Latest News

Showing posts with label Paus Fransiskus. Show all posts
Showing posts with label Paus Fransiskus. Show all posts

Wednesday, October 9, 2013

"Saya Percaya Tuhan, tetapi Bukan Tuhan Katolik" (Respon)


Banyak umat Katolik juga non-Katolik terkejut atau bingung dengan pemberitaan media-media Indonesia yang bertajuk �Paus Fransiskus: Saya Percaya Tuhan, tetapi Bukan Tuhan Katolik�. Jika membandingkan pemberitaan di media-media tersebut dengan teks asli wawancara Paus Fransiskus dengan Ateis bernama Eugenio Scalfari, dapat dengan mudah ditemukan fakta bahwa media-media keliru menafsirkan, mengutip sepotong-sepotong, dan menuduh Paus Fransiskus seorang liberal. Seorang rekan sesama admin di page Katolik Menjawab telah membuat tanggapan atas pemberitaan media-media tersebut. Saya sangat merekomendasikan anda sekalian membacanya. Silahkan klik link di bawah ini:



Pada artikel ini, saya hendak mengajak para pembaca sekalian untuk membaca pernyataan Paus Fransiskus mengenai keyakinan Beliau akan Allah dalam terang sebuah homili yang Paus Fransiskus berikan pada Pesta Santo Georgius. Sebelumnya saya akan mengutip tanya jawab dalam wawancara tersebut yang menjadi topik artikel ini:

PAUS FRANSISKUS: But now let me ask you a question: you, a secular non-believer in God, what do you believe in? You are a writer and a man of thought. You believe in something, you must have a dominant value. Don't answer me with words like honesty, seeking, the vision of the common good, all important principles and values but that is not what I am asking. I am asking what you think is the essence of the world, indeed the universe. You must ask yourself, of course, like everyone else, who we are, where we come from, where we are going. Even children ask themselves these questions. And you?"

EUGENIO SCALFARI: I am grateful for this question. The answer is this: I believe in Being, that is in the tissue from which forms, bodies arise.

PAUS FRANSISKUS: "And I believe in God, not in a Catholic God, there is no Catholic God, there is God and I believe in Jesus Christ, his incarnation. Jesus is my teacher and my pastor, but God, the Father, Abba, is the light and the Creator. This is my Being. Do you think we are very far apart?"

Di sini, Paus Fransiskus mengajukan pertanyaan kepada Scalfari, �sebagai seorang yang tidak percaya kepada Allah, apa yang engkau percayai?�. Scalfari menjawab bahwa dia percaya pada Being yang dipahami sebagai esensi dunia, sesuatu yang membentuk. Dan barulah setelah itu Paus Fransiskus merespon �Saya percaya kepada Allah, tidak kepada seorang Allah Katolik, tidak ada Allah Katolik, yang ada adalah Allah dan saya percaya kepada Yesus Kristus, inkarnasi-Nya. Yesus adalah guru dan gembala saya, tetapi Allah Bapa, Abba adalah terang dan Pencipta. Ini adalah Being saya. Apakah kamu berpikir kita sungguh terpisah jauh?�


Sebenarnya dengan melihat konteks wawancara tersebut, kita menemukan sesuatu yang cukup jelas dan tidak bertentangan dengan iman Gereja Katolik. Di sini, Paus Fransiskus sedang mengajak Si Ateis Scalfari untuk mencari dan mengenal Allah lebih dalam, sembari Paus Fransiskus menegaskan bahwa Allah itu bukan hanya Allah bagi orang Katolik tapi bagi semua manusia termasuk bagi para ateis. Sayangnya pemahaman yang berbeda disampaikan media-media Indonesia sehingga apa yang disampaikan oleh Paus Fransiskus menjadi kabur atau dikaburkan. 

Dalam konteks pemberitaan yang kabur oleh media-media ini yang mengira Paus sedang menyangkal iman Katoliknya, seharusnya kita bertanya-tanya juga mengapa Paus dan kita masih menjadi seorang Katolik? Mengapa Paus dan kita tidak menjadi universalis atau spiritualis tanpa agama?

Homili Paus Fransiskus dalam Pesta St. Georgius memberikan kejelasan atas pertanyaan-pertanyaan ini.
And so the Church was a Mother, the Mother of more children, of many children. It became more and more of a Mother. A Mother who gives us the faith, a Mother who gives us an identity. But the Christian identity is not an identity card: Christian identity is belonging to the Church, because all of these belonged to the Church, the Mother Church. Because it is not possible to find Jesus outside the Church. The great Paul VI said: "Wanting to live with Jesus without the Church, following Jesus outside of the Church, loving Jesus without the Church is an absurd dichotomy." And the Mother Church that gives us Jesus gives us our identity that is not only a seal, it is a belonging. Identity means belonging. This belonging to the Church is beautiful.
Demikianlah Gereja adalah seorang Bunda, Bunda dari lebih banyak anak, banyak anak. Gereja semakin dan semakin menjadi seorang Bunda. Seorang Bunda yang memberikan kita iman, seorang Bunda yang memberikan kita sebuah identitas. Tetapi identitas Kristiani bukanlah sebuah kartu identitas (KTP):  Identitas Kristiani adalah menjadi milik Gereja, karena semua ini merupakan milik Gereja, [milik] Bunda Gereja. Karena tidaklah mungkin menemukan Yesus di luar Gereja. Sang Agung Paus Paulus VI berkata: �Ingin hidup bersama Yesus tanpa bersama Gereja, mengikuti Yesus di luar Gereja, mencintai Yesus tanpa Gereja adalah sebuah dikotomi yang absurd.� Dan Bunda Gereja yang memberikan kita Yesus, memberi kita identitas yang bukan sekedar sebuah materai, [tapi] suatu kepemilikan. Identitas berarti kepemilikan. Menjadi milik Gereja ini adalah [hal] yang indah.
Dan di bagian dari paragraf terakhir dari homili tersebut, Paus Fransiskus menegaskan kembali:
Think of this Mother Church that grows, grows with new children to whom She gives the identity of the faith, because you cannot believe in Jesus without the Church.�
�Pikirkanlah mengenai Bunda Gereja ini yang tumbuh dan tumbuh dengan anak-anak baru yang kepada mereka dia (Bunda Gereja) memberikan identitas iman, karena engkau tidak dapat percaya kepada Yesus tanpa Gereja.�
Bagi yang familiar dengan pengajaran Bapa Gereja St. Siprianus dari Kartago, kita bisa melihat bahwa Paus Fransiskus dalam homilinya ini menegaskan kembali apa yang disampaikan St. Siprianus dari Kartago mengenai Gereja sebagai Bunda dan dalam relasinya dengan Allah sebagai Bapa.
Thus too the Church bathed in the light of the Lord projects its rays over the whole world, yet there is one light which is diffused everywhere, and the unity of the body is not separated. She extends her branches over the whole earth in fruitful abundance; she extends her richly flowing streams far and wide; yet her head is one, and her source is one, and she is the one mother copious in the results of her fruitfulness. By her womb we are born; by her milk we are nourished; by her spirit we are animated. (St. Cyprian of Carthage, On The Unity of the Catholic Church chapter 5)
The spouse of Christ cannot be defiled; she is uncorrupted and chaste. She knows one home, with chaste modesty she guards the sanctity of one couch. She keeps us for God; she assigns the children whom she has created to the kingdom. Whoever is separated from the Church and is joined with an adulteress is separated from the promises of the Church, nor will he who has abandoned the Church arrive at the rewards of Christ. He is a stranger; he is profane; he is an enemy. He cannot have God as a father who does not have the Church as a mother. (St. Cyprian of Carthage, On The Unity of the Catholic Church chapter 6)
Sangat jelas diajarkan oleh St. Siprianus, dan digemakan lagi oleh Paus Fransiskus, bahwa mereka yang tidak memiliki Gereja sebagai Bunda tidak dapat memiliki Allah sebagai Bapa. Kebundaan Gereja sendiri secara konsisten sudah diajarkan sejak era Para Bapa Gereja Awal. 

Kita bisa mendapatkan sebuah kejelasan di sini dari memahami pernyataan Paus Fransiskus dalam wawancara tersebut dalam kesatuan dengan homili Paus Fransiskus pada Pesta St. Georgius.

Paus Fransiskus menjelaskan tidak pernah Gereja mengajarkan bahwa ada yang namanya Allah Katolik. Allah adalah Allah. Dia adalah Allah bagi seluruh manusia tak peduli agamanya atau keyakinannya apa termasuk bagi Si Ateis Eugenio Scalfari, terlepas dari mereka percaya atau tidak. Allah memang mendirikan GerejaNya, yaitu Gereja Katolik. Tapi hal ini bukan berarti bahwa Dia secara eksklusif hanya menjadi Allah bagi orang Katolik saja atau menjadi salah satu dari banyak ilah-ilah atau sesembahan yang ada di dunia. Demikian juga Allah yang berinkarnasi, Tuhan Yesus Kristus, yang diimani oleh Paus Fransiskus; Yesus bukan hanya Tuhan bagi umat Katolik tapi juga bagi semua orang, dan Tuhan Yesus Kristus tidaklah mungkin ditemukan di luar Gereja. Kita tidak dapat percaya kepada Yesus Kristus Sang Allah tanpa Gereja.

pax et bonum

Thursday, March 21, 2013

Paus Fransiskus Akan Merayakan Misa Kamis Putih di Penjara


Pada Kamis Putih, tanggal 28 Maret 2013, Bapa Suci Fransiskus akan merayakan Misa Krisma di Basilika St. Petrus pada pagi hari dan kemudian pada pukul 17.30 waktu Roma merayakan Misa Kamis Putih di Penjara Orang Muda Casal del Marmo. Paus Fransiskus dikabarkan akan membasuh kaki 12 orang penghuni penjara tersebut. Sementara itu, Perayaan Pekan Suci lainnya akan dirayakan seturut tradisi.

Pada masa pelayanannya sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Kardinal Bergoglio (Paus Fransiskus) terbiasa merayakan Misa di penjara, rumah sakit atau rumah sakit khusus kaum miskin dan terpinggirkan. Dengan merayakan Misa Kamis Putih di Casal del Marmo, Paus Fransiskus akan melanjutkan kebiasaannya yang dicirikan dengan kesederhanaan.

Menurut tradisi, Misa Kamis Putih dirayakan di Basilika St. Yohanes Lateran yang merupakan tahta katedral Paus Roma. Berdasarkan tradisi pula, para paus sebelumnya membasuh 12 imam pensiun / tua di Keuskupan Roma pada Misa Kamis Putih.

Selain karena kebiasaannya yang seperti itu, tampaknya Paus Fransiskus memilih merayakan Misa Kamis Putih di penjara karena konklaf yang �terlambat� sehingga belum sempat melaksanakan ritus khusus pengambilan tahta Basilika St. Yohanes Lateran. Dengan kata lain, Beliau belum �menduduki� tahta katedralnya. 

Paus Emeritus Benediktus XVI kala merayakan Misa Minggu Prapaskah ke-4 di Casal del Marmo
Sebagai informasi tambahan, pada tanggal 18 Maret 2007, pada Minggu Prapaskah ke-4 (Laetare Sunday � Minggu Sukacita), Paus [Em.] Benediktus XVI juga merayakan Misa di Kapel Bapa Maharahim di Penjara Orang Muda Casal del Marmo. Silahkan lihat foto-foto Paus Benediktus XVI mengunjungi Casal del Marmo di artikel ini.
 



Pax et Bonum

Monday, March 18, 2013

Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Fransiskus


Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Fransiskus

Paus Fransiskus tetap mempertahankan perisai lambangnya saat menjadi Kardinal dan Uskup Agung Buenos Aires.

Emblem Serikat Yesus (Yesuit), serikat di mana Paus Fransiskus menjadianggotanya, diletakkan di bagian atas perisai. Emblem tersebut adalah gambar sebuah matahari bersinar dengan huruf "IHS", yaitu monogram dari nama Yesus Kristus. Sebuah salib diletakkan di atas huruf H dari monogram tersebut sementara tiga paku suci diletakkan di bawah monogram tersebut.

Di bagian kiri bawah perisai terdapat gambar sebuah bintang yang berdasarkan tradisi heraldik menyimbolkan Santa Perawan Maria, Bunda Yesus Kristus dan Bunda Gereja. Di sisi kanan bawah perisai terdapat gambar spikenard (tanaman seperti anggur), sebuah tanaman aromatik, yang menyimbolkan St. Yosef, Pelindung Gereja Universal. Berdasarkan tradisi ikonografi spanyol, St. Joseph digambarkan memegang sebuah cabang tanaman spikenard di tangannya.

Dengan menempatkan dua simbol ini di perisai kepausannya, Paus Fransiskus hendak menunjukkan devosi pribadinya secara khusus kepada St. Perawan Maria dan St. Yosef.

Motto Bapa Suci,  �Miserando Atque Eligendo�, "Memandangnya dengan kerahiman dan memilihnya" diambil dari homili St. Beda mengenai kisah Yesus memanggil St. Matius Penulis Injil. �Vidit ergo lesus publicanum et quia miserando atque eligendo vidit, ait illi Sequere me� (Yesus melihat seorang penagih pajak dan saat Ia menatapnya dengan kerahiman dan memilihnya, Ia berkata kepadanya: Ikutlah aku).

Homili St. Beda, yang dibacakan pada Pesta St. Matius, adalah sebuah penghormatan terhadap kerahiman ilahi Yesus Kristus dan signifikan bagi Bapa Suci dalam perjalanan spiritualnya. Berdasarkan sebuah komunike yang menjelaskan Perisai Lambang Kepausan, pada usia 17 tahun Jorge Bergoglio mengalami secara khusus kehadiran Allah yang mahakasih dalam hidupnya.

"Setelah pengakuan dosa, hatinya tersentuh oleh pancaran kerahiman Allah yang dengan cinta yang lembut memanggilnya ke dalam hidup religius mengikuti teladan St. Ignasius dari Loyola.", papar komunike tersebut.

"Setelah terpilih menjadi uskup, Uskup Bergoglio - untuk mengenang peristiwa yang mengawali penyerahan total dirinya kepada Allah di dalam Gereja - memutuskan untuk memilih sebagai motto dan program hidupnya sebuah frase dari St. Beda 'miserando atque eligendo" yang ia pilih untuk dituliskan kembali dalam perisai lambang kepausannya."

diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari zenit.org
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter