Latest News

Showing posts with label Paskah. Show all posts
Showing posts with label Paskah. Show all posts

Saturday, April 20, 2013

Renungan Minggu Panggilan 2013 (Minggu Paskah IV)

oleh Rev. Pater Leo Sipahutar, OFM.Cap.

 
Bila kita pergi ke kota Roma, di sana kita bisa melihat sebuah gambar yang tertua dari Tuhan Yesus, yang berasal dari zaman Gereja Awal. Gambar itu dilukis pada dinding sebuah katakombe, yakni tempat persembunyian dari orang-orang kristen dulu di bawah tanah. Gambar itu memperlihatkan Yesus, bukan sebagai raja, bukan sebagai pengkhotbah, bukan juga sebagai orang yang tergantung di kayu salib, melainkan gambar itu menunjukkan Yesus sebagai seorang gembala, yang memanggul seekor anak domba pada bahu-Nya. Lukisan ini dibuat tentulah karena mendapat inspirasi dari ucapan Yesus sendiri yang menyebut diri-Nya "Gembala yang baik".


Yesus berkata: "Akulah Gembala yang baik, bukan seorang pencuri, bukan seorang penipu, bukan seorang yang meninggalkan dan menyesatkan domba-domba. Akulah gembala yang menjamin kehidupan bagi domba-domba". Dengan panjang lebar Injil Yohanes bab 10 menguraikan bagaimana Yesus sebagai Gembala yang baik turut merasakan suka-duka domba-domba gembalaan-Nya. Bahkan gembala yang baik itu rela menyerahkan nyawa-Nya demi domba-domba-Nya.

Dalam perikop Injil hari Minggu IV Masa Paskah Yesus berkata: " Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu." (Yoh 10: 27-30).

Saya rasa, sungguh merupakan suatu penghiburan yang menyejukkan hati bahwa kita sekarang ini masih boleh berbicara tentang gembala yang baik. Pada saat sekarang ini, di mana martabat manusia kurang dihormati lagi, di mana banyak manusia diperlakukan hanya sebagai alat, kita masih bisa mendengar tentang pemimpin dan gembala yang sejati. Syukur kepada Allah, bahwa di tengah krisis dan keprihatinan yang masih berlanjut melanda bangsa dan negara kita sekarang ini, kita masih diteguhkan oleh sabda Tuhan yang berkata: "Akulah Gembala yang baik".

Kita semua anggota Gereja ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan Kristus. Maka kalau Kristus menyebut diri-Nya "Gembala yang baik", sebenarnya kita masing-masing dipanggil juga menjadi gembala yang baik dalam bidang hidup kita masing-masing. Orangtua dipanggil sebagai gembala yang baik bagi anak-anaknya. Imam dan biarawan-biarawati dipanggil sebagai gembala yang baik bagi umatnya. Para guru dipanggil sebagai gembala yang bagi para anak didiknya. Para majikan dipanggil sebagai gembala yang baik bagi karyawannya, dan demikian juga pemerintah menjadi gembala yang baik bagi rakyatnya. Tak mungkin kita menjadi gembala yang baik dalam bidang hidup kita masing-masing, kalau hal itu kita lakukan di luar penggembalaan Kristus. Kristuslah pintu masuk ke dalam kandang domba. Maka kita harus masuk melalui Kristus. Artinya: bila kita menggembalakan tidak melalui Kristus, bila kita bertindak di luar Kristus, maka kita adalah pengacau, perusak den pengganggu bagi domba-domba yang dipercayakan kepada kita.

Yesus meminta setiap orang Kristen, baik yang sederhana maupun yang memiliki kekuasaan untuk meniruNya: menyadari kesatuanNya dengan Allah Bapa, dan dengan itu menyadari kesatuan komitmen; setiap orang harus menjadi pemimpin dalam hal melakukan kebaikan dan memerangi kezaliman agar dunia ini aman dan tenteram. Jika kita orang Kristen berhasil menjadi pemimpin yang baik maka orang akan melihat gambaran yang baik tentang Allah kita: Allah yang adalah pintu keselamatan, kaki yang kokoh menerjang berbagai tantangan, terang yang mengusir kegelapan, dan keindahan yang membuat kita dapat menikmati hidup dengan gembira. Kebangkitan Kristus merupakan panggilan bagi setiap orang Kristen menjadi pemimpin dalam kebaikan dan kesahajaan.


pax et bonum

Empat Puluh Hari Sesudah Kebangkitan



Penampakan di Emaus
Sesudah kebangkitan menyusullah suatu jangka waktu yang tidak dapat dilupakan oleh Para Rasul. Yesus tidak membataskan diri pada satu penampakan lalu selanjutnya menghilang dalam kemuliaan Bapa. Tidak. Dengan banyak tanda, Ia membuktikan bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah (Kis 1:3).
Dengan menampakkan diri berulang kali, Ia hendak menyatakan kepada Para Rasul bahwa kebangkitan-Nya bukanlah suatu khayalan. Santo Paulus mengemukakan salah satu penampakan di mana Ia menampakkan diri kepada lebih dari limaratus saudara sekaligus (1 Kor 15:6). Harus ada alasan yang kuat dan yang masuk akal untuk kepercayaan. Dan kesaksian itu harus merupakan fakta sejarah yang tidak dapat diganggu-gugat. Hanya beberapa dari penampakan ini ditulis dengan panjang lebar oleh pengarang Injil: penampakan pada hari kedelapan dengan pengakuan Tomas; penampakan di tepi danau; penampakan pada hari kenaikan.

Masih ada lagi beberapa sebab lain mengapa Yesus menampakkan diri. Ia ingin memberikan kepada Para Rasul-Nya beberapa minggu ketenangan dan penghiburan. Kepergian-Nya tidak boleh terlalu cepat dan seketika; pergaulan dengan Yesus masih harus berlangsung beberapa waktu lamanya. Dan pergaulan dengan Dia dapat mereka rasakan di daerah Galilea. Para Rasul sudah mendapat pesan dari malaikat agar pergi ke sana. Mereka mulai berjalan menuju tempat itu ketika pesta Paskah dan oktafnya sudah lewat. Para Rasul merasa diri tidak enak dan aman di Yerusalem walaupun Yesus telah bangkit. Di sana mereka selalu tinggal di rumah dengan pintu tertutup karena takut akan orang Yahudi, sedangkan di Galilea mereka dapat bergerak bebas.
Maksud Yesus menjangkau lebih jauh lagi. Melalui kontak berulang kali, Para Rasul harus mengerti bahwa kehidupan Yesus sesudah kebangkitan adalah asing dan penuh rahasia bagi mereka. Dan mereka sendiri dapat menyaksikan bahwa pergaulan dengan Yesus tidak sama lagi seperti dahulu. Cara bagaimana Ia datang dan hilang merupakan rahasia yang tidak dimengerti.

Di samping itu, masih ada banyak masalah yang harus dipelajari dan dimengerti oleh Para Rasul. Bukan masalah baru, tetapi masalah lama yang harus dimengerti lebih baik. Ia berkata: �Inilah perkataanKu, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat Musa dan Kitab Nabi-nabi dan Kitab Mazmur.� Lalu Ia membuka pikiran mereka dan mereka mengerti Kitab Suci (Luk 24:44).

Itulah inti daripada pembicaraan tentang Kerajaan Allah (Kis 1:3). Ia juga berbicara dengan mereka tentang beberapa masalah yang lebih konkrit dan penting karena mereka sudah menjadi lebih matang. Ia berbicara tentang kuasa untuk mengampuni dosa dan sekaligus Ia memberi mereka kuasa itu; Ia mengangkat Petrus sebagai kepala Gereja. Ia berjanji akan memberi bantuan-Nya secara terus-menerus. Sekarang mereka mengerti tugasnya dengan sesungguhnya. Yesus berkata kepada mereka: �KepadaKu telah diberi segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.� (Mat 28:18-20).

Pater Herman Embuiru, SVD.  Aku Percaya hlm. 111-112

Sunday, April 7, 2013

Kardinal George - Saya Seorang Religius Bukan Seorang Spiritual



Francis Cardinal George, OMI

�Saya seorang spiritual, tetapi bukan seorang religius.� telah menjadi semacam mantra yang umum bagi banyak (sejumlah) umat Katolik sebagai penolakan terhadap aturan-aturan religius dalam Gereja Katolik. Sebagian dari kita umat Katolik berpikir subjektif bahwa Yesus tidak mendirikan institusi religius, tidak mendirikan Gereja yang terorganisir dan penuh aturan seperti Gereja Katolik. Tentu, seorang Katolik haruslah meyakini  bahwa Yesus Kristus telah mendirikan Gereja Katolik di atas St. Petrus dan pengakuan imannya serta bahwa Gereja ini tidak akan dikuasai alam maut. Iman Katolik akan hal ini terbukti dengan eksistensi Gereja Katolik yang bertahan selama hampir 2000 tahun ditandai dengan keberadaan Paus Fransiskus, Sang Suksesor Petrus dan Wakil Kristus.

Sebagian umat Katolik melihat Gereja Katolik sebagai sebuah institusi religius yang begitu terorganisir: �Lihatlah Katolik punya sistem hierarki, punya hukum kanon, dan lihat juga sakramen-sakramennya yang harus dirayakan berdasarkan aturan gerejawi; tidak lupa juga dengan aturan-aturan liturgi yang begitu banyak. Wah, begitu terorganisir.�


Mereka berpikir bahwa aturan-aturan tersebut tidak terlalu berguna atau kurang berguna pada kehidupan rohani mereka. Mereka menganggap bahwa pengalaman spiritual mereka, relasi mereka dengan Yesus tidaklah terikat pada aturan siapapun termasuk aturan Gereja Katolik. Ketika seorang saudara seiman mengoreksi mereka dengan dasar yang jelas dari Gereja Katolik, mereka dengan segera menolaknya, menjadikan pengalaman pribadi sebagai pembenaran akan kesalahan mereka dan kemudian muncullah mantra di atas.

Francis Cardinal George, O.M.I, Uskup Agung Chicago memberikan sanggahan atas �mantra� tersebut sebagaimana yang dimuat di Catholic New World, Surat Kabar Keuskupan Agung Chicago. Berikut ini terjemahannya oleh admin:
Menjadi sebuah hal yang agaknya modis pada masa ini untuk menggambarkan diri sebagai seorang �spiritual tetapi bukan religius.� Hal ini berarti bahwa seseorang terbuka untuk sebuah pengalaman melampaui hal-hal komersial atau politik tetapi tidak terikat dengan agama �institusional�. Seseorang mengklaim pengalaman transendensi yang tidak terikat pada aturan siapapun.

Orang-orang dapat selalu membuat pengakuan (klaim) akan berbagai macam pengalaman. Pertanyaannya selalu adalah: �Siapa yang peduli? Mengapa orang harus peduli di mana orang lain mendapatkan spiritual yang tinggi?� Karena tidak seorang pun sungguh-sungguh peduli, klaim untuk menjadi spiritual tetapi tidak religius selalu menjadi klaim yang aman.

Klaim untuk menjadi religius itu berbeda. Ini adalah klaim bahwa Allah sendiri telah mengambil inisiatif untuk mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada kita dan memberitahu kita siapa Dia dan siapa kita. Agama Katolik mengikat kita kepada Allah berdasarkan kehendak-Nya, bukan kehendak kita, dalam sebuah komunitas iman yang telah Ia bawa ke dalam keberadaan.

Menjadi religius sebagai seorang Kristiani dimulai dengan keyakinan bahwa Yesus Kristus bangkit dari antara orang mati. Iman akan kebangkitan Kristus adalah pusat agama Kristen. Yesus bukanlah sekadar gagasan personal seseorang. Ia sungguh-sungguh ada dalam tubuh yang nyata, sekarang terubahkan dengan menaklukkan kematian itu sendiri. Mereka yang �spiritual� sering menolak kebangkitan Kristus sebagai peristiwa fisik, sesuatu yang membuat tuntutan tersendiri ketika anda masuk ke dalamnya. Mereka lebih memilih Yesus yang adalah sebuah gagasan yang aman di dalam pikiran mereka, Yesus yang diciptakan dalam gambar dan rupa mereka sendiri. Tetapi sebaliknya, Yesus yang bangkit, Yesus yang sesungguhnya, menerobos masuk ke dalam pengalaman kita dan secara pribadi mencari orang-orang yang Ia panggil untuk menjadi religius, untuk percaya pada apa yang Kristus telah lakukan bagi kita, yang sangat mengejutkan kita.

Oleh karena itu, bertemu dengan Yesus yang bangkit secara spiritual tergantung pada keyakinan kepada-Nya secara religius. Kita diberikan karunia iman dalam Sakramen Pembaptisan, yang didalamnya kita dikonfigurasikan kepada Kristus yang bangkit. Iman bertahan bahkan ketika tidak ada banyak pengalaman spiritual menggelitik dalam hidup kita. �Tuhan, aku percaya; tolonglah ketidakyakinanku.� (�Lord, I believe; help my unbelief,� ) adalah seruan dari seorang pribadi religius yang meminta Kristus untuk membawanya melampaui pengalaman spiritualnya ke dalam dunia yang baru di mana tubuh dan pikiran berbagi dalam rahmat Allah. Iman menganggap serius segala sesuatu yang datang dari Allah. Pribadi yang penuh iman itu yakin akan Allah dan tidak meyakini dirinya sendiri. Tidak seperti iman akan Allah, pengalaman itu sering salah/keliru dalam hal-hal religius.

Iman pribadi kita membutuhkan topangan komunitarian (topangan bersifat komunitas), jangan sampai merosot ke dalam spiritualitas individu. Sebuah cara yang solid dan pasti untuk menguatkan iman pribadi kita adalah memeriksanya terhadap iman Gereja Katolik, komunitas yang didirikan oleh Kristus di atas para rasul. Salah satu cara memeriksanya adalah dengan pergi kepada Petrus, rasul Yesus yang dipanggil untuk menjadi batu karang. Petrus dan para penggantinya meneguhkan iman kita dan menjaga kita tetap pada jalur agama yang benar.

Gereja Katolik memiliki seorang suksesor Petrus yang baru, Uskup Roma yang baru saja terpilih yang memilih untuk memanggil dirinya �Fransiskus�. St. Fransiskus dipanggil oleh Kristus untuk memperbaharui dan membangun kembali Gereja dan St. Fransiskus memerika setiap gerakan yang ia buat kepada Paus dan penasihat-penasihat Paus. Paus Fransiskus sekarang mengambil alih pelayanan Petrus dalam Gereja Universal. Ia akan meneguhkan iman kita dan menjaga kita terikat kepada rencana kasih Allah bagi keselamatan kita.

Sembari kita merayakan kebangkitan Kristus dari antara orang mati dan memperbaharui iman yang diberikan bagi kita pada saat pembaptisan kita, marilah kita juga berdoa untuk Paus Fransiskus. Miliknya adalah iman para rasul dan para orang kudus dari segala zaman, iman yang menyelaraskan pikiran dan hati kita kepada iman dan hati Yesus Kristus yang �tetap sama kemarin, hari ini dan selamanya.� Semoga Kristus yang bangkit memberkati anda dengan Paskah yang bahagia!

Pax et Bonum

Friday, March 29, 2013

Homili Tua Sabtu Suci dari Abad Kedua


Yesus turun ke tempat penantian
Dimanakah Kristus setelah kematian-Nya pada hari Jumat dan sebelum Ia bangkit pada Minggu Paskah? Sebagaimana yang kita ucapkan pada Syahadat (Credo), Ia turun ke tempat penantian. Pater Embuiru, SVD sekali waktu pernah memberikan katekese mengenai Kristus Turun Ke Tempat Penantian, silahkan klik link ini

Baik Kitab Suci dan Tradisi Suci juga menegaskan bahwa Kristus turun ke tempat penantian sebelum Ia bangkit. Kitab Suci menyatakan:
Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara. ... Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah.�(1 Pet 3:18-19, 4:6)
Sementara itu, Katekismus Gereja Katolik menjelaskan pula bahwa Kristus �turun ke tempat ini sebagai Penyelamat dan memaklumkan warta gembira kepada jiwa-jiwa yang tertahan di sana (KGK 632) agar orang-orang mati mendengar suara Anak Allah... dan mereka yang mendengar-Nya, akan hidup.�(KGK 635). Penjelasan dari Katekismus Gereja Katolik dapat dilihat di artikel ini.

Terdapat pula homili tua dari abad ke-2 mengenai Kristus yang turun ke tempat penantian untuk membebaskan jiwa-jiwa yang tertawan. Berikut ini terjemahannya oleh admin:
Sesuatu yang aneh sedang terjadi - Hari ini kesunyian besar meraja di bumi, kesunyian besar dan keheningan besar. Kesunyian besar karena Sang Raja sedang tertidur. Dunia gemetar dan ia menjadi bisu karena Allah telah jatuh tertidur dalam daging dan Ia telah membangkitkan semua orang yang telah tidur sejak dunia dijadikan. Allah telah meninggal dalam daging dan neraka gemetar ketakutan.

Ia telah pergi mencari Adam, leluhur kita, layaknya mencari domba yang hilang. Ia hendak mengunjungi mereka yang hidup dalam kegelapan dan dalam bayangan maut. Ia datang supaya membebaskan Adam yang tertawan dan Hawa yang turut tertangkap itu dari dukacitanya. Tuhan mendekati mereka menggunakan Salib, senjata yang telah memberikan kemenangan. Di hadapan-Nya; Adam, manusia pertama yang Ia ciptakan, memukul dadanya dalam ketakutan dan berteriak kepada semua orang: �Tuhanku bersamamu semuanya.� Kristus menjawab Adam: �Dan bersama rohmu.� Kristus memegang tangannya dan mengangkat dia, sembari berkata: �Bangunlah, oh yang tertidur, dan bangkitlah dari kematian dan Kristus akan memberikan engkau terang.�

�Akulah Allahmu yang demi kamu telah menjadi anakmu. Oleh cinta untukmu dan keturunanmu, Aku sekarang dengan otoritas-Ku memerintahkan semua yang dalam perbudakan untuk maju, semua yang dapat kegelapan untuk dicerahkan, semua yang sedang tidur untuk bangkit. Aku memerintahkan kamu, oh yang tertidur, untuk bangun. Aku tidak menciptakan engkau untuk menjadi tahanan di neraka. Bangkitlah dari kematian karena Akulah kehidupan orang mati. Bangkitlah, raihlah tangan-Ku, wahai engkau yang diciptakan dalam citra-Ku. Bangkitlah, marilah kita tinggalkan tempat ini, karena engkau di dalam Aku dan Aku di dalam engkau; bersama kita menjadi satu dan tak terpisahkan.

Oleh karena kamu, Aku Allahmu menjadi anakmu; Aku Tuhanmu mengambil rupa seorang hamba; Aku, yang tinggal di atas surga, turun ke bumi dan ke bawah bumi. Oleh karena kamu, oleh karena manusia, Aku menjadi seorang manusia tanpa pertolongan, bebas dari antara orang mati. Oleh karena kamu yang telah meninggalkan taman,  aku diserahkan kepada orang Yahudi di sebuah taman, dan aku disalibkan di sebuah taman.

Lihatlah wajah-Ku ludah-ludah yang Aku terima untuk mengembalikanmu kepada hidup yang pernah saya hembuskan kepadamu. Lihatlah di wajah-Ku tanda-tanda pukulan yang Aku terima untuk membentuk kembali kodratmu yang rusak dalam citra-Ku. Di punggung-Ku lihatlah tanda-tanda cambukan yang Aku terima untuk menghapus beban dosa yang membebani punggungmu. Lihatlah tangan-Ku, dipaku kuat kepada kayu pohon demi engkau yang yang pernah dengan jahat mengulurkan tanganmu ke sebuah pohon.

Aku tertidur di kayu salib dan sebuah pedang menikam lambung-ku bagi engkau yang tertidur di firdaus dan melahirkan Hawa dari dadamu. Lambung-Ku telah menyembuhkan luka di dadamu. Tidurku telah membangkitkan engkau dari tidurmu di neraka. Pedang yang menikam-Ku telah menyelubungi pedang yang berbalik melawan engkau.

Bangkitlah. Marilah kita tinggalkan tempat ini. Musuh memimpinmu keluar dari firdaus duniawi. Aku tidak akan mengembalikan engkau ke firdaus itu tetapi  akan mentahtakan engkau di surga. Aku melarang engkau [mengambil buah] pohon yang hanyalah sebuah simbol kehidupan, tetapi lihatlah Aku yang adalah hidup itu sendiri sekarang bersamamu. Aku mengangkat kerubim untuk melindungi engkau layaknya hamba yang dilindungi, tetapi sekarang aku membuat mereka menyembah kepada-Mu sebagai yang ilahi. Tahta yang dibentuk oleh kerubim menunggumu, pembawa tahtanya cepat dan bersemangat. Kamar mempelai telah dihiasi, perjamuan sudah siap dan tempat tinggal yang kekal telah disiapkan, rumah harta karun dari segala sesuatu yang baik telah terbuka. Kerajaan Surga telah disiapkan untukmu dari segala keabadian.�
Demikianlah homili dan katekese Sabtu Suci ini, semoga bermanfaat dan membantu kita memaknai Triduum Paskah ini.
Pax et Bonum