Latest News

Showing posts with label Renungan dan Homili. Show all posts
Showing posts with label Renungan dan Homili. Show all posts

Monday, October 22, 2012

Hendaklah Kita Berbuat Baik dan Menderita Bersama Kristus

Santo Bonaventura, Doktor Gereja
Salib itu sendiri adalah mengerikan, khususnya di hadapan sengsara Kristus. Namun demikian, patutlah diinginkan karena memberikan kehidupan yang dikejar dan diinginkan semua orang, yaitu kehidupan kekal. Tiada seorang pun yang sedemikian jahatnya sampai berani mengatkan bahwa ia tidak mengejar dan menginginkan hidup kekal itu. Kendati demikian, orang jahat mengusahakan dan menginginkannya tidak secara layak; sebab mereka mau memiliki sekaligus hidup kekal dan hidup dalam kehinaan serta kebusukan dosanya.

Saudara-saudara terkasih, jalan ini tidak menuju hidup kekal, melainkan hanya jalan melalui jembatan Kristus. Jadi melalui salib, melalui perjuangan melawan musuh dan melalui kemenangan atas mereka. Dipandang secara lahirian, salib memang nampak mengerikan, tetapi secara batiniah, sungguh patut diinginkan. Dilihat secara lahiriah belaka, salib tampak sebagai kayu palang maut tetapi dipandang secara batiniah, tampaklah misteri salib itu sebagai pohon kehidupan justru karena Dia yang bergantung pada salib itu. Memang salib adalah sumber kehidupan dan memberikan hidup karena ia mencurahkan rahmat. Dalam surat kepada umat di Roma ada tertulis: �Upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup kekal� (Rom 6:23). Salib adalah kayu yang memberikan hidup berahmat; dengan itu kita diperbaharui dalam Kristus, diperbaharui oleh embun rahmat pertobatan.

Kayu manakah yang memiliki daya yang dapat membawa orang dari kelayuan kepada kesuburan dan dari kematian kepada kehidupan? Bukankah kayu salib Kristus semata-mata? Mengapa Putera Allah menderita sengsara hanya untuk bangsa manusia dan bukan untuk para malaikat? Sebab hanya manusialah yang dapat menerima pertobatan dan bukan malaikat. Nah, manusia adalah kayu yang oleh kelembapan air, yaitu orang karena pertobatan, dapat sampai kepada kesuburan.

Jadi salib adalah kayu yang memberikan hidup berahmat. Oleh karena itulah kita yang begitu sering mengalami kematian akibat dosa kita, mau merindukan kayu itu; kita mau bermatiraga dan menderita bersama Kristus. Rasul Petrus berkata: �Karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian� (1 Pet 4:1). Jika kita tidak melakukan ulah tapa maka aku tidak melihat kemungkinan bagaimana kita dapat mempertanggungjawabkannya dalam pengadilan kelak. Jadi, jika engkau hendak menghasilkan buah roh, maka engkau harus mematiragakan dagingmu. Yohanes menunjukkan kepada kita, dengan teladan Kristus: �Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jiga ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (Yoh 12:24). Jadi, jika kita bersama Kristus yang telah mati � bahkan mati disalib � mau memetik buah kayu salib itu, maka kita mesti disalibkan bersama Dia, agar dapat menghasilkan buah rohani.

Saudara-saudara terkasih, barangsiapa hendak menemukan Tuhan, ia menemukan-Nya di salib. Siapa yang meninggalkan salib, meninggalkan Tuhan juga. Siapa yang diliputi dengan keinginan kepada salib dan kepada Tuhan, menemukan Tuhan di sana. Dan ia menemukan-Nya bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan curahan rahmat.

Tuesday, October 16, 2012

Lebih Dekat Dengan Tuhan Yesus




Kita sekarang hidup di masa yang sulit sebagai seorang Katolik. Budaya-budaya masa sekarang menyampaikan pesan-pesan yang sangat berbahaya bagi kehidupan spiritual kita. Bila kita menjadi buta akan kebenaran, tampaknya kita akan berbalik arah dan mengejar �sukses� seperti yang ditentukan oleh dunia modern dan sekuler ketimbang mengejar kekudusan yang mana Allah sendiri memanggil kita kepada kekudusan tersebut.


Beginilah bagaimana dunia mengukur kesuksesan:
1. Apakah penampilan fisik saya atraktif atau menarik?
2. Apakah pakaian saya stylish dan seksi?
3. Apakah saya makan di restoran terbaik?
4. Seberapa banyak pendapatan saya dan seberapa banyak tabungan saya?
5. Apakah saya memiliki rumah yang terbaik dan mobil mewah keluaran terbaru?
6. Apakah saya begitu berkuasa dan berpengaruh di tempat kerja, rumah dan di antara teman-teman saya?
7. Apakah anak-anak saya dididik dalam sekolah-sekolah terbaik sehingga mereka juga bisa mencapai kesuksesan duniawi?

Tetapi, Allah menyediakan ukuran yang berbeda:
1. Apakah saya mencintai Allah dengan setiap urat di tubuh kita dan sepenuh jiwa kita serta mengasihi sesama saya seperti saya mengasihi diri saya sendiri?
2. Apakah saya peduli dengan kebutuhan spiritual dan material orang lain dan melakukan sesuatu untuk membantu mereka?
3. Apakah saya bisa diandalkan ... dapatkah orang lain mengandalkan saya?
4. Apakah saya seorang yang berintegritas ... dapatkah orang lain mempercayai saya?
5. Apakah saya seorang yang rendah hati dan tidak egois ataukah saya seorang yang sombong dan iri hati?
6. Apakah saya baik dan penuh kasih?
7. Apakah saya melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menghindari perbuatan-perbuatan jahat?

Kita bisa membaca Surat Yakobus yang mengingatkan kita bahwa mengikuti cara dunia � mengejar kekayaan materi tanpa memperhatikan kewajiban kita untuk mencintai Allah dan melayani sesama � akan membawa kita kepada kehancuran kita sendiri (lihat Yakobus 5:1-6).

Dan Yesus mengingatkan kita dalam Injil bahwa kesombongan bahkan dapat menyelinap masuk kita sedang berusaha untuk melayani Dia. Kita terkadang mencoba untuk mencegah orang lain melakukan apa yang baik seolah-olah hal itu entah bagaimana akan mengurangi usaha perbuatan baik kita sendiri. (Lihat Mrk 9:38-41).

Yesus berbicara lantang mengenai perlunya menghindari kesempatan-kesempatan berdosa: Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.�(Mrk 9:43-48).

Saran-saran untuk Menghindari Dosa dan Mengejar Kekudusan

Allah menghendaki hanya hal-hal yang baik untuk kita. Dia telah menciptakan setiap kita dari kebaikan-Nya untuk menikmati kebahagiaan abadi-Nya dalam hidup ini dan hidup yang akan datang. Adalah penting bagi kita untuk mengetahui ukuran yang mendorong perilaku dan tindakan kita. Bila kita tidak memeriksa bagaimana kita hidup dan apa yang memotivasi perilaku kita, kita akan tampaknya akan berjalan menyimpang dari rencana Allah bagi kita. Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah efektif dan sederhana untuk membantu kita melihat diri kita sebagaimana Allah melihat diri kita dan untuk mengambil tindakan korektif agar memperdalam pertobatan kita dari dosa demi menuju kepada Allah.

1. Menyediakan waktu untuk berdoa setiap hari dan berkomitmen pada diri sendiri untuk menggunakan waktu tersebut untuk berdoa.
2. Menggabungkan pemeriksaan batin ke dalam doa sebelum tidur anda.
3. Mulailah memeriksa batin Anda dengan memuji Tuhan dan mengucap syukur atas kebaikan-Nya. Mintalah Tuhan untuk memberikan Anda rahmat untuk menjadi bijaksana dan terbuka terhadap apa yang Dia ingin ungkapkan kepada Anda.
4. Kenalilah cara-cara di mana Tuhan telah memberkati anda sejak pemeriksaan batin anda yang terakhir.
5. Ingatlah waktu dan kesempatan sejak pemeriksaan batin terakhir anda di mana anda telah mengikuti kehendak Allah bagi hidup anda dan ingatlah juga waktu dan kesempatan di mana anda telah gagal � oleh karena pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian � untuk mengikuti kehendak Allah.
6. Kenalilah pola perilaku berulang anda. Di mana anda telah berbuat baik, carilah terus lebih banyak kesempatan yang sama untuk hidup dalam kebajikan. Di mana anda telah berdosa, berusahalah untuk membatasi atau menghindari kesempatan-kesempatan untuk berbuat dosa tersebut.
7. Membuat Langkah Penyesalan. Putuskanlah untuk tidak ingin berdosa lagi. Mintalah kepada Allah untuk memberikan rahmat dan kekuatan kepada anda untuk taat dan berserah diri kepada Allah.

Cobalah untuk melakukan hal-hal di atas dengan komitmen yang teguh. Meskipun kita lemah dan mudah jatuh dalam dosa, janganlah terus hidup dalam kelemahan dan keberdosaan itu. Tanamkanlah di pikiran dan hati kita bahwa setiap perbuatan dosa yang kita lakukan, telah menyakiti hati Yesus yang lebih dulu mengasihi kita. Yesus telah berjanji bahwa Ia tidak akan melupakan perbuatan-perbuatan sekecil apapun yang kita lakukan untuk mencintai Ia. Mrk 9:41 �Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.�

Diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari tulisan Diakon Mike Bickerstaff di situs Integrated Catholic Life

Pax et Bonum

Saturday, October 6, 2012

Homili Minggu Biasa Ke-27 (7 Oktober 2012) oleh Pater Phil Bloom



Sebuah Injil yang Sulit dan Kontroversial

Hari minggu ini kita mendapati sebuah Injil yang sulit dan kontroversial. Yesus menyatakan keutuhan seumur hidup perkawinan. Dia menyatakan itu dengan bahasa yang mungkin membuat kita tersentak, �Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.� Kata-kata ini mengecewakan para pendengar Kristus dan kata-kata itu juga mengecewakan orang-orang sekarang.

Sebelum berbicara mengenai pengajaran Yesus tentang pernikahan, saya akan melakukan kilas balik dan mempertimbangkan konteksnya. Pengajaran dramatis ini mengalir dari apa yang Yesus telah katakan kepada kita beberapa minggu terakhir:


Pertama, Yesus memberitahukan penderitaan, kematian dan kebangkitannya, lalu Ia memberitahu kita bahwa setiap orang harus memikul salibnya sendiri dan mengikuti-Nya. Petrus mencoba untuk menghalangi Yesus dan Yesus berkata �Enyahlah kau Iblis.� Para Rasul lain juga salah memahami Kristus. Mereka mulai berdebat mengenai siapa yang terbesar di antara mereka. Yesus lalu menempatkan seorang anak kecil di depan mereka dan memberitahu mereka bahwa mereka harus menjadi seperti anak kecil.

Tidak ada anak kecil yang mengklaim kemandiriannya. Anak kecil selalu menjadi milik seseorang, normalnya orang tuanya atau seseorang yang mewakili orang tuanya. Karena alasan itu kita memiliki sebuah perintah yang berkata, �Hormatilah Ibu-Bapamu!�. Bagi seorang manusia muda, pribadi yang terpenting hendaknya adalah ayah dan ibunya.

Pernikahan, bagaimanapun juga, mengubah hal tersebut. Yesus mengutip kitab Kejadian: �Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.�(Mrk 10:6-8)

Ketika seorang menikah, istrinya mendapatkan tempat pertama. Tidak semua orang memahami ini. Saya mengenal seorang pria yang istrinya mempersiapkan sebuah jamuan makan spesial baginya. �Rasanya Ok�, dia berkata, �tetapi ibu saya bisa membuat yang lebih baik.� Pria itu belum meninggalkan ibunya. Sekarang, kita memang harus tetap menghormati ibu dan ayah. Tetapi, ketika seorang pria menikah, ia tidak lagi menjadi milik orang tuanya. Ia menjadi milik istrinya. Dan istrinya menjadi milik dia. Keduanya menjadi satu daging. *

Keduanya menjadi satu daging karena Allah menciptakan kita laki-laki dan perempuan. Seperti yang Beato Yohanes Paulus II jelaskan, tubuh kita memiliki sebuah bahasa. Bentuk tubuh kita sebagai pria dan wanita berbicara mengenai pemberian diri dan penerimaan. Menjadi satu daging begitu nyata bahwa hal itu dapat menghasilkan penciptaan seorang pribadi manusia yang baru.

Dalam pernikahan, pria dan wanita sepenuhnya menjadi milik pasangannya masing-masing. Menghidupi realitas ini adalah sulit. Saya pernah memberitahu anda mengenai seorang wanita yang berkata, �Bapa, saya ingin menjadi seorang istri yang rendah hati, tetapi hal ini sulit karena suami saya selalu salah dan saya selalu benar.�

 �Saya tahu,� kata saya, �tetapi tetaplah mencoba menjadi seorang istri yang rendah hati.�

Dan tidaklah mudah bagi seorang suami untuk mempraktekkan kerendahan hati Kristus. Kristus memberikan diri-Nya sendiri sepenuhnya kepada mempelai-Nya, Gereja. Kristus melakukan hal itu sampai titik darah terakhir-Nya. Demikian juga seorang suami harus memberikan hidupnya untuk melindungi, membela dan menjaga istrinya dan keluarganya.

Banyak orang berkata sekarang ini bahwa pernikahan telah berakhir. Orang-orang muda lebih memilih untuk tinggal bersama saja dan ketika mereka menikah, pernikahan tersebut terlihat sangat rapuh. Dan, seiring dengan hal itu, sejumlah orang yang semakin banyak menginginkan untuk mendefinisikan ulang pernikahan sehingga pernikahan tidak lagi mensyaratkan pria dan wanita, tetapi setiap dua orang dewasa (entah berbeda jenis atau sejenis) yang memiliki ketertarikan bersama dan kuat.

Haruskah kita hanya mengibarkan bendera putih, mengakui kekalahan dan memfokuskan energi kita di tempat lain?? Hal ini sulit, tetapi kita perlu melihat pada teladan Yesus. Pernikahan sungguh berada dalam bentuk yang buruk pada masa Yesus. Seperti yang kita dengar, Musa mengizinkan seorang pria untuk menceraikan istrinya. Dan di Kekaisaran Romawi, pernikahan berada dalam kemunduran. Kaisar Agustus mencoba untuk memperkuat pernikahan tradisional, tetapi hanya memberikan efek kecil.

Tetapi Yesus tidak menyerah pada keputusasaan. Ia melihat melampaui masalah mendesak tersebut dan kembali ke masa permulaan. Pemilihan Umum adalah penting tetapi kita tidak akan memenangkan pertempuran ini pada polling booth. Peperangan Rohani � seperti yang kita lihat minggu lalu � sedang berlangsung di dalam hati manusia. Secara khusus di dalam hati orang-orang muda kita � dan jika saya dapat berbicara blak-blakan � di dalam hati para pemuda kita.

Mengapa para pemuda menghabiskan begitu banyak waktu bermain video game? Yang pasti, video game itu menghibur, tetapi video game juga dapat menarik ke pada sesuatu yang lain (selama tidak berlebihan), yaitu insting pemuda untuk berangkat ke medan pertempuran, bertarung dan melindungi. Allah menempatkan insting itu di dalam seorang pemuda untuk melindungi dan menjaga istri dan anak-anaknya.

Yesus berkata, �Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.� Ini adalah sebuah pengajaran yang sulit dan menantang. Hal ini memerlukan keberanian dan kerendahan hati, tetapi memberi nilai kepada pengorbanan apapun. Taruhannya tidak bisa lebih tinggi lagi: seperti yang Yesus katakan, Kerajaan Allah. Amin.


*. Hal ini pernah pula dijelaskan oleh Pater Frank Mihalic, SVD. �Seandainya kamu menikah, kemudian kamu dan istrimu serta ibu kamu sedang naik perahu. Perahu terbalik sedangkan baik ibu maupun istri kamu tidak bisa berenang. Kamu hanya bisa menyelamatkan satu orang saja. Menurut teologi moral (Katolik) siapa yang harus kamu selamatkan? Istri kamu. Sebab hidupnya tergantung pada kamu; kamu menikahinya. Dia menjadi bagian dari hidup kamu. Setelah kamu menikah maka semua kewajiban kamu berpindah dari ibu kepada istri.�

Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Homili di atas diterjemahkan dari situs resmiparoki tersebut.
Pax et Bonum


Saturday, September 29, 2012

Homili Minggu Biasa Ke-26 (30 September 2012) oleh Pater Phil Bloom



Peperangan Rohani

Kita terlibat dalam sebuah peperangan rohani � dan kita memerlukan semua pertolongan yang bisa kita dapatkan. Injil hari ini menggarisbawahi perlunya sekutu. Rasul Yohanes komplain mengenai seorang pengusir setan yang menggunakan nama Yesus untuk mengusir setan. Karena dia tidak termasuk dalam kelompok apostolik, Yohanes mencoba untuk mencegahnya.

Yesus, bagaimanapun juga, mengambil pendekatan yang berbeda: �Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.� Kata-Nya lagi, �Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.�
Yesus sedang memberitahu kita bahwa kita memerlukan sekutu-sekutu dalam pertempuran rohani. Dr. Peter Kreeft sekali waktu berbicara mengenai Peperangan spiritual. Dia bertanya, �Siapakah musuh itu?� Ia meneruskan dengan sebuah list musuh-musuh yang mungkin termasuk teroris Muslim, media, pembangunan liberal, aborsionis dan �Katolik Kafetaria�. Tidak, dia berkata, mereka bukanlah musuh kita; mereka adalah korban dari musuh yang sesungguhnya.



Lalu, siapa musuh yang sesungguhnya itu? Dr. Kreeft menjawab secara langsung, �Musuh kita adalah iblis. Malaikat yang jatuh. Roh-roh jahat.� *

Kita berada dalam perang dengan roh-roh jahat dan taruhannya tinggi. Perang Dunia II menentukan nasib bangsa-bangsa � bagi generasi-generasi. Tetapi kehidupan suatu negara adalah singkat dibandingkan dengan jiwa. Suatu hari Amerika Serikat akan menghilang. Ketika hal itu terjadi, keberadaan dan kepemilikan anda akan baru saja mulai. 

Demikian juga, teroris Muslim, fanatik anti-Katolik, pengajar Keluarga Berencana � mereka semua memiliki sebuah takdir abadi. Setiap orang memiliki sebuah nilai yang tak terhitung. Kita menginginkan keselamatan mereka. Peperangan rohani akan menentukan di mana setiap orang akan menjalankan keabadiannya. Yesus memberitahu kita bahwa hidup ini adalah serius. Adalah lebih baik untuk kehilangan tangan atau kaki atau mata daripada pergi ke dalam Gehenna (Neraka), api tak terpadamkan.

Sebuah pertempuran berkecamuk dalam budaya kita � dan di dalam hati dan pikiran anda. Kita membutuhkan semua pertolongan yang bisa kita dapatkan. Jangan menolak setiap sekutu yang mungkin, nasihat Yesus.

Saya ingat ketika saya berada di sekolah tinggi mendengarkan pidato inaugural Presiden John F. Kennedy. Ia berkata, �Kita akan membayar harga apapun, menanggung beban apapun, bertemu kesulitan apapun, mendukung setiap teman, menentang setiap musuh...�

Yesus demikian pula berbicara mengenai mendukung setiap teman, membayar setiap harga dan menanggung setiap beban. Dan kita menghadapi musuh yang lebih berat dari rezim komunis manapun. Musuh kita telah memiliki pengalaman berabad-abad membuat orang jatuh. Musuh kita mengetahui kelemahan dan pikiran anda � dan dia memiliki senjata-senjata baru dan powerfuldalam internet, TV dan media pada umumnya. Musuh kita itu bukan seorang yang jantan. Seperti seekor hyena yang kejam, ia menyerang kijang yang terluka.

Kita sering terlihat tak berdaya menghadapi musuh ini. Dan kita memang demikian � bila kita mengandalkan kekuatan kita sendiri. Tetapi hal-hal ini berubah ketika kita berseru kepada Tuhan, Perawan Maria, St. Mikael dan para malaikat-Nya � dan seluruh persekutuan Para Kudus yang mencakup mereka yang berada di bumi yang berdiri bersama dengan Yesus. St. Yakobus mengajarkan kita untuk berserah diri kepada Tuhan dan menolak iblis dan iblis itu akan melarikan diri.

Minggu berikutnya Yesus akan berbicara kepada kita mengenai pernikahan. Ini adalah topik yang sulit. Iblis sedang menyerang pernikahan-pernikahan dan pernikahan itu sendiri secara beringas. Kondisi �pasang� tampak sedang menguntungkan iblis. Tetapi saya memiliki beberapa berita. Saya akan memberitahu anda mengenai hal itu dalam homili saya berikutnya. Saya tidak ingin membiarkan kucing keluar dari karung, tetapi saya dapat berkata ini: Kemenangan adalah milik Yesus.

Kemenangan mungkin tidak terjadi besok � atau bulan November. Presiden Kennedy berbicara mengenai �panggilan untuk menanggung beban dari sebuah perjuangan panjang di dalam gelap dari tahun ke tahun, �bersukacita dalam harapan; bersabar dalam penderitaan.��

Minggu yang akan datang, saya akan meminta orang-orang muda kita � terutama laki-laki muda kita � untuk bergabung dalam perjuangan ini, peperangan rohani ini. Musuh bebuyutan kita mengusahakan kehancuran kekal kita, tetapi Yesus menawarkan kehidupan. Dan dia memberitahu kita: lebih baik kehilangan sebuah tangan, mata atau kaki daripada kehilangan hidup yang kekal. Dan Ia mendesak kita untuk mencari semua sekutu yang tersedia dalam pertempuran.

Pilihannya jelas: untuk memasuki kehidupan atau memasuki neraka. Kita berada dalam peperangan rohani dan kita membutuhkan semua bantuan yang bisa kitadapatkan. Amin.
  

Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Homili di atas diterjemahkan dari situs resmiparoki tersebut.
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter
 

*. Dr. Kreeft, pengajar seminaris Oblat Perawan Maria, menulis sebuah artikel(silahkan klik) yang berisi penjelasan mengenai pertempuran rohani, musuh-musuh kita dan senjata-senjata yang kita miliki dalam pertempuran rohani tersebut.