Latest News

Showing posts with label Katekese. Show all posts
Showing posts with label Katekese. Show all posts

Friday, May 3, 2013

Gambar dalam KKGK - Khotbah di Bukit

Mengikuti Yesus menuntut ketaatan kepada perintah-perintah Allah. Hukum Lama tidak dihapuskan, manusia diundang untuk menemukannya dalam pribadi Guru Ilahi yang melaksanakannya dengan sempurna dalam diri-Nya, mengungkapkan makna kepenuhannya dan memaklumkan nilai abadinya.b

Lukisan pada bagian ini menyajikan Kristus yang mengajar para murid-Nya dalam Khotbah di Bukit (Mat 5-7). Bagian-bagian penting dari khotbah ini ialah sabda bahagia, pemenuhan hukum lama, doa, doa Bapa Kami, pengajaran tentang puasa dan undangan kepada para murid untuk menjadi garam dan terang dunia.o

Khotbah di Bukit
Gunung dengan ketinggiannya di atas bumi dan kedekatannya dengan langit menggambarkan tempat khusus untuk perjumpaan dengan Allah. Yesus Sang Guru yang duduk di atas batu karang seperti sebuah singgasana dengan jari telunjuk tangna kanan yang menunjuk ke langit, menggambarkan asal ilahi dari Sabda Kehidupan dan Kebahagiaan-Nya. Gulungan kertas yang dipegang-Nya pada tangan kiri melambangkan pemenuhan pengajaran-Nya yang Dia percayakan sepenuhnya kepada Para Rasul yang diundang untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa, membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.n

Dua belas Rasul yang membentuk suatu lingkaran pada kaki Sang Guru, semuanya mempunyai halo (lingkaran di kepala) untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada Kristus dan saksi kesucian mereka dalam Gereja. Hanya satu dari mereka, setengah tersembunyi, yang mempunyai halo hitam, menunjukkan ketidaksetiannya kepada gambar gembira. Pewartaan Kerajaan Allah oleh Yesus bukanlah kata-kata kosong dan tidak konsisten, tetapi tindakan yang efektif dan berdaya guna. Kisah orang lumpuh di Kapernaum, yang diceritakan oleh ketiga Injil Sinoptik, mempunyai makna dalam hubungan dengan hal ini.u

�Sesudah itu, naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian, sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka, dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, �Percayalah, hai anakku, dosamu sudah diampuni.� Maka, berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya, �Ia menghujat Allah.� Tetapi, Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, �Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: �Dosamu sudah diampuni�, atau mengatakan: �Bangunlah dan berjalanlah� ? Tetapi, supaya kamu tahu bahwa di dunia ini, Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa � lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, �Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu.� Dan, orang itu pun bangun lalu pulang.� (Mat 9:1-7) m

Dalam episode ini, penyembuhan fisik tidak lain tidak bukan daripada wajah yang tampak dari mujizat spiritual pembebasan dari dosa. Penyembuhan dan pengampunan menjadi ciri khas kegiatan pengajaran Yesus, Sang Guru Ilahi.

Kompendium Katekismus Gereja Katolik 145-146.

Sunday, April 28, 2013

Kelirumologi �Kristen dan Katolik�


Kelirumologi adalah istilah humoris untuk merujuk kepada beberapa kekeliruan logika dalam pembentukan frasa dan kata yang sudah terlalu sering dipakai pengguna Bahasa Indonesia sehingga dianggap benar. Dari judul artikel ini, tentulah yang akan saya bahas adalah kekeliruan logika dalam pembentukan istilah �Kristen dan Katolik�.

Banyak umat Katolik di Indonesia terjebak pada istilah yang salah kaprah yaitu "Kristen dan Katolik" di mana umat Katolik berpikir bahwa Katolik bukanlah Kristen.  Ada pula yang ditanya, "Anda seorang Kristen?"; tetapi umat Katolik tersebut malah menjawab "Bukan, saya seorang Katolik". Salah kaprah di Indonesia termasuk dalam pembuatan KTP menyebabkan istilah yang tidak tepat "Kristen dan Katolik" mendarah-daging di mana pemahamannya nama �Kristen� itu merujuk kepada Protestan sementara �Katolik� kepada Katolik.

Sayangnya, karena kesalahkaprahan yang sudah mendalam ini, sulit sekali untuk mengoreksinya secara luas. Meskipun begitu, umat Katolik hendaknya berprinsip membiasakan yang benar daripada membenarkan kebiasaan.

St. Pacianus dari Barcelona

Permasalahan ini ternyata sudah pernah dijelaskan dan dipecahkan oleh seorang Bapa Gereja, St. Pacianus (310-391 M), Uskup Barcelona dari tahun 365-391 M. St. Pacianus menulis sebuah surat-surat (epistula) kepada Sympronianus yang berisi Seruan Pertobatan dan Penjelasan Mengenai Pembaptisan. Pada surat pertamanya, St. Pacianus berbicara mengenai nama �Katolik�.



St. Pacianus berkata:

�Kristen adalah nama saya, tetapi Katolik adalah nama belakang saya (my surname). Yang pertama memberikan saya sebuah nama, yang terakhir membedakan saya. Oleh yang satu saya diterima, oleh yang lainnya saya ditandai.�


St. Pacianus melanjutkan:

�Dan bila pada akhirnya kita harus memberikan pertanggungjawaban atas kata �Katolik� dan mengambilnya dari bahasa Yunani oleh interpretasi Latin; [makna] �Katolik� adalah �di seluruh� atau sebagaimana orang terpelajar pikir �ketaatan dalam semuanya� yaitu dalam semua perintah Allah. Yang dari Rasul [Paulus], �apakah kamu taat dalam segala sesuatu� (2 Kor 9:12) dan lagi �sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.� (Rom 5:19). Oleh karena itu, barangsiapa adalah Katolik, orang yang sama adalah taat. Barangsiapa adalah taat, orang yang sama adalah seorang Kristen dan dengan demikian Katolik adalah Kristen. Oleh karena itu, umat kita (our people), ketika dinamai Katolik, dipisahkan oleh sebutan ini dari nama yang sesat (heretical name).�


Dari pernyataan St. Pacianus dari Barcelona di atas, kita dapat melihat bahwa seorang Katolik pastilah seorang Kristen. Perlulah umat Katolik pahami bahwa identitas kita adalah Kristen Katolik, yaitu Pengikut Kristus (Kristen) di dalam Gereja Katolik yang kita imani sebagai satu-satunya Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus Kristus.



Sebagaimana yang dinyatakan St. Pacianus dari Barcelona di atas, nama �Katolik� digunakan untuk membedakan Gereja Kristus yang benar dari kelompok-kelompok sesat. Memang benar bahwa Gereja Kristus ini pada mulanya belum memiliki nama. Tetapi, kemunculan kelompok-kelompok yang mengajarkan ajaran sesat (di mana mereka juga mengaku Kristen) pada abad-abad pertama akhirnya membuat Gereja yang didirikan Kristus ini bernama Katolik. Santo Pacianus dari Barcelona menjelaskannya:

�Ketika setelah masa Para Rasul, ajaran sesat telah meledak dan menyebar dengan berbagai nama untuk merobek sedikit demi sedikit dan memecahbelah ... Bukankah umat Apostolik memerlukan nama mereka sendiri untuk menandai kesatuan orang-orang yang tidak rusak? ... Misalkan, hari ini, saya masuk ke sebuah kota yang padat. Ketika saya menemukan Marcionit, Apolinarian, Catafrigian, Novasian dan berbagai macam dari mereka yang menyebut diri mereka Kristen; dengan nama apa saya harus mengenal jemaat saya sendiri bila bukan diberi nama Katolik?�

Arti kata �Kristen� adalah �Pengikut Kristus�. Saat ditanya �Apakah anda seorang Kristen?�, perlu diperhatikan bahwa bila kita umat Katolik menjawab �Saya bukan Kristen, saya seorang Katolik.� maka akan muncul dua hal yang keliru yaitu:

1. Anda menyangkal diri anda seorang pengikut Kristus (Kristen).

2. Anda menunjukkan bahwa Katolik bukanlah pengikut Kristus (Kristen).



Nah, apakah kita umat Katolik mau menyangkal diri kita seorang pengikut Kristus? Tentu tidak bukan. J Kalau begitu, mari kita biasakan yang benar. Katolik adalah Kristen. Kita adalah Kristen Katolik, pengikut Kristus di dalam Gereja Katolik.



Mungkin akan muncul pertanyaan dari non-Katolik, �Kamu tadi bilang kamu seorang Kristen tapi kenapa kamu ikut Misa di Katolik? Kan Kristen itu beda dari Katolik.�  Ya dijelaskan saja kesalahkaprahan tersebut agar orang tersebut mengerti.



Jadi, saya tanya kepada anda umat Katolik: �Apakah anda seorang Kristen?�  Ya, saya seorang Katolik, Kristen Katolik.



Tambahan:

1. Gereja Katolik sejak dari awal sampai sekarang memang seringkali diserang dengan berbagai ajaran yang salah dan menyimpang (bidaah). Beberapa ajaran tersebut dapat dilihat di artikel ini.


2. Pada masa sekarang ternyata muncul juga Gereja atau persekutuan gerejawi yang menggunakan nama �Katolik� tetapi sebenarnya bukan �Katolik�. Perlu diketahui bahwa ciri yang pasti dari Katolik adalah persatuan penuh dengan Paus, Uskup Roma. Mereka yang tidak bersatu dengan Paus bukanlah umat Gereja Katolik.

3. In fact, kata "Katolik" ada dalam Kitab Suci. Silahkan baca artikel ini.

pax et bonum.

Saturday, April 20, 2013

Empat Puluh Hari Sesudah Kebangkitan



Penampakan di Emaus
Sesudah kebangkitan menyusullah suatu jangka waktu yang tidak dapat dilupakan oleh Para Rasul. Yesus tidak membataskan diri pada satu penampakan lalu selanjutnya menghilang dalam kemuliaan Bapa. Tidak. Dengan banyak tanda, Ia membuktikan bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah (Kis 1:3).
Dengan menampakkan diri berulang kali, Ia hendak menyatakan kepada Para Rasul bahwa kebangkitan-Nya bukanlah suatu khayalan. Santo Paulus mengemukakan salah satu penampakan di mana Ia menampakkan diri kepada lebih dari limaratus saudara sekaligus (1 Kor 15:6). Harus ada alasan yang kuat dan yang masuk akal untuk kepercayaan. Dan kesaksian itu harus merupakan fakta sejarah yang tidak dapat diganggu-gugat. Hanya beberapa dari penampakan ini ditulis dengan panjang lebar oleh pengarang Injil: penampakan pada hari kedelapan dengan pengakuan Tomas; penampakan di tepi danau; penampakan pada hari kenaikan.

Masih ada lagi beberapa sebab lain mengapa Yesus menampakkan diri. Ia ingin memberikan kepada Para Rasul-Nya beberapa minggu ketenangan dan penghiburan. Kepergian-Nya tidak boleh terlalu cepat dan seketika; pergaulan dengan Yesus masih harus berlangsung beberapa waktu lamanya. Dan pergaulan dengan Dia dapat mereka rasakan di daerah Galilea. Para Rasul sudah mendapat pesan dari malaikat agar pergi ke sana. Mereka mulai berjalan menuju tempat itu ketika pesta Paskah dan oktafnya sudah lewat. Para Rasul merasa diri tidak enak dan aman di Yerusalem walaupun Yesus telah bangkit. Di sana mereka selalu tinggal di rumah dengan pintu tertutup karena takut akan orang Yahudi, sedangkan di Galilea mereka dapat bergerak bebas.
Maksud Yesus menjangkau lebih jauh lagi. Melalui kontak berulang kali, Para Rasul harus mengerti bahwa kehidupan Yesus sesudah kebangkitan adalah asing dan penuh rahasia bagi mereka. Dan mereka sendiri dapat menyaksikan bahwa pergaulan dengan Yesus tidak sama lagi seperti dahulu. Cara bagaimana Ia datang dan hilang merupakan rahasia yang tidak dimengerti.

Di samping itu, masih ada banyak masalah yang harus dipelajari dan dimengerti oleh Para Rasul. Bukan masalah baru, tetapi masalah lama yang harus dimengerti lebih baik. Ia berkata: �Inilah perkataanKu, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat Musa dan Kitab Nabi-nabi dan Kitab Mazmur.� Lalu Ia membuka pikiran mereka dan mereka mengerti Kitab Suci (Luk 24:44).

Itulah inti daripada pembicaraan tentang Kerajaan Allah (Kis 1:3). Ia juga berbicara dengan mereka tentang beberapa masalah yang lebih konkrit dan penting karena mereka sudah menjadi lebih matang. Ia berbicara tentang kuasa untuk mengampuni dosa dan sekaligus Ia memberi mereka kuasa itu; Ia mengangkat Petrus sebagai kepala Gereja. Ia berjanji akan memberi bantuan-Nya secara terus-menerus. Sekarang mereka mengerti tugasnya dengan sesungguhnya. Yesus berkata kepada mereka: �KepadaKu telah diberi segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.� (Mat 28:18-20).

Pater Herman Embuiru, SVD.  Aku Percaya hlm. 111-112

Monday, April 8, 2013

Iman adalah Warisan dari Benediktus XVI



Oleh: Shirley Hadisandjaja
�Benediktus XVI memiliki devosi yang besar kepada Bunda Maria, terutama kepada Bunda Maria Lourdes, karena penampakannya yang sejernih kristal. Oleh karena itu, tidaklah mungkin hanya suatu kebetulan dirinya telah memilih tanggal 11 Februari sebagai hari untuk mengumumkan pengunduran dirinya�. Vittorio Messori, penulis asal Italia yang buku-bukunya paling laris diterjemahkan di dunia, telah banyak mempelajari penampakan Maria di Lourdes yang memiliki sintesis pertama dalam bukunya yang terakhir �Bernadette non ci ha ingannati� (Bernadette tidak mengelabui kita). Messori kenal baik dengan Joseph Ratzinger, Paus emeritus BenediktusXVI, persahabatan diantara keduanya itu lahir dalam kesempatan pembuatan buku wawancara dengan mantan Kepala Kongregasi Doktrin Iman itu berjudul �Rapporto sulla Fede� (Ulasan tentang Iman).


Messori dan Ratzinger sering membicarakan tentang Lourdes, dan kebetulan mereka berdua berbagi tanggal kelahiran yang sama: 16 April, dies natalis dari Santa Bernadette.

Menurut Messori, pemilihan tanggal 11 Februari bukanlah sesuatu yang kasual. �Jawaban yang kutemukan terletak pada diri pendahulunya, Beato Yohanes Paulus II. Tanggal 11 Februari sejak dari jaman kepausan Leo XIII sudah masuk ke dalam kalender universal Gereja sebagai Pesta Bunda Maria Lourdes, dan adanya ikatan antara Santuari ini dengan penyakit tubuh, maka Yohanes Paulus II mengabdikan hari itu sebagai Hari Orang Sakit Sedunia. Oleh karena itu Paus Benediktus XVI bermaksud untuk berbicara tentang penyakitnya.�   

Namun, Padre Lombardi, Juru bicara Vatikan tidak mengatakan alasan pengunduran diri Paus Benediktus adalah karena penyakit. Messori menjelaskan, �Senectus ipsa est morbus�, artinya: masa tua itu sendiri juga merupakan suatu penyakit. Pada usia 86 tahun, meskipun nyatanya kau tidak sakit, tetapi ada penyakit yag berkaitan dengan usia. Paus merasakan sakit karena sudah amat lanjut usia, maka aku yakin bahwa ia telah memilih hari itu justru untuk mengakui dirinya yang sakit di antara orang-orang sakit lainnya. Dan juga untuk membaktikan dirinya secara total kepada Bunda Maria: bukan hanya Bunda Maria Lourdes tetapi kepada diri Bunda Maria sendiri.�

Messori melanjutkan, �Tentang Lourdes kita telah membicarakan selama 25 tahun dan pastinya Benediktus XVI telah mengambil kesempatan dalam rangka 150 tahun penampakan Bunda Maria untuk berkunjung ke sana (September 2008). Untuk memberikan ide mengapa Lourdes sangat penting baginya, kita cukup berpikir bahwa pada satu setengah hari itu, diperkirakan ada 3 kotbahnya yang besar. Ternyata, Paus Benedikus telah berbicara sebanyak 15 kali, hampir setiap kali tanpa teks dan sering kali ia tampak terharu. Ia selalu terlihat memiliki devosi yang besar kepada Maria dan kepada sosok Santa Bernadette, kepada penampakan Bunda Maria di Lourdes yng sejernih kristal: di sana tidak ada rahasia, semuanya jelas, jernih.�

Kemudian Messori menjelaskan bahwa kemunduran diri Paus Benediktus yang dipandang oleh banyak pengamat sebagai suatu sikap menyerah di hadapan kesulitan-kesulitan, sebaliknya justru pada kenyataannya merupakan sebuah tanda ketegaran dan kerendahan hati. Kebebasan dalam agama Katolik itu jauh lebih besar dibandingkan dengan apa yang dipikirkan orang. Ada bebagai karakter yang berbeda, kisah-kisah berbeda, karisma-karisma yang berbeda dan kesemuanya itu dihormati karena turut mengambil bagian dalam kehendak bebas yang suci dari setiap umat beriman. Pada diri Yohanes Paulus II ada sisi mistik, ia adalah seorang mistik dari Timur. Sementara pada diri Benediktus XVI ada sisi rasional Barat, dari seorang yang modern. Oleh karena itu, ada dua kemungkinan pilihan: yang mistik, dari Paus Wojtyla, yang alot dan bertahan sampai akhir; atau pilihan rasional, seperti Paus Ratzinger: yaitu mengakui tidak lagi memiliki kekuatan fisik dan bahwa Gereja justru memerlukan seorang pemimpin dengan tenaga yang besar. Maka, demi kebaikan Gereja lebih baik mengundurkan diri. Pilihan-pilihan itu keduanya berdasarkan pada Kitab Suci.     

Paus Benediktus telah selalu menakjubkan kita dengan kerendahan hatinya. Dan memang, pilihan yang diambilnya ditandai dengan sikap kerendahan hati yang besar, sebuah bakti yang selalu nyata dalam dirinya. Kata Messori, �Aku ingat kembali akan sebuah episode pada tahun 1985 yang batik sangat menakjubkan: setelah 3 hari keseluruhan melakukan wawancara untuk buku �Rapporto sulla Fede�, sebelum ditutup aku bertanya kepadanya: �Yang Mulia, dengan segala sesuatu yang Anda ceritakan kepada saya tentang situasi Gereja (pada saat itu banyak pertentangan) ijinkan saya bertanya: apakah Anda masih bisa tidur di malam hari?� Dan ia menjawab dengan wajah dan mimiknya yang kekanakan dan mata kerangnya: �Saya tidur nyenyak sekali, karena saya menyadari bahwa Gereja bukan milik kita, tetapi milik Kristus, kita ini hanya pelayan-pelayanNya yang bersahaja: setiap malam saya melakukan latihan kesadaran diri, apabila saya melihat telah melakukan dengan kehendak baik apa saja yang dapat  saya kerjakan, maka saya tidur dengan nyaman�.
Begitulah seorang Ratzinger yang selalu memiliki keyakinan yang jelas bahwa kita bukan dipanggil untuk menyelamatkan Gereja, tetapi untuk melayani Gereja, dan apabila tidak sanggup lagi maka kita melayani Gereja dengan cara lain, yaitu berlutut dan berdoa. Keselamatan adalah perkara Kristus. Maka, dengan kemunduran dirinya ini, kita dipanggil untuk �belajar untuk melakukan tugasmu sebaik mungkin dan ketika kau menyadari tidak mampu lagi mengemban tugas itu, tidak ada lagi tenaga untuk mengemban tugas, maka kau ingat bahwa Gereja bukanlah milikmu dan serahkan tugas itu kepada orang lain dan lakukanlah karya bagi Gereja yang di dalam perspektif iman jauh lebih besar, jauh lebih berharga: karya berdoa dan menyandarkan penderitaanmu kepada Kristus.� Messori melihat ini sebagai suatu sikap dari kerendahan hati yang besar, dari kesadaran diri bahwa menjadi tugas Kristus untuk menyelamatkan Gereja, bukanlah kita manusia-manusia yang hina untuk menyelamatkannya, meskipun engkau seorang Paus sekalipun.

Ketika Paus Benediktus XVI berbicara kepada para seminaris Roma ia berkata bahwa saat orang berpikir bahwa Gereja hampir punah, kenyataannya Gereja justru selalu membaharui dirinya. Messori menjelaskan bahwa orang sering kali melupakan bahwa pada awal masa kepausannya, Benediktus XVI mengatakan: program kerja saya adalah tidak memiliki program-program. Dalam pemahaman menempatkan diri kembali di hadapan kejadian-kejadian yang telah ditempatkan di depan oleh Sang Ilahi. Rancangan strategi yang besar, pada dasarnya, terdapat di sini, mengukuhkan domba-domba di dalam iman.

Messori melanjutkan, �Mengenai ini, aku selalu merasakan keselarasan dengannya, Benediktus XVI selalu telah menjadi seorang Paus yang meyakini perlunya mengangkat kembali Apologetik dan menemukan kembali rasio-rasio dari iman. Ia juga yakin, seperti halnya diriku, bahwa banyak masalah Gereja yang disebut parah pada kenyataannya adalah masalah sekunder: masalah kelembagaan, masalah gerejawi, administrasi, masalah-masalah moral dan liturgi, tentu saja amat penting; tetapi di sekelilingnya ada sebuah pertengkaran klerus yang � seperti yang dikatakannya sendiri di dalam dokumen indikasi Tahun Iman � menerima iman begitu saja, padahal tidak harus begitu. Untuk apa kita saling bertengkar tentang bagaimana mengatur lebih baik lembaga-lembaga vatikan, dan bahkan tentang prinsip-prinsip yang tidak dapat dikompromi, untuk apa kita bertengkar dan juga mengatur pembelaan diri jika kita sendiri tidak lagi percaya bahwa Injil itu benar? Jika kita tidak lagi percaya akan Keilahian Yesus Kristus maka segala sesuatu menjadi omong kosong.

Dan memang bukan kebetulan, karya Benediktus yang terakhir dan besar adalah menetapkan Tahun Iman: tetapi dari iman yang tekun dalam arti apologetik, mencoba menunjukkan bahwa seorang kristen bukan orang yang bodoh, mencoba menunjukkan bahwa kita tidak percaya akan sebuah dongeng, mencoba menunjukkan alasan-alasan apa saja untuk percaya. Jalur-jalur strateginya yang besar hanya terdapat dalam hal ini: menegaskan kembali alasan-alasan untuk bertaruh pada kebenaran Injil. Persoalan-persoalan lainnya dihadapi hari demi hari. Dan ini telah dilakukannya dengan amat baik.�

Dengan penjelasan dari Messori ini maka benarlah mengatakan bahwa Iman adalah warisan sejati dari Paus Benediktus, dan warisan ini harus kita ambil dengan serius. Dalam Gereja, di dalam perspektif masa depan, apologetik harus memiliki sebuah peranan inti, karena jika dasarnya tidak benar, maka segala sesuatunya tidak masuk akal. Benediktus XVI telah meninggalkan kepada kita kesadaran bahwa kita harus menemukan kembali alasan-alasan untuk percaya. 

(Sumber: La Nuova Bussola quotidiana)

Pax et Bonum

Sunday, April 7, 2013

Kardinal George - Saya Seorang Religius Bukan Seorang Spiritual



Francis Cardinal George, OMI

�Saya seorang spiritual, tetapi bukan seorang religius.� telah menjadi semacam mantra yang umum bagi banyak (sejumlah) umat Katolik sebagai penolakan terhadap aturan-aturan religius dalam Gereja Katolik. Sebagian dari kita umat Katolik berpikir subjektif bahwa Yesus tidak mendirikan institusi religius, tidak mendirikan Gereja yang terorganisir dan penuh aturan seperti Gereja Katolik. Tentu, seorang Katolik haruslah meyakini  bahwa Yesus Kristus telah mendirikan Gereja Katolik di atas St. Petrus dan pengakuan imannya serta bahwa Gereja ini tidak akan dikuasai alam maut. Iman Katolik akan hal ini terbukti dengan eksistensi Gereja Katolik yang bertahan selama hampir 2000 tahun ditandai dengan keberadaan Paus Fransiskus, Sang Suksesor Petrus dan Wakil Kristus.

Sebagian umat Katolik melihat Gereja Katolik sebagai sebuah institusi religius yang begitu terorganisir: �Lihatlah Katolik punya sistem hierarki, punya hukum kanon, dan lihat juga sakramen-sakramennya yang harus dirayakan berdasarkan aturan gerejawi; tidak lupa juga dengan aturan-aturan liturgi yang begitu banyak. Wah, begitu terorganisir.�


Mereka berpikir bahwa aturan-aturan tersebut tidak terlalu berguna atau kurang berguna pada kehidupan rohani mereka. Mereka menganggap bahwa pengalaman spiritual mereka, relasi mereka dengan Yesus tidaklah terikat pada aturan siapapun termasuk aturan Gereja Katolik. Ketika seorang saudara seiman mengoreksi mereka dengan dasar yang jelas dari Gereja Katolik, mereka dengan segera menolaknya, menjadikan pengalaman pribadi sebagai pembenaran akan kesalahan mereka dan kemudian muncullah mantra di atas.

Francis Cardinal George, O.M.I, Uskup Agung Chicago memberikan sanggahan atas �mantra� tersebut sebagaimana yang dimuat di Catholic New World, Surat Kabar Keuskupan Agung Chicago. Berikut ini terjemahannya oleh admin:
Menjadi sebuah hal yang agaknya modis pada masa ini untuk menggambarkan diri sebagai seorang �spiritual tetapi bukan religius.� Hal ini berarti bahwa seseorang terbuka untuk sebuah pengalaman melampaui hal-hal komersial atau politik tetapi tidak terikat dengan agama �institusional�. Seseorang mengklaim pengalaman transendensi yang tidak terikat pada aturan siapapun.

Orang-orang dapat selalu membuat pengakuan (klaim) akan berbagai macam pengalaman. Pertanyaannya selalu adalah: �Siapa yang peduli? Mengapa orang harus peduli di mana orang lain mendapatkan spiritual yang tinggi?� Karena tidak seorang pun sungguh-sungguh peduli, klaim untuk menjadi spiritual tetapi tidak religius selalu menjadi klaim yang aman.

Klaim untuk menjadi religius itu berbeda. Ini adalah klaim bahwa Allah sendiri telah mengambil inisiatif untuk mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada kita dan memberitahu kita siapa Dia dan siapa kita. Agama Katolik mengikat kita kepada Allah berdasarkan kehendak-Nya, bukan kehendak kita, dalam sebuah komunitas iman yang telah Ia bawa ke dalam keberadaan.

Menjadi religius sebagai seorang Kristiani dimulai dengan keyakinan bahwa Yesus Kristus bangkit dari antara orang mati. Iman akan kebangkitan Kristus adalah pusat agama Kristen. Yesus bukanlah sekadar gagasan personal seseorang. Ia sungguh-sungguh ada dalam tubuh yang nyata, sekarang terubahkan dengan menaklukkan kematian itu sendiri. Mereka yang �spiritual� sering menolak kebangkitan Kristus sebagai peristiwa fisik, sesuatu yang membuat tuntutan tersendiri ketika anda masuk ke dalamnya. Mereka lebih memilih Yesus yang adalah sebuah gagasan yang aman di dalam pikiran mereka, Yesus yang diciptakan dalam gambar dan rupa mereka sendiri. Tetapi sebaliknya, Yesus yang bangkit, Yesus yang sesungguhnya, menerobos masuk ke dalam pengalaman kita dan secara pribadi mencari orang-orang yang Ia panggil untuk menjadi religius, untuk percaya pada apa yang Kristus telah lakukan bagi kita, yang sangat mengejutkan kita.

Oleh karena itu, bertemu dengan Yesus yang bangkit secara spiritual tergantung pada keyakinan kepada-Nya secara religius. Kita diberikan karunia iman dalam Sakramen Pembaptisan, yang didalamnya kita dikonfigurasikan kepada Kristus yang bangkit. Iman bertahan bahkan ketika tidak ada banyak pengalaman spiritual menggelitik dalam hidup kita. �Tuhan, aku percaya; tolonglah ketidakyakinanku.� (�Lord, I believe; help my unbelief,� ) adalah seruan dari seorang pribadi religius yang meminta Kristus untuk membawanya melampaui pengalaman spiritualnya ke dalam dunia yang baru di mana tubuh dan pikiran berbagi dalam rahmat Allah. Iman menganggap serius segala sesuatu yang datang dari Allah. Pribadi yang penuh iman itu yakin akan Allah dan tidak meyakini dirinya sendiri. Tidak seperti iman akan Allah, pengalaman itu sering salah/keliru dalam hal-hal religius.

Iman pribadi kita membutuhkan topangan komunitarian (topangan bersifat komunitas), jangan sampai merosot ke dalam spiritualitas individu. Sebuah cara yang solid dan pasti untuk menguatkan iman pribadi kita adalah memeriksanya terhadap iman Gereja Katolik, komunitas yang didirikan oleh Kristus di atas para rasul. Salah satu cara memeriksanya adalah dengan pergi kepada Petrus, rasul Yesus yang dipanggil untuk menjadi batu karang. Petrus dan para penggantinya meneguhkan iman kita dan menjaga kita tetap pada jalur agama yang benar.

Gereja Katolik memiliki seorang suksesor Petrus yang baru, Uskup Roma yang baru saja terpilih yang memilih untuk memanggil dirinya �Fransiskus�. St. Fransiskus dipanggil oleh Kristus untuk memperbaharui dan membangun kembali Gereja dan St. Fransiskus memerika setiap gerakan yang ia buat kepada Paus dan penasihat-penasihat Paus. Paus Fransiskus sekarang mengambil alih pelayanan Petrus dalam Gereja Universal. Ia akan meneguhkan iman kita dan menjaga kita terikat kepada rencana kasih Allah bagi keselamatan kita.

Sembari kita merayakan kebangkitan Kristus dari antara orang mati dan memperbaharui iman yang diberikan bagi kita pada saat pembaptisan kita, marilah kita juga berdoa untuk Paus Fransiskus. Miliknya adalah iman para rasul dan para orang kudus dari segala zaman, iman yang menyelaraskan pikiran dan hati kita kepada iman dan hati Yesus Kristus yang �tetap sama kemarin, hari ini dan selamanya.� Semoga Kristus yang bangkit memberkati anda dengan Paskah yang bahagia!

Pax et Bonum