankah justru berdasarkan kebajikan ketaatan mereka kepada kebenaran-kebenaran yang diwahyukan yang mereka terima dari Magisterium Gereja sehingga kaum beriman memberikan perlawanan? Apakah kaum beriman tidak seharusnya khawatir ketika hal-hal yang diwartakan dari mimbar adalah sepenuhnya tidak sesuai dengan ajaran Gereja? Atau ketika teolog-teolog tetap sebagai guru yang mengklaim bahwa Gereja harus menerima pluralisme dalam filosofi dan teologi {2}, atau bahwa tidak ada kehidupan seseorang setelah kematian, atau mereka yang menolak percabulan sebagai sebuah dosa, atau bahkan menoleransi tampilan-tampilan immoralitas di publik, sehingga menyingkapkan kekurangpahaman yang menyedihkan akan dalamnya kebajikan Kristiani mengenai kemurnian.

Omong kosong dari para kaum sesat, baik para imam maupun awam, ditoleransi; [dengan demikian] para uskup dengan diam-diam menyetujui pemberian racun kepada kaum beriman. Tetapi para uskup ingin membungkam kaum beriman yang berjuang demi ortodoksi, orang-orang yang seharusnya dengan segala hak menjadi sukacita hati para uskup, penghiburan mereka, sumber kekuatan untuk mengatasi kelesuan mereka sendiri. Sebaliknya, orang-orang ini dianggap sebagai pengganggu perdamaian. Dan kemudian terjadi bahwa kaum beriman yang terbawa dalam semangat mereka dan mengekspresikan diri mereka sendiri bahkan ditangguhkan [oleh para uskupnya] dengan cara yang kurang bijaksana atau dibesar-besarkan. Hal ini dengan jelas menunjukkan kepengecutan yang tersembunyi di balik kegagalan para uskup untuk menggunakan otoritas mereka. Oleh karena mereka (para uskup) tidak memiliki apapun untuk ditakutkan dari orang-orang yang ortodoks; oleh karena orang-orang ortodoks tidak mengontrol media massa atau pers; maka orang-orang ortodoks ini bukan representasi opini publik. Dan karena ketaatan mereka kepada otoritas gerejawi, para pejuang untuk ortodoksi ini tidak akan pernah seagresif orang-orang yang disebut progresif. Oleh karena itulah, bila mereka (para pejuang ortodoksi ini) yang diperingatkan atau didisiplinkan, maka para uskup mereka tidak diserang oleh pers liberal dan difitnah sebagai reaksioner.

Kegagalan para uskup untuk menggunakan otoritas mereka yang diberikan Allah mungkin adalah, dalam konsekuensi praktis, kekacauan terburuk dalam Gereja saat ini. Karena kegagalan ini tidak hanya tidak menghentikan penyakit-penyakit spiritual, ajaran-ajaran sesat dan kehancuran kebun anggur Tuhan yang nyata dan berbahaya; kegagalan ini bahkan memberikan kendali kebebasan bagi kejahatan-kejahatan ini. Kegagalan menggunakan otoritas suci untuk melindungi iman yang kudus secara jelas membawa kepada disintegrasi Gereja.

Di sini, sebagaimana dengan kemunculan seluruh bahaya, kita harus berkata. �principiis obsta� (�hentikan kejahatan pada sumbernya�). Semakin lama seseorang membiarkan sebuah kejahatan berkembang, akan semakin sulit kejahatan itu dicabut lagi. Hal ini berlaku untuk membesarkan anak-anak, untuk kehidupan bernegara dan dalam sebuah cara yang spesial untuk kehidupan moral individu. Tapi adalah sungguh benar dalam cara yang sama sekali baru untuk intervensi dari otoritas gerejawi demi kebaikan umat beriman. Sebagaimana Plato katakan, �ketika kejahatan telah maju jauh, ... tidak pernah menyenangkan untuk menghilangkannya.�{3}

Tidak ada yang lebih salah daripada membayangkan bahwa banyak hal harus dibiarkan membabi buta dan melakukan yang paling buruk, dan bahwa seseorang harus menunggu dengan sabar sampai hal-hal itu mereda dengan sendirinya.  Teori ini terkadang mungkin benar berkaitan dengan pemuda yang sedang melalui masa pubertas, tetapi teori ini sepenuhnya salah dalam pertanyaan-pertanyaan mengenai bonum commune (kebaikan bersama). Teori palsu ini terutama berbahaya ketika diterapkan kepada bonum commune Gereja yang kudus, melibatkan hujatan-hujatan dalam ibadah umum (Liturgi) dan ajaran-ajaran sesat yang bila tidak dikutuk akan meracuni jiwa-jiwa yang tak terhitung jumlahnya. Di sini,  adalah keliru untuk menerapkan perumpamaan tentang gandum dan ilalang.

Catatan:

1. Istilah �ortodoks� berarti keyakinan pada ajaran resmi Gereja Katolik yang kudus yang menyatakan kebenaran yang otentik dan diwahyukan serta dijamin dan dibimbing oleh Roh Kudus. Ekspresi �ortodoks� tidak merujuk kepada keanggotaan dalam Gereja Ortodoks yang belum bersatu dengan Katolik.

2. Istilah �pluralisme� adalah paham bahwa seseorang dapat memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda terkait dengan kebenaran iman yang sudah didefinisikan dan dideklarasikan secara tak dapat salah atau bahwa setiap filosofi memiliki tempat dalam Gereja yang kudus � menjadi sebuah relativisme yang absolut. Tentu saja selama tidak ada pendefinisian dan pendeklarasian ajaran yang diberikan mengenai pertanyaan akan iman, pendapat berbeda boleh diajukan oleh umat yang ortodoks. Sebagai contoh, mengenai Dogma Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Santo Thomas Aquinas dan Beato Duns Scotus memiliki pandangan yang berbeda. Ini terjadi pada abad pertengahan. Tetapi setelah pendeklarasian dogma ini secara definitif pada tahun 1854, umat Katolik tidak lagi dapat memegang pandangan yang berbeda atau kontra dogma ini.

3. Plato, Laws, no. 660.

pax et bonum

Friday, August 2, 2013

Georgius Agricola, Saintis Katolik dan Bapak Mineralogi


Georgius Agricola mungkin bukan nama saintis yang familiar di telinga kebanyakan orang-orang Katolik dibandingkan Gregor Mendel atau Beato Nikolaus Steno. Beliau adalah Bapak Ilmu Mineralogi, sebuah ilmu yang berguna dalam teknik pertambangan dan teknik metalurgi. Cabang ilmu yang tidak terlalu umum ini mungkin juga menjadi salah satu faktor mengapa ia tidak terlalu dikenal oleh banyak orang Katolik.


Georgius Agricola
Georgius Agricola lahir pada tanggal 24 Maret 1494 di Glauchau, di daerah Saxony yang sekarang menjadi bagian timur Jerman dan Republik Ceska. Nama aslinya adalah Georg Bauer. �Bauer� sendiri artinya adalah �petani� dan dalam bahasa Latin adalah �Agricola�. Ia melatinkan namanya sehingga menjadi Georgius Agricola.

Tidak banyak yang diketahui dari masa kecil dan masa muda Agricola. Agricola adalah seorang yang pintar. Ia menjalankan studinya di Universitas Leipzig pada usia 20 tahun sejak 1514 hingga 1518 dan mendapatkan gelar Baccalaureus Art�um (B.A). Sejak tahun 1518 hingga 1522, ia mengajar bahasa Latin dan Yunani di Sekolah Zwickau dan menjadi kepala sekolah di sana. Ia kemudian kembali ke Leipzig dan menjadi dosen di Universitas Leipzig. Dalam tugasnya sebagai dosen, ia mendapatkan support dari Professor Petrus Mosellanus (1493-1524). Setelah kematian Mosellanus pada tahun 1524, Agricola pergi ke Italia selama 3 tahun (1524-1526) untuk belajar tentang obat-obatan, fisika, kimia dan filosofi. Ia studi di Universitas Bologna kemudian di Universitas Venice dan mungkin juga di Universitas Padua. Di Italia, ia berhasil mendapatkan gelar doktor. Selama di Italia, Agricola menjadi teman dekat Erasmus, seorang humanis terkenal yang menjadi editor Froben Press dan tinggal di Basel. Agricola juga mengenal dan membaca buku St. Thomas More berjudul �Utopia� selama berada di Italia.

Agricola kembali ke Zwickau pada tahun 1526 dan pada tahun 1527 membuka praktik pengobatan di Joachimstal (sekarang bernama J�chymov dan menjadi bagian dari Republik Ceska). Kota kecil ini terletak di Bohemia dan menjadi kota tambang yang sangat booming pada masa itu di Eropa Tengah, khususnya tambang perak. Joachimstal didirikan 11 tahun sebelum kedatangan Agricola dan memiliki penduduk beberapa ribu orang.

Dalam pernyataannya sendiri di salah satu bukunya, Agricola menyatakan bahwa ia menghabiskan waktu luangnya untuk mengunjungi tambang-tambang (mines) dan pabrik-pabrik peleburan bijih (smelters), menjalin relasi dengan orang-orang terpelajar di antara para pekerja tambang salah satunya adalah Lorenz Berman yang ia juluki �the learned miner) dalam tulisannya Bermannus. Agricola menulis banyak tulisan ilmiah yang merefleksikan banyak studi dan observasi lapangan langsung, tidak hanya mengenai batu-batuan dan mineral-mineral saja, tetapi mengenai setiap aspek dari teknologi dan praktik pertambangan pada masa itu. Buku berjudul Bermannus� diterbitkan pertama kali oleh Froben di Basel pada tahun 1530 setelah lebih draftnya lebih dulu diberikan kepada Erasmus. Erasmus mengatur publikasi atas buku tersebut. Buku ini menjadi semacam �katekismus� mengenai mineralogi, istilah-istilah pertambangan dan pengetahuan pertambangan lainnya.

Pada tahun 1530, Pangeran Maurice dari Saxony menunjuk Agricola sebagai historiografer (penulis sejarah) dan ia pindah ke Chemnitz, pusat industri pertambangan, untuk memperluas jangkauan observasinya. Para penduduk menunjukkan apresiasi mereka terhadap studi dan observasinya dengan menunjuk ia sebagai town physician (fisikawan kota) pada tahun 1533. Pada tahun yang sama, ia menerbitkan sebuah buku melalui Froben mengenai pengukuran dan berat dalam bangsa Yunani dan Romawi berjudul �De Mensuis et Ponderibus�. Pada masa ini, Agricola mulai menulis karya terbesarnya yaitu �De Re Metallica� yang baru diterbitkan sekitar 23 tahun kemudian.

Pada tahun 1543, Agricola menikahi Anna, janda dari Matthias Meyner, seorang petugas pajak. Mereka memiliki beberapa anak. Agricola kemudian dipilih sebagai Burgomaster (Master of The Town) Chemnitz pada tahun 1546. Ia menjadi orang yang populer di Chemnitz. Meskipun demikian, popularitasnya kemudian menurun. Kota Chemnitz adalah salah satu pusat Gerakan Protestantisme denom Lutheran sementara Agricola adalah seorang Katolik. Sentimen anti-Katolik meningkat di Chemnitz. Pada masa mudanya, Agricola memang memiliki kecenderungan liberal dalam perkara agama. Tetapi sejak kembali ke Leipzig, ia menjadi seorang Katolik yang teguh dan menolak Lutheranisme yang dicetuskan oleh Luther. Ia pernah melakukan studi atas tulisan Para Bapa Gereja Perdana yang membuatnya semakin teguh dalam Gereja Katolik dan hasil studinya ia muat di tulisannya berjudul �De Traditionibus Apostolicis�. Oleh karena ia adalah seorang Katolik, Agricola perlahan-lahan ditolak oleh orang-orang di kota Chemnitz yang dominan adalah Protestan Lutheran dan beberapa tahun kemudian dipaksa mundur dari jabatannya.

Agricola tetap seorang Katolik yang setia sampai akhir hayatnya. Menjelang akhir hidupnya, Agricola beberapa kali melakukan diskusi mengenai topik-topik gerejawi dengan orang-orang Protestan bahkan menyarankan teman Protestan-nya, Pangeran Maurice, untuk kembali ke pangkuan Bunda Gereja Katolik. Agricola meninggal pada 21 November 1555 di Chemnitz oleh penyakit ayan. Saking kuatnya penolakan orang-orang Chemnitz terhadap Agricola, jenazahnya dilarang dimakamkan di kota Chemnitz dan diperintahkan untuk dibawa ke kota Zeitz, 50 kilometer jauhnya dari Chemnitz, untuk dimakamkan.


Terdapat dua karya penting yang ditulis oleh Agricola yaitu:
1. De Natura Fossilium (publikasi tahun 1546). Karya inilah yang membuat Agricola digelari Bapak Mineralogi. Klasifikasi mineral (kala itu disebut fossil) secara umum berdasarkan bentuk geometrik dan komposisi seturut observasinya sendiri meskipun saat itu pengetahuan tentang komposisi kimia masih sangat sedikit. Tulisan ini adalah review yang penting terhadap semua literatur kuno. Dalam tulisan ini dan karyanya yang lain, ia dengan mudah menolak teori dari Aristoteles dan Pliny. Apa yang Agricola lakukan menjadi sebuah pendekatan baru bagi sains observasional (sains berdasarkan pengamatan langsung).
2. De Re Metallica (publikasi tahun 1556). Karya besar terakhirnya dipublikasikan setelah ia meninggal. De Re Metallica adalah suatu karya komprehensif mengenai pertambangan dan mineralogi. De Re Metallica menyurvei literatur klasik mengenai tambang dan mineral, kepemilikan tambang dan hukum pertambangan di Saxony, geologi badan bijih, pengujian bijih, survei, kontruksi dan operasi penambangan, peleburan dan pengayaan bijih serta pembuatan kaca yang pada masa itu belum diketahui dengan jelas sejak zaman kuno. Buku ini adalah karya paling penting dalam mineralogi sejak tulisan Theophrastus berjudul History of Stones sekitar tahun 315-314 SM.

Pax et bonum

Referensi:
3. Pengantar Terjemahan De Re Metallica dalam Bahasa Inggris oleh Herbert Clark Hoover (kemudian adalah Presiden Amerika Serikat ke-31).

Thursday, April 25, 2013

Teladan Uskup Agung Andre-Joseph Leonard


KALAHKAN KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN HATI

Yang Mulia Uskup Agung Brussel-Mechelen (Belgia), Mgr. Andre-Joseph Leonard memberikan teladan yang di Indah walaupun berat dilakukan.

Pada suatu konferensi di Prancis, Beliau diserang dengan disiram air tanda penghinaan oleh para wanita bertelanjang dada anggota FEMEN (Radikal Feminis) yang mempromosikan perkawinan sesama jenis dan hak-hak wanita. (Lihat fotonya di sini: http://www.sanctepater.com/2013/04/femen-feminists-attack-archbishop-andre.html)

Uskup Agung Andre-Joseph Leonard tidak memberikan perlawanan melainkan duduk tenang dan berdoa meski empat wanita tersebut menyiram dirinya. Empat wanita tsb akhirnya diamakan pihak berwajib sementara Uskup Agung Leonard meninggalkan tempat setelah sebelumnya mencium botol air berbentuk patung Bunda Maria yang digunakan para feminist untuk menyerang Beliau sebagai bentuk penghormatan terhadap Bunda Maria.


Serangan ini bukanlah yang pertama. Karena posisinya, yang selaras dengan Gereja, menolak pernikahan sesama jenis dan homosexual union di mana Beliau mengajarkan supaya kaum homosexual hidup dalam kemurnian ketimbang melakukan pernikahan atau hubungan seks sesama jenis; Beliau sering dikritik dan diserang oleh pendukung homoseksual dan anti-Gereja. Pernah suatu waktu saat memimpin Misa, Beliau dilempar dengan kue torte (pie) oleh seorang pendukung homosexual. Namun, selesai Misa dengan rendah hati dan tegas Beliau berkata:"torte yang rasanya benar-benar enak." 
(Lihat di sini: http://eponymousflower.blogspot.com/2010/11/archbishop-mutien-assaulted-at-mass.html)

Ia TIDAK MENYERAH dengan melawan kaum Feminis dan kaum homosexual yang melegalkan perkawinan sejenis. Namun, Ia melawannya dengan hati bukan dengan senjata atau kekerasan.

Jadi teringat Surat rasul Paulus kepada umat di Roma
Roma 12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan hati.

Terima Kasih Yang Mulia.
Teladanmu begitu indah buat para umat.

Tambahan:
Penjelasan Mengapa Gereja menolak perkawinan sesama jenis dapat dibaca di sini:
http://katolisitas.org/tag/homoseksual

pax et bonum
(digubah dari tulisan Admin page Paroki Subang).

Tuesday, November 13, 2012

Gregor Johann Mendel, O.S.A

Gregor Johann Mendel, O.S.A.


Minggu lalu kita di situs Indonesian Papist membaca riwayat hidup Beato Nikolaus Steno, Bapak Ilmu Geologi dan Stratigrafi, sekarang kita beralih ke saintis Katolik berikutnya. Tokoh kedua yang akan diceritakan adalah Gregor Johann Mendel yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Genetika.

Gregor Johann Mendel lahir di Hyncice, Moravia pada 22 Juli 1822, sebuah daerah yang sekarang menjadi Republik Ceska. Dia adalah anak tunggal dari orang tua petani. Mendel mengikuti sekolah lokal dan Institut Filosofi Olomouc. Pada tahun 1843, Mendel memutuskan untuk menjadi biarawan dan bergabung dengan Ordo St. Agustinus di Biara St. Thomas di Brno dan kemudian memulai studi teologinya di Brno Theological College. Mendel kemudian ditahbiskan menjadi imam Katolik pada tanggal 6 Agustus 1847.


Ordo St. Agustinus telah berdiri lama di Moravia sejak 1350 dan Biara St. Thomas adalah pusat dari perkembangan sains dan kebudayaan di wilayah itu. Anggota Biara St. Thomas adalah para filosofer, musikologis, matematikawan, mineralogis dan botanis terkenal yang terlibat dalam riset dan pengajaran saintifik. Perpustakaan di biara ini mengandung manuskrip-manuskrip berharga dan juga buku-buku yang berkaitan dengan sains alam. Biara ini juga memiliki koleksi mineralogikal, sebuah kebun botani untuk kegiatan eksperimen dan sebuah herbarium. Dalam atmosfer seperti ini, Mendel kemudian menulis, bahwa ketertarikannya terhadap sains alam terbangun.

Setelah penahbisannya, Mendel diberikan tugas-tugas pastoral tetapi segera ia menjadi jelas bahwa ia lebih cocok untuk mengajar. Pada tahun 1849, dia ditempatkan sebagai pengajar di sekolah menengah di kota Znaim di mana ia diterima baik oleh para muridnya. Menyadari bahwa Mendel mempunyai potensi, kepala biaranya mengirim Mendel ke Universitas Vienna. Mendel menghabiskan waktu dua tahun di Vienna (1851-1853, di mana dia mengikuti kuliah dan seminar mengenai sains alam dan matematika. Di sanalah ia mendapatkan keterampilan riset empirikal, metodologikal dan saintifik yang kelak ia terapkan dalam riset-risetnya. Mendel kembali ke Brno untuk mengajar pada tahun 1854 dan ia mencoba untuk mengikuti proses sertifikasi guru negara, tetapi ia jatuh sakit dan terpaksa mengundurkan diri. Mendel tidak lagi mengejar sertifikasi ini dan melanjutkan untuk mengajar paruh waktu.

Mendel memulai eksperimen-eksperimennya setelah kembali dari Vienna. Menggunakan 34 jenis kacang-kacangan dari genus Pisum yang telah dites kemurnian genetisnya, Mendel mencoba menentukan apakah mungkin untuk mendapatkan varietas baru dengan melakukan perkawinan silang. Risetnya melibatkan perencanaan yang teliti dan penggunaan ribuan tanaman experimental serta dikembangkan selama 8 tahun. Sebelum Mendel, hereditas dipandang sebagai proses �pencampuran� dan �dilusi� dari karakter-karakter parental yang berbeda.

Mendel menunjukkan bahwa kemunculan karakter-karakter berbeda dalam hereditas mengikuti hukum-hukum spesifik yang dapat ditentukan dengan menghitung jenis-jenis berbeda yang dihasilkan dari berbagai perkawinan silang. Mendel menetapkan dua prinsip hereditas yang sekarang dikenal secara luas sebagai Hukum Pemisahan (Segregation) dan Hukum Berpasangan Secara bebas (Independent Assortment) yang dengan demikian membuktikan keberadaan unit elementer berpasangan dan menetapkan hukum statistik yang menentukan jumlah karakter keturunan yang dihasilkan.

Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut GEN yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gen. Suatu tumbuhan mewariskan satu gen tiap pasang dari tiap "induk"-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gen untuk benih hijau dan lain gen untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gen yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel kelamin atau gamet (serupa dengan sperma atau sel telur pada manusia) berisi cuma satu gen untuk satu pasang. Mendel juga menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka sepasang sifat diturunkan atau diwariskan secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain.

Mendel menjadi seorang pertama yang memahami pentingnya investigasi statistik dan menerapkan pengetahuan matematika untuk masalah biologikal. Penemuan Mendel mengenal hibridisasi tanaman dipresentasikan dalam dua kuliah di hadapan Society for the Study of the Natural Sciences in Brno pada tahun 1865. Karyanya, Versuche �ber Pflanzen-Hybriden ("Experiments in Plant Hybridization,"), diterbitikan pada tahun 1866 dan dikirimkan kepada 133 asosiasi saintis-saintis alam lainnya dan kepada perpustakaan-perpustakaan penting di sejumlah negara. Mendel juga meminta 40 salinan artikelnya yang ia kirimkan kepada cendikiawan-cendikiawan di luar Brno. Meskipun demikian, karyanya ini pada mulanya diabaikan secara luas dan tidak dianggap penting. Tetapi, pada tahun 1900, tiga botanis, Hugo de Vries (Belanda), Karl Correns (Jerman) dan E. von Tschermak (Austria) melaporkan verifikasi independen mengenai karya Mendel yang menemukan kembali prinsip pertama Mendel. Karya Mendel yang awalnya diabaikan akhirnya menjadi hukum-hukum genetika yang berlaku secara luas sampai sekarang. Mendel pun dimaklumkan sebagai Bapak Ilmu Genetika.

Pada tanggal 30 Maret 1868, Mendel dipilih sebagai Kepala Biara St. Thomas. 16 tahun kemudian, pada tanggal 6 Januari 1884, Mendel meninggal di Brno. Mendel tetaplah menjadi seorang ahli biologi yang hebat dan menjadi inspirasi bagi salah satu ilmu pengetahuan yang paling menantang pada masa ini, Genetika.


Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter