Latest News

Showing posts with label Renungan dan Homili. Show all posts
Showing posts with label Renungan dan Homili. Show all posts

Tuesday, December 25, 2012

Berfoto Ria Di Depan Kandang Natal?



~ REMAH-REMAH HARI RAYA NATAL~

Hari Raya Natal telah berlalu. Beribu kesan membekas di hati kita yang mengikuti Misa Malam Natal, Misa Fajar, atau pun Misa Siang (Sore). Gereja Katolik Latin, menyadari penting dan dalamnya makna Natal menyediakan replika Goa/Kandang Bethlehem di setiap paroki. Sementara, dekorasi Pohon Natal, tidak terlalu menjadi prioritas, karena tidak langsung menyentuh inti Misteri Inkarnasi Sabda yang kita rayakan dengan meriah.


Sebagai umat yang bersukacita, tentu kita tidak ingin melewatkan momen satu kali setahun ini. Untuk mengabadikan momen ini, kita seringkali berfoto di depan Goa/Kandang Natal. Tentu saja, sama sekali tidak ada larangan bagi kita untuk berfoto. Yang mungkin menjadi pertanyaan bagi kita adalah apabila kita melihat banyak orang berdesak-desakan untuk berfoto di depan replika Kandang Betlehem dengan 1001 macam pose (yang seringkali memakan waktu tidak sebentar). Menjadi bahan permenungan bagi kita, jika orang-orang yang sibuk berfoto itu (dan mungkin kita juga termasuk di dalamnya) terlempar ke zaman ketika Yesus lahir dengan sebuah �mesin waktu�, misalnya, masih maukah orang2 itu (dan kita) masuk ke kandang yang dingin, lembab, dan bau segala rupa itu? Jangankan masuk, mungkin sebelum berfoto di depannya saja kita akan berpikir seribu kali.

Sukacita Natal dalam Gereja Katolik tidak hanya berlangsung satu hari, dengan kata lain tidak hanya dirayakan pada momen 25 Desember. Gereja menyediakan waktu untuk bersukacita merayakan penjelmaan Sabda hingga Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani) yang kali ini jatuh pada hari Minggu, 6 Januari 2013. Maka, adalah baik sebenarnya jika kita tidak memaksakan diri untuk berfoto-foto di depan Goa/Kandang Natal pada Malam Natal atau Hari Raya Natal. Goa/Kandang Natal adalah pojokan khusus yang disediakan oleh Gereja, PERTAMA-TAMA UNTUK BERDOA dan merenungkan penjelmaan Sabda menjadi manusia dengan segala kesederhanaan-Nya. Kita harus memberi kesempatan kepada umat yang ingin berdoa di depan Goa/Kandang Natal.

Akhirnya, daripada sibuk berpose untuk kepentingan mengunggah foto di Facebook, dalam Masa Natal penuh sukacita ini dan pada Malam Natal/Hari Raya Natal tahun-tahun mendatang, semoga masih ada kesempatan bagi kita untuk merenung di depan Goa/Kandang Natal. Semoga tidak henti-hentinya terpana akan penjelmaan-Nya, seperti yang dikatakan dalam sebuah lagu Natal tradisional Italia :
�TU SCENDI DALLE STELLE, O RE DEL CIELO! � ENGKAU TELAH TURUN DARI ANTARA BINTANG-BINTANG, YA RAJA SURGAWI!�
Selamat merayakan Hari Kedua Natal dalam Masa Natal bersama Sto.Stefanus, martir pertama !

*Gambar yang ditampilkan adalah sebuah �MEME�. Meme adalah bentuk baru penyampaian gagasan dalam dunia maya dengan gaya bahasa sarkasme. Tentunya gambar seperti ini, tidak perlu ditanggapi dengan negatif, melainkan untuk direnungkan. Silakan kunjungi page KATOLIK MEMES INDONESIA jika tertarik untuk mengakses meme-meme bernuansa Katolik.

~IOJC (tu scis quia amo te)~

Diterbitkan ulang oleh Indonesian Papist
Pax et Bonum


Friday, December 21, 2012

Homili Natal Santo Gregorius Nazianzus Sang Teolog


St. Gregorius Nazianzus Sang Teolog

Kristus datang dari surga, pergilah menemui Dia! 
Kristus sudah lahir, muliakanlah dia!

Kristus ada di bumi, tinggikanlah Dia! Bernyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi; semoga aku dapat bergabung dengan satu ucapan, dan hendaklah langit bersukacita, dan bumi bergembira, karena Dia yang dari surga ada di bumi. Kristus dalam daging, bersukacitalah dengan gemetar dan penuh sukacita; dengan gemetar karena dosa-dosamu dan dengan sukacita karena harapanmu.


Sekali lagi, kegelapan sudah berlalu, dan Terang sudah muncul; sekali lagi Mesir dihukum dengan kegelapan, dan sekali lagi Israel diterangi dengan sebuah tiang. Orang-orang yang diam dalam kegelapan, biarkanlah mereka melihat Cahaya agung penuh pengetahuan.
 
Hal-hal yang lama sudah berlalu, lihatlah segala sesuatu sudah menjadi baru. Huruf (hukum Taurat) telah lampau, dan Roh tampil ke depan. Bayang-bayang sudah berlalu, dan kini kebenaran sudah tiba. Melkisedek sudah ditutup. Dia yang tanpa Ibu menjadi tanpa Bapa (Kristus sebagai sang Sabda tidak memiliki ibu, namun sebagai manusia Ia tidak memiliki ayah jasmani). Hukum alam terkejut; surga telah penuh. Kristus memerintahkannya, janganlah kita menentang Dia.

Bertepuk tanganlah kalian semua, karena seorang Anak telah lahir untuk kita, seorang Putera telah diberikan kepada kita, pemerintahan atas di atas bahu-Nya (karena dengan Salib Ia mengangkatnya), dan nama-Nya adalah Penasehat Bapa, Malaikat yang Agung. Hendaklah Yohanes berseru, mempersiapkan jalan bagi Tuhan; Aku pun akan menyerukan betapa hebatnya hari ini. Dia yang tidak berdaging menjadi daging, Putera Allah menjadi Putera Manusia, Yesus Kristus tetap sama kemarin, hari ini, dan selamanya. Biarlah orang-orang Yahudi tersinggung, biarlah orang-orang Yunani meratap; biarlah para bidaah berbicara sampai lidah mereka sakit. Maka mereka akan percaya, saat mereka melihat-Nya naik ke surga, dan jika masih belum percaya juga, meeka akan percaya saat Dia datang dari surga dan duduk sebagai hakim.

Inilah Hari Raya kita; yang kita rayakan pada hari ini, datangnya Allah kepada manusia, supaya kita dapat dapat pergi (atau dalam ungkapan yang lebih tepat) dapat kembali kepada Allah- agar dengan menanggalkan manusia lama, kita dapat mengenakan yang baru; dan sebagaimana kita mati dalam Adam, agar kita dapat hidup dalam Kristus, dilahirkan bersama Kristus dan disalibkan serta dimakamkan bersama Dia agar dapat bangkit bersama-Nya.

Tetapi saya harus segera meninggalkan pertukaran yang indah ini, sebagaimana rasa sakit mendahului kebahagiaan, begitu jugalah semakin besar kegembiraan semakin kuat juga rasa sakitnya. Karena di mana ada banyak dosa di situlah ada banyak rahmat; dan jika suatu rasa menghukum kita, betapa lebihnya sengsara Kristus membenarkan kita?

Maka dari itu, marilah kita merayakan Pesta ini, jangan seperti perayaan Pesta orang kafir, tetapi dengan cara yang saleh; jangan merayakan Pesta ini dengan cara duniawi, tetapi dengan cara surgawi; jangan merayakan Pesta ini sebagai Pesta kita sendiri tetapi sebagaimana kita adalah milik Dia yang menjadi milik Kita, Dia yang adalah Tuan kita; bukan sebagai kelemahan, tetapi sebagai penyembuhan; bukan sebagai ciptaan, tetapi sebagai penciptaan kembali.? 

diterjemahkan oleh Frater Daniel Pane, CSE.


Pax et Bonum
 



Thursday, November 15, 2012

Ketika Katolik Menjadi Ateis Praktis

Bapa Suci Benediktus XVI

Ateis Praktis haruslah dibedakan dari Ateis Aktual atau Ateis Teoritis. Ateis Praktis adalah orang-orang beragama yang mengakui bahwa mereka beragama tetapi mereka hidup seolah-olah Tuhan itu tidak ada. Sedangkan Ateis Teoritis adalah Ateis yang secara terang-terangan menolak eksistensi Tuhan dan mereka berusaha membuat argumen-argumen untuk menyangkal keberadaan Tuhan. Setiap orang Katolik yang mengakui bahwa ia percaya kepada Allah dapat saja menjadi seorang Ateis Praktis dan dengan demikian menjadi ancaman yang lebih besar daripada Ateis Teoritis.

Dalam Audiensi-nya tanggal 14 November 2012, Paus Benediktus XVI berkata bahwa �pada waktu kita sekarang terdapat fenomena yang berbahaya bagi iman; ada fakta sebuah bentuk ateisme yang kita definisikan sebagai �praktis� yang tidak menolak kebenaran-kebenaran iman atau ibadah-ibadah religius tetapi dengan mudah menganggap itu semua tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari, terlepas dari hidup, tidak berguna. Seringkali, kemudian, orang-orang percaya kepada Allah dengan cara yang mudah, tetapi hidup �seolah-olah Allah tidak ada� (etsi Deus non daretur). Pada akhirnya, cara hidup seperti ini lebih menghancurkan karena membawa kepada sikap acuh tak acuh terhadap iman dan pertanyaan mengenai Allah.�

Paus juga menambahkan �Dengan mengaburkan acuan kepada Allah, cakrawala etika juga dikaburkan [dan] memberikan ruang bagi relativisme dan konsep kebebasan yang ambigu yang bukannya malah membebaskan tetapi justru mengikat manusia kepada berhala.�

Contoh sederhana dari Ateisme Praktis adalah ketika mengakui bahwa Tuhan itu ada dan melihat segala yang kita lakukan tetapi kita malah berbohong untuk kepentingan kita dan kemudian mengabaikan kebenaran bahwa Allah itu ada dan melihat kebohongan kita itu. Pada saat kita secara sukarela dan sadar melakukan dosa bohong itu, kita telah mengabaikan Allah yang jelas menolak dosa bohong itu.

Contoh lain yang lebih kompleks adalah mengenai ajaran-ajaran moral Gereja yang berasal dari wahyu Ilahi. Tidak sedikit kita lihat bahwa ada banyak wanita melakukan aborsi demi kebebasan entah itu kebebasan dari malu (misalnya bila anak yang ia kandung adalah akibat dari hubungan di luar nikah) maupun kebebasan dari beban mengurusi anak. Dalam hal Alat Kontrasepsi Buatan, banyak orang Katolik, meskipun tahu bahwa penggunaan Alat Kontrasepsi Buatan adalah dosa, tetap menggunakan alat tersebut demi menghindari �kesusahan� dari mengurus anak yang lebih banyak.

Kita bisa melihat lebih jelas bahwa demi keuntungan pribadi, banyak dari kita menyangkal keberadaan Allah dan ajaran-Nya secara praktis dalam perbuatan-perbuatan kita. Malah tidak jarang lagi, banyak dari kita sudah kehilangan �perasaan berdosa� dan dengan enteng kemudian melakukan dosa yang sama berkali-kali. Ketika seorang teman menegur kita karena dosa kita itu, kita kemudian malah balik berkata dan menyerang, �Kamu itu jangan menghakimi saya. Suka-suka saya dong untuk melakukan ini.� Ya, ketika kita juga mulai membela diri kita sekalipun kita berdosa dengan kata-kata seperti �Suka-suka saya�, �Terserah saya dong�, �Masa bodoh dengan itu� dan sebagainya, kita semakin menarik diri kita menjauh dari Allah dan semakin jelas kita akan menjadi Ateis Praktis. Kita mengakui dan mengimani Tuhan di mulut dan pikiran kita, tetapi di saat yang bersamaan kita juga terikat kuat kepada dosa dan berhala. Perlu diulang kembali pernyataan Paus Pius XII yang masih relevan sampai sekarang: �The greatest sin of our modern generation is that it has lost all sense of sin.� � �Dosa terbesar generasi modern kita adalah generasi modern kita telah kehilangan semua rasa berdosa.�

Lalu apa efek dari �Seorang Katolik Menjadi Ateis Praktis� ini? Yang pasti adalah kebenaran Allah dan Gereja menjadi tersamarkan dan terkaburkan. Orang Katolik yang harusnya menjadi injil yang hidup dan menghidupi injil, justru menjadi batu sandungan bagi mereka yang berada di luar Kristus dan Gereja. Kita tidak bisa mengatur cara berpikir dan menilai orang lain. Banyak dari mereka yang berada di luar Kristus dan Gereja menilai apa yang tampak dari mata mereka. Tidak jarang nama Kristus dan Gereja akhirnya yang harus menanggung penghinaan atau pandangan negatif karena kita yang menjadi Ateis Praktis ini.

Apa yang kita lakukan untuk berbalik dari Ateis Praktis ini? Paduan pesan St. Yohanes Krisostomos dan St. Yosef  Leonessa ini bisa menjadi pesan yang bagus buat kita.

�Tetapi dapatkah tulisan yang satu ditulis di atas tulisan yang lain? Jika tulisan yang duluan tidak dihapus, maka tulisan yang baru tidak dapat ditulis di atasnya. Di dalam hatimu ada tertulis kelobaan, kesombongan, pemborosan dan cacat-cacat lainnya. Bagaimana kita dapat menulis kerendahan hati, kesusilaan dan keutamaan-keutamaan lainnya, jika cacat-cacat yang terdahulu tidak dihapus?� � St. Yosef  Leonessa.
�Oleh karena itu, saudara-saudara, hendaklah kita pun mengambil obat yang mengerjakan keselamatan kita, yakni melakukan pertobatan, yang melenyapkan dosa-dosa kita. Akan tetapi pertobatan itu bukan yang dinyatakan dengan melenyapkan noda-noda kejahatan dari dalam hati. Sebab sang nabi berkata: �Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku.� (Yes 1:1-16). Mengapa kelimpahan kata-kata ini? tidak cukupkah mengatakan saja: �Jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari hatimu� untuk menerangkan selurh maksud? Mengapa masih ditambahkan: �Dari depan mata-Ku?� Sebab lainlah cara mata manusia memandang, lain pula Tuhan memandang, yakni: �manusia memandang muka, sedangkan Tuhan memandang ke dalam hati.� Ia berkata: �Janganlah menjalankan pertobatan secara lahiriah saja, tetapi tunjukkanlah hasil pertobatan itu di depan mata-Ku, yang melihat apa yang tersembunyi.� � St. Yohanes Krisostomos.

Tidak lupa juga, di Tahun Iman ini, mari kita kenali ajaran Allah melalui Gereja-Nya, Gereja Katolik. Kekatolikan sekarang dipandang semata-mata sebagai sistem kepercayaan dan sistem nilai tetapi tidak dipandang sebagai ajaran-ajaran yang berasal dari wahyu Ilahi. Mari kita ubah cara pandang kita mengenai Kekatolikan dan mulailah mengetahui, menghidupi dan mewartakan ajaran iman kita yang berasal dari Kristus Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup.



Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter
 

Sunday, November 11, 2012

Pertobatan adalah Obat Dosa-dosa Kita

St. Yohanes Krisostomos
Inilah buah tobat, inilah keuntungan air mata: hati yang remuk redam tidak akan terpikat lagi oleh hawa nafsu. Demikian pula halnya dengan kita:  boleh jadi seseorang itu dihiasi dengan mahkota; tetapi bila ia melukai hati kita, maka kita akan meremehkan persahabatannya. Sebab tiada sesuatu yang lebih hina daripada seseorang, kendati ia raja, yang diperbudak oleh perbuatan tercela; seperti juga tidak ada yang lebih luhur daripada seseorang yang mempunyai keutamaan kendati ia tawanan.

�Tuhan telah mendengarkan tangisanku� si pengarang Mazmur tidak berkata begitu saja: �Tuhan telah mendengarkan suaraku�, melainkan �suara tangisku�. Lihatlah, betapa berlimpah-limpah dan kaya si pengarang Mazmur mengemukakan perkaranya: �Suara dan tangis�! Dengan �suara�, tidak ia maksudkan lantangnya teriak, melainkan perasaan jiwa; Dan �tangis�, tidak ia maksudkan hanya apa yang dicucurkan mata, tetapi juga apa yang keluar dari dalam hati. Sebab siapa yang melakukan tobat dan didengarnya Allah, tentulah ia juga memperoleh anugerah ini, yakni bahwa ia menjauhkan pergaulan dengan orang-orang jahat.

�Semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejapan mata.� Doa ini sangat bermanfaat; dan menurut pendapatku, doa itu mengandung rasa malu dan penyesalan batin. Sebab siapa yang berkelakuan jahat, meninggalkan kejahatannya jika ia merasa malu dan berubah batin. Sebagaimana kalau kita melihat seseorang mendekati tubir dan tempat yang curam, kita akan mencegah dia dengan berkata: �Hai manusia, mau ke mana? Di depanmu kan ada jurang menganga!� demikian pulalah si pengarang Mazmur ingin supaya  orang jahat berbalik. Demikian pula orang akan binasa, bila ia tidak segera mengekangi kudanya yang lari tegar. Oleh karena itu, saudara-saudara, hendaklah kita pun mengambil obat yang mengerjakan keselamatan kita, yakni melakukan pertobatan, yang melenyapkan dosa-dosa kita. Akan tetapi pertobatan itu bukan yang dinyatakan dengan melenyapkan noda-noda kejahatan dari dalam hati. Sebab sang nabi berkata: �Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku.� (Yes 1:1-16). Mengapa kelimpahan kata-kata ini? tidak cukupkah mengatakan saja: �Jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari hatimu� untuk menerangkan selurh maksud? Mengapa masih ditambahkan: �Dari depan mata-Ku?� Sebab lainlah cara mata manusia memandang, lain pula Tuhan memandang, yakni: �manusia memandang muka, sedangkan Tuhan memandang ke dalam hati.� Ia berkata: �Janganlah menjalankan pertobatan secara lahiriah saja, tetapi tunjukkanlah hasil pertobatan itu di depan mata-Ku, yang melihat apa yang tersembunyi.�


Pax et Bonum