Latest News

Showing posts with label Katekese. Show all posts
Showing posts with label Katekese. Show all posts

Thursday, October 25, 2012

Katekese Gereja Katolik: Gereja yang Katolik

I. Fakta. Apabila kita mempelajari sejarah Gereja, maka ada satu masalah yang patut dicatat, yaitu perkembangan Gereja yang begitu pesat. Gereja mengirim pengkhotbahnya ke seluruh daerah. Terutama Santo Paulus menunjukkan kegiatan yang tidak kenal menyerah; ia disemangati oleh suatu dorongan batin. Setelah beberapa puluh tahun Gereja sudah tersebar ke seluruh dunia di masa itu. Nama �Katolik� mulai digunakan; nama itu berarti umum, universal. Sifat itu tetap dipertahankannya; daerah pengkhotbahanya terus diperluas; utusan baru terus dikirim ke daerah yang baru terbuka. Gereja adalah satu dan kudus; ini tidak berarti bahwa ia membentuk satu kelompok kecil yang mempertahankan kemurniannya secara kaku dengan jalan mengisolasi diri; Gereja tidak sempit dan picik; sikapnya bukan menolak, tetapi mengundang; kesatuannya mencakup seluruh dunia dan kekudusannya diperuntukkan bagi semua orang.

II. Dasar Pembuktian.Perintah Kristus kepada para rasul berlaku untuk seluruh dunia: Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. (Kis 1:8). Ia memanggil semua orang untuk masuk ke dalam Gereja-Nya, atau lebih lagi Ia menyatakan suatu kewajiban bagi semua orang untuk dibaptis dan untuk percaya kepada perkataan Kristus: �Pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Mrk 16:16. Setiap orang wajib taat kepada perkataan penuh kewibawaan dari para rasul karena siapa yang mendengarkan kamu ia mendengarkan Aku, dan siapa menolak kamu ia menolak Aku. (Luk 10:16)

III. Faktor Intern.Pengertian katolik mempunyai beberapa aspek. Gereja tidak terbatas pada tempat tertentu, bangsa tertentu atau kebudayaan tertentu; Gereja itu universal. Gereja tidak dimaksudkan untuk waktu tertentu saja; betapa pun lanjut usianya, ia tetap muda. Ia tidak diperuntukkan bagi manusia dan tingkat kemasyarakatan tertentu ataupun dari kemajuan tertentu, tetapi ia berpaling kepada yang miskin dan kaya, kepada yang pandai dan yang bodoh. Gereja juga universal dalam artikata bahwa ia mencakup seluruh manusia, bukan hanya pikirannya tetapi juga hatinya; bukan hanya kehendaknya tetapi juga perasaannya; bukan hanya jiwanya tetapi juga badannya. Iman Katolik bukan agama pikiran, bukan latihan kehendak, bukan juga agama perasaan. Iman katolik mau melayani Allah dalam roh dan kebenaran, (Yoh 4:23), dengan tidak melupakan kelemahan manusiawi.

Sifat Gereja yang katolik bukanlah suatu pengertian kosong. Ia menuntut kesatuan dan stabilitas. Gereja itu katolik dalam artikata bahwa ia diorganisir di seluruh dunia dan melalui segala zaman sebagai satu kesatuan dan bahwa di segala tempat dan pada segala waktu seluruh wahyu Kristen hidup di dalamnya, serta bahwa seluruh pewartaan Injil sudah menjadi nyata di dalamnya. Apa yang ia wartakan bukanlah suatu pilihan atau suatu aspek dari ajaran Kristen, tetapi semuanya, bukan hanya hal-hal pokok tetapi seluruhnya.

IV. Kenyataan. Sifat katolik tidak berarti bahwa ia dapat mencakup semua orang atau sebagian besar dari umat manusia. Statistik dapat menjelaskan bahwa belum sampai seperlima penduduk dunia menjadi anggota Gereja. Sifat Katolik harus diartikan bahwa ia dapat diketemukan di seluruh dunia dan bahwa segala bangsa dan negara, segala kelompok dan martabat memberi sumbangan untuk membentuk suatu badan yang baik dan terurus baik. Di dalam perjalanan sejarah, sifat katolik itu mendapat bentuk yang makin nyata walaupun ada kekuatan-kekuatan yang menghambat, umpamanya; perlawanan oleh musuh-musuhnya dan kekurangan semangat dari anggotanya sendiri.

V. Tanda dan Mujizat.Sifat katolik mempunyai segi yang mengherankan karena kesatuan yang benar dalam hal-hal rohani, tanpa paksaan dari luar, tidak mungkin terpelihara secara murni di suatu wilayah seluas dunia ini, selama dua puluh abad, kalau tidak ada bimbingan ilahi yang khusus. Kekuatan manusiawi saja tidak mungkin mempertahankannya. Karena itu Gereja memiliki materai kebenaran ilahi dalam kekatolikannya.

Oleh Pater Herman Embuiru, SVD dalam buku �Aku Percaya� hlm. 149-151
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter

Monday, October 22, 2012

Hendaklah Kita Berbuat Baik dan Menderita Bersama Kristus

Santo Bonaventura, Doktor Gereja
Salib itu sendiri adalah mengerikan, khususnya di hadapan sengsara Kristus. Namun demikian, patutlah diinginkan karena memberikan kehidupan yang dikejar dan diinginkan semua orang, yaitu kehidupan kekal. Tiada seorang pun yang sedemikian jahatnya sampai berani mengatkan bahwa ia tidak mengejar dan menginginkan hidup kekal itu. Kendati demikian, orang jahat mengusahakan dan menginginkannya tidak secara layak; sebab mereka mau memiliki sekaligus hidup kekal dan hidup dalam kehinaan serta kebusukan dosanya.

Saudara-saudara terkasih, jalan ini tidak menuju hidup kekal, melainkan hanya jalan melalui jembatan Kristus. Jadi melalui salib, melalui perjuangan melawan musuh dan melalui kemenangan atas mereka. Dipandang secara lahirian, salib memang nampak mengerikan, tetapi secara batiniah, sungguh patut diinginkan. Dilihat secara lahiriah belaka, salib tampak sebagai kayu palang maut tetapi dipandang secara batiniah, tampaklah misteri salib itu sebagai pohon kehidupan justru karena Dia yang bergantung pada salib itu. Memang salib adalah sumber kehidupan dan memberikan hidup karena ia mencurahkan rahmat. Dalam surat kepada umat di Roma ada tertulis: �Upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup kekal� (Rom 6:23). Salib adalah kayu yang memberikan hidup berahmat; dengan itu kita diperbaharui dalam Kristus, diperbaharui oleh embun rahmat pertobatan.

Kayu manakah yang memiliki daya yang dapat membawa orang dari kelayuan kepada kesuburan dan dari kematian kepada kehidupan? Bukankah kayu salib Kristus semata-mata? Mengapa Putera Allah menderita sengsara hanya untuk bangsa manusia dan bukan untuk para malaikat? Sebab hanya manusialah yang dapat menerima pertobatan dan bukan malaikat. Nah, manusia adalah kayu yang oleh kelembapan air, yaitu orang karena pertobatan, dapat sampai kepada kesuburan.

Jadi salib adalah kayu yang memberikan hidup berahmat. Oleh karena itulah kita yang begitu sering mengalami kematian akibat dosa kita, mau merindukan kayu itu; kita mau bermatiraga dan menderita bersama Kristus. Rasul Petrus berkata: �Karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian� (1 Pet 4:1). Jika kita tidak melakukan ulah tapa maka aku tidak melihat kemungkinan bagaimana kita dapat mempertanggungjawabkannya dalam pengadilan kelak. Jadi, jika engkau hendak menghasilkan buah roh, maka engkau harus mematiragakan dagingmu. Yohanes menunjukkan kepada kita, dengan teladan Kristus: �Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jiga ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (Yoh 12:24). Jadi, jika kita bersama Kristus yang telah mati � bahkan mati disalib � mau memetik buah kayu salib itu, maka kita mesti disalibkan bersama Dia, agar dapat menghasilkan buah rohani.

Saudara-saudara terkasih, barangsiapa hendak menemukan Tuhan, ia menemukan-Nya di salib. Siapa yang meninggalkan salib, meninggalkan Tuhan juga. Siapa yang diliputi dengan keinginan kepada salib dan kepada Tuhan, menemukan Tuhan di sana. Dan ia menemukan-Nya bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan curahan rahmat.

Saturday, October 20, 2012

Katekese Gereja Katolik: Gereja yang Kudus

Gereja yang Kudus
I. Kekudusan Ilahi. Apabila kita bertanya, �Mengapa Gereja itu kudus?�, maka jawabannya adalah sebagai berikut. Gereja itu kudus, karena sumber di mana ia berasal, karena tujuan ke mana ia diarahkan dan karena unsur-unsur ilahi yang otentik yang ada di dalamnya adalah kudus. Gereja didirikan oleh Kristus dan dilahirkan dari lambung terluka Sang Penebus yang tergantung mati di kayu salib. Gereja menerima kekudusannya dari Dia, dari doa-Nya: Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Ku ... Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka daripada yang jahat ... Kuduskanlah mereka dalam kebenaran ... Dan Aku telah menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran. (Yoh 17:11, 15, 17-19). Dengan perkataan terakhir itu, Yesus menjelaskan bahwa Ia juga telah menderita untuk kekudusan Gereja. Dengan sesungguhnya Ia telah menyerahkan diriNya baginya untuk menguduskannya ... supaya Ia menempatkan Gereja di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat itu kudus dan tidak bercela. Efesus 5:25-27.

Gereja itu kudus, karena tujuan dan arahnya kudus. Gereja mempunyai tugas untuk menyampaikan kekudusan Kristus kepada dunia dan untuk menyanyikan lagu pujian tentang kekudusan Allah. Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia yang dikaruniakannya kepada kita di dalam Dia yang dikasihi-Nya. Efe 1:4-6

Kekudusan Gereja tidak terdiri dari faktor-faktor lahiriah saja. Ia juga kudus karena ia adalah Tubuh Kristus dan karena Roh Kudus tinggal di dalamnya, bekerja di dalamnya dan menjiwainya. Dengan demikian terjadilah suatu hubungan yang sangat mesra dan misterius antara Roh dan pengantin wanita (Why 22:17), sehingga ada persesuaian yang sempurna antara kerinduan mereka yang paling mendalam. Mereka begitu bersatu, sehingga Roh sendirilah yang berdoa di dalam kita dan berkata: Abba, ya Bapa; bukan lagi kita yang berbicara melainkan Dia sendirilah yang berbicara di dalam kita apabila kita harus mengakui Kristus di depan penguasa duniawi.

Roh Kudus adalah jiwa Gereja. Ia tidak hanya membawa kesatuan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain; ia juga membawa kesatuan mistik dengan Kristus. Oleh-Nya Gereja menjadi Tubuh Kristus. Dan apabila kita sampai berkata dengan Santo Paulus: Bukan lagi aku sendiri yang hidu, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku, (Gal 2:20), maka kita harus juga mengambil kesimpulan, bahwa Kristuslah yang bekerja, menderita dan berdoa di dalam Gereja dan di dalam anggotanya; bahwa apa yang secara formal dilakukan oleh Gereja dan oleh anggotanya adalah sesuatu dari Kristus sendiri. Kristuslah yang mengajar di dalamnya dan memimpinnya. Kristuslah Imam besar yang membawa korban. Ia-lah yang memuji dan memuja Allah, Ia-lah yang memberkati, membaptis dan mengampuni dosa di dalam Gereja.

II. Anugerah Ilahi.Aspek kedua mengenai kekudusan Gereja terdapat di dalam anugerah ilahi yang ada di dalamnya. Semuanya berasal dari kemahakuasaan dan kebaikan Tuhan. Karena itu dengan sendirinya mereka harus kudus dan suci, dan tidak ada satu noda yang melekat padanya. Yang dimaksudkan di sini ialah wahyu kebahagiaan dengan kebenaran ilahi, ajaran kesusilaan Kristen dan nasihat-nasihat Injil; lembaga-lembaga Gereja seperti kewibawaan mengajar, kepemimpinan dan imamat; Kitab Suci, perkataan Tuhan secara tertulis; karismata mengenai ketidaksesatan mengajar dan kelestarian; Kurban Kudus Ekaristi dan sakramen-sakramen lain; rahmat dan anugerah Roh Kudus. Semuanya ini telah diberikan oleh Allah kepada Gereja dan karena itu Gereja dinamakan kudus.

III. Kekudusan Manusiawi.Aspek yang ketiga perlu diperhatikan. Gereja itu juga kudus karena kekudusan para anggotanya; kekudusan itu adalah kekudusan Kristus yang mereka terima melalui Gereja. Jadi, Gereja juga kudus dalam anggotanya, disebabkan oleh rahmat pengudus yang mereka miliki dan kebajikan yang mereka lakukan; ini dapat berarti kekudusan yang dipertahankan sesudah pembaptisan atau kekudusan sesudah penyesalan pendosa yang bertobat. Ia kudus karena para anggotanya telah ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan dan telah diserahkan kepada Kristus. Ia juga kudus karena ia adalah suatu persatuan di mana kepercayaan, pengharapan dan cintakasih ilahi menjiwai manusia; suatu persatuan yang baik ke dalam maupun ke luar terarah kepada Tuhan dan di mana kebajikan dan kesusilaan hidup.

Semuanya ini tidak berarti bahwa para anggotanya memperlihatkan kesempurnaan yang ksatria. Sebaliknya, sebagian besar dari mereka terdiri dari orang kudus yang sangat biasa; tetapi ada juga yang mencapai tingkat kekudusan yang heroik; mereka ini dapat diketemukan dalam Gereja dalam segala tingkat dan martabat, dalam segala golongan usia, dalam segala bangsa dan negara. Gereja juga kudus di dalam banyak manusia biasa yang dengan jatuh bangun melaksanakan kebajikan Kristen dan menunjukkan banyak kelemahan manusiawi.

Kekudusan Gereja dapat dilihat pada hasilnya. Di mana Gereja sudah mulai berakar dan di mana ia sudah berpengaruh di sana, tampak kelihatan perbaikan kesusilaan, di sana dituntut persyaratan yang lebih tinggi dan norma yang lebih baik, di sana tampak suatu rintangan terhadap kekerasan kafir, egoisme keji dan pelampiasan hawa nafsu yang tidak terbatas; di sana tampak kelemahlembutan, belaskasihan dan kebaikan di dalam pergaulan antar manusia. Oleh pengaruh Gereja berkembanglah karitas dan perawatan orang miskin, orang lemah dan orang sakit. Dengan sesungguhnya kita harus berterimakasih kepada Gereja karena melalui mentalitas Kristen yang ditanam-Nya maka perbudakan dapat dihilangkan dan kedudukan wanita dapat diperbaiki. Itulah hasil dari pengaruh Gereja. Tetapi kita jangan menutup mata terhadap kenyataan bahwa di mana grafik pengaruh Gereja menurun, di sana grafik kebiasaan kafir akan naik kembali.

IV. Ketidaksempurnaan di dalam Gereja. Keindahan dan keagungan Gereja dibuat suram oleh ketidaksempurnaan. Kekudusan dikelilingi oleh kelemahan manusiawi. Wahyu dikhotbahkan dalam pengertian manusiawi dan dituangkan dalam penjelasan teologis yang seringkali masih membawa cap tersendiri dari zaman dan kebudayaan sehingga kemudian hari masih dibutuhkan perbaikan dan penjelasan.

Gereja itu kudus di dalam perundang-undangannya; sejauh yang menyangkut perundang-undangan umum tidak ada sesuatu yang bertentangan dengan kepercayaan dan kesusilaan. Tetapi itu tidak berarti bahwa segala caranya sudah yang terbaik dan bahwa segala ketentuannya sudah menunjukkan tingkat prudensi yang tertinggi. Sakramen dan seluruh peribadatan mendapat iklim yang pantas di dalam liturgi yang memang kudus, tetapi di dalamnya masih terdapat bentuk-bentuk yang sudah ketinggalan zaman dan dianggap sebagai beban. Gereja yang sifatnya universal, berlaku untuk semua manusia dan semua waktu, belum dapat membebaskan diri dari bentuk penampilan yang terikat pada suatu waktu tertentu, umpamanya bentuk yang antik, feodal dan absolutistis. Walaupun Roh Kudus selalu membantu Gereja dalam pengajaran dan dalam pimpinannya, namun kepicikan dalam pandangan dan keputusan tidak dihapuskan dengan begitu saja.

Seringkali ditemukan juga di dalam Gereja kekurangan keberanian, sikap yang terlalu bertele-tele dan kurang cekatan. Dengan demikian dapat dilihat di dalam Gereja yang kudus dan tetap kudus itu, segi-segi negatif yang biasanya terdapat pada manusia.

V. Dosa di dalam Gereja. Kesulitan terbesar ialah apakah Gereja tetap tinggal kudus walaupun di dalamnya terdapat banyak pendosa? Gereja bukan persatuan orang-orang saleh saja. Dengan tegas ia menandaskan bahwa para pendosa tetap tinggal anggota Gereja walaupun anggota yang tidak sempurna.

Apakah yang diartikan dengan Gereja? Kalau kita berbicara tentang Gereja dalam arti empiris dan hanya melihat unsur manusiawinya saja, maka kita dapat berbicara tentang dosa-dosa Gereja seperti kita juga dapat berbicara tentang keruntuhan dan kebobrokan Gereja. Tetapi di sini selalu dipergunakan perkataan Gereja dalam arti yang tidak sebenarnya. Gereja adalah Kristus bersama dengan umat beriman, bersatu di dalam Roh Kudus. Gereja adalah Penebus yang hidup di dalam umat-Nya atau umat yang hidup di dalam Kristus. Dan apabila istilah Gereja dipergunakan dalam arti ini, maka Gereja tidak mungkin berdosa. Dosa tidak berasal dari Gereja tetapi dari kelemahan kodrat manusiawi. Gereja adalah mempelai wanita yang murni bagi Kristus. Dosa yang terdapat di dalamnya tidak diakuinya seperti dosanya sendiri tetapi sebagai sesuatu yang terdapat dalam kerajaan setan; ia memandang dosa sebagai musuh yang sudah menyelinap masuk ke dalam wilayahnya dan harus diperanginya dengan tegas. Ia tidak membiarkan kerajaan setan berkembang di dalamnya; ia menderita dan berdoa dan bersilih untuk dosa. Terus-menerus ia berdoa; �Ampunilah kesalahan kami�. Ia telah menerima kuasa untuk mengampuni dosa; kuasa itu datangnya dari atas. Di dalam Sakramen Pembaptisan dan Pengakuan Dosa, manusia pendosa dibersihkan dalam darah Kristus. Gereja mempunyai kekudusan aktif yang terus berjuang; kekudusan yang mentobatkan dunia; yang membuat suci para anggotanya; yang membuat dirinya lebih matang; yang membuat suci para pendosa, kecuali kalau mereka menutup diri bagi pengaruh rahmat.

Oleh Pater Herman Embuiru, SVD dalam buku �Aku Percaya� hlm. 145-148
Pax et Bonum

Friday, October 19, 2012

Katekese Gereja Katolik: Gereja yang Satu


Gereja yang Satu

I. Kesatuan dan Persatuan.Kesatuan Gereja mempunyai dua aspek yang saling berhubungan satu dengan yang lain; Gereja itu satu baik ke luar maupun ke dalam. Bahwa Gereja itu keluar hanya satu haruslah diartikan sebagai berikut: Untuk membawakan dan menyelesaikan Kerajaan Allah di tengah umat manusia, Kristus mendirikan hanya satu Gereja saja, dan bukan banyak gereja yang sangat berlainan. Tetapi Gereja itu juga hanya satu ke dalam. Ia satu di dalam ajarannya; kepada segala manusia ia mewartakan wahyu yang sama; dari semua orang ia menuntut pengakuan iman yang sama. Ia juga satu dalam pembagian rahmatnya; agar mengambil bagian pada  kehidupan ilahi, terbukalah bagi semua orang sumber-sumber yang sama dan di dalam upacara kebaktiannya ia mengumpulkan semua orang di sekeliling korban yang sama. Ia hanya satu dalam pemerintahannya; seluruh Gereja dipimpin oleh kewibawaan yang satu dan sama yang harus ditaati oleh semua orang.

II. Kesatuan dalam Keanekaragaman. Kesatuan ini bukanlah suatu uniformitas absolut; di luar bidang yang esensial, orang melihat juga bagaimana kesempurnaannya dapat berkembang dalam variasi yang besar. Di dalam Gereja terdapat perbedaan pelayanan, kemampuan dan anugerah, perbedaan dalam fungsi dan martabat, dalam liturgi dan spiritualitas, perbedaan dalam teologi, dalam devosi dan kegiatan; waktu, tempat, kebudayaan dan kebiasaan bangsa memberikan coraknya sendiri dalam kehidupan gerejani. Tetapi segala perbedaan itu tidak menghilang-lenyapkan kesatuan. Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. (1 Kor 12:4-6)

III. Kesatuan, suatu rahasia. Gereja mengambil bagian dalam kesatuan yang terdapat di dalam Allah sendiri, di mana Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah satu. Kesatuan di dalam Allah adalah lebih dalam dan lebih fundamental, lebih kuat dan lebih utama daripada kesatuan manapun. Tiap kesatuan kodrati hanya merupakan bayangan yang lemah dari kesatuan itu. Kesatuan Gereja termasuk dalam rahasia kehidupan Tuhan seperti yang terdapat dalam ketiga Pribadi Ilahi. Gereja didirikan oleh Kristus dan karena itu mengambil bagian dalam seluruh kepenuhan Kristus. Kristus, Sang Putera, berada dalam persatuan Bapa dan Roh Kudus. Ia menjadikan semua orang saudara-Nya dan menjadikan semua mereka anak-anak dari Bapa yang satu dan sama. Ia mencurahkan kepada Gereja-Nya Roh yang sama, yang menghubungkan semua anggota dengan Kristus menjadi satu tubuh.

Gereja menerima kesatuan ini dari kekuatan sengsara Kristus. Karena Yesus akan mati untuk bangsa itu (Yahudi), dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Gereja menerima kesatuan ini juga dari kekuatan doa Kristus: Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau. (Yoh 17:21).

Di dunia tidak terdapat suatu kesatuan yang jauh lebih kuat daripada kesatuan ini, justru karena ia adalah anugerah ilahi yang adikodrati dan terdapat di dalam Allah. Oleh karena itu, ia mampu mempersatukan manusia, mampu mengalahkan perbedaan dan kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan. Ia lebih kuat daripada ikatan darah dan bangsa, lebih kuat daripada cintakasih adikodrati atau kepentingan masyarakat.

Kesatuan Gereja akan tetap berlangsung terus oleh bantuan ilahi, walaupun banyak anggotanya tidak bersatu lagi dengannya. Suasana perpecahan adalah suatu kenyataan yang menyedihkan. Kita tidak boleh menjadi penonton dan bersikap acuh tak acuh terhadap kenyataan tersebut. Kita harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai kesatuan yang semula.

IV. Kesatuan sebagai tanda yang kelihatan. Kesatuan Gereja juga mempunyai suatu segi empiris. Gereja itu ada untuk memanifestasikan karya Allah. Kristus berdoa: Semoga mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku. (Yoh 17:23). Di dalam doa itu dinyatakan bahwa kesatuan adalah tanda pengenal bagi Gereja yang benar. Apabila kesatuan membuktikan kebenaran perutusan Kristus, maka jelaslah bahwa Gereja yang benar adalah Gereja di mana kesatuan itu ada; kesatuan dalam ajaran dan pengakuan iman, kesatuan dalam peribadatan, kesatuan dalam kehidupan sakramental dan dalam pimpinan. Kesatuan ini tidak ditemukan dalam (g)ereja-gereja yang telah memisahkan diri dari (G)ereja.

Di sana (di gereja-gereja yang memisahkan diri) tidak ada kesatuan pengakuan iman; malahan sebaliknya terdapat banyak perbedaan dan pertentangan; bukan hanya dalam hal-hal kecil dan kurang berarti, melainkan juga dalam dasar-dasar Kristianitas mereka seringkali tidak sependapat.

Di sana tidak ada kesatuan pelayanan sakramen; tidak semua menerima sakramen yang sama dan tidak semua mempunyai pengertian yang sama tentang arti dan kekuatan sakramen tersebut.

Di sana tidak ada kesatuan pimpinan. Dalam beberapa gereja telah dimasukkan prinsip nasionalitas yang seringkali harus dibayar mahal sekali, yaitu bahwa gereja itu hampir sepenuhnya dikuasai oleh negara.

V. Kesatuan, suatu tanda heran. Kesatuan ini juga merupakan suatu tanda heran. Makin besar perbedaan di antara manusia, makin susah pula mereka dipertemukan dalam suatu kesatuan. Dan hal ini akan menjadi lebih sukar lagi apabila masalahnya bersifat rohani dan adikodrati.

Manusia di dunia ini sangat berbeda yang satu dari yang lain baik di bidang kebudayaan, bangsa dan bahasa, maupun di dalam kepentingan dan kebiasaan. Yang mempersatukan mereka hanyalah sesuatu yang adikodrati dan yang bukan dari dunia ini., yaitu Allah sendiri, kebahagiaan, pewartaan Kristen. Mereka semua dipersatukan di dalam satu kesatuan yang mencakup seluruh dunia dan segala zaman. Kesatuan yang demikian tidak dapat timbul dan dipertahankan oleh faktor-faktor manusiawi. Di sini dapat dilihat kenyataan bahwa sekian banyak manusia yang berbeda-beda dapat tinggal satu dalam keyakinannya tentang kehidupan, satu dalam pengertian dan satu dalam perasaan; mengambil bagian dalam kehidupan gerejani yang satu dan sama dan takluk kepada kewibawaan yang satu dan sama pula. Mereka semua satu, bukan dalam kebencian tetapi dalam cintakasih. Kesatuan yang semacam itu tidak datang dari manusia, melainkan dari Allah. Karena kebencian dan egoisme dapat muncul dengan mudah; kepentingan yang berbeda-beda dan sifat yang beraneka ragam dapat bertabrakan satu dengan yang lain; pendirian yang berbeda-beda dapat mencerai-beraikan. Dan apabila kesatuan dapat bertahan tanpa paksaan, maka itu adalah bukti nyata bahwa Allah sendirilah yang bekerja di dalamnya atas cara yang luar biasa. Dengan adanya kesatuan yang termaksud di dalam Gereja Katolik, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ia (Gereja Katolik) berhak menamakan diri Gereja yang benar.

VI. Kesuraman Kesatuan.Selama di dunia ini, Gereja mengalami keadaan yang menghinakan; keagungannya belum dipancarkan ke luar dengan sepenuhnya. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi duniawi di mana ia hidup; dan terutama sekali dosa manusia. Perpisahan umat Kristen di dalam berbagai macam pengakuan iman merupakan sebab mengapa kesatuan Gereja digelapkan dan mengapa ia tidak begitu cerah bersinar keluar. Juga kekurangan perasaan kesatuan di antara umat Katolik dapat membuat suram sifat ilahi daripada kesatuan Gereja. Sifat ilahi dapat dihalang-halangi oleh perselisihan di antara anggota, oleh penolakan untuk bekerja sama, oleh sifat kurang sabar dan kurang cintakasih, oleh ketidaktaatan kepada kewibawaan, oleh menempatkan kepentingan pribadi dan perasaan nasional di atas yang pokok. Karena itu sangat besarlah tanggungjawab umat beriman. Apabila mereka tidak pandai memelihara kesatuan yang benar ini di dalam cintakasih, maka mereka akan mempersulit orang lain untuk menemukan Gereja yang benar dan untuk mewujudkan kesatuan di antara umat Kristen.

Oleh Pater Herman Embuiru, SVD dalam buku �Aku Percaya� hlm. 142-145
Pax et Bonum

Tuesday, October 16, 2012

Lebih Dekat Dengan Tuhan Yesus




Kita sekarang hidup di masa yang sulit sebagai seorang Katolik. Budaya-budaya masa sekarang menyampaikan pesan-pesan yang sangat berbahaya bagi kehidupan spiritual kita. Bila kita menjadi buta akan kebenaran, tampaknya kita akan berbalik arah dan mengejar �sukses� seperti yang ditentukan oleh dunia modern dan sekuler ketimbang mengejar kekudusan yang mana Allah sendiri memanggil kita kepada kekudusan tersebut.


Beginilah bagaimana dunia mengukur kesuksesan:
1. Apakah penampilan fisik saya atraktif atau menarik?
2. Apakah pakaian saya stylish dan seksi?
3. Apakah saya makan di restoran terbaik?
4. Seberapa banyak pendapatan saya dan seberapa banyak tabungan saya?
5. Apakah saya memiliki rumah yang terbaik dan mobil mewah keluaran terbaru?
6. Apakah saya begitu berkuasa dan berpengaruh di tempat kerja, rumah dan di antara teman-teman saya?
7. Apakah anak-anak saya dididik dalam sekolah-sekolah terbaik sehingga mereka juga bisa mencapai kesuksesan duniawi?

Tetapi, Allah menyediakan ukuran yang berbeda:
1. Apakah saya mencintai Allah dengan setiap urat di tubuh kita dan sepenuh jiwa kita serta mengasihi sesama saya seperti saya mengasihi diri saya sendiri?
2. Apakah saya peduli dengan kebutuhan spiritual dan material orang lain dan melakukan sesuatu untuk membantu mereka?
3. Apakah saya bisa diandalkan ... dapatkah orang lain mengandalkan saya?
4. Apakah saya seorang yang berintegritas ... dapatkah orang lain mempercayai saya?
5. Apakah saya seorang yang rendah hati dan tidak egois ataukah saya seorang yang sombong dan iri hati?
6. Apakah saya baik dan penuh kasih?
7. Apakah saya melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menghindari perbuatan-perbuatan jahat?

Kita bisa membaca Surat Yakobus yang mengingatkan kita bahwa mengikuti cara dunia � mengejar kekayaan materi tanpa memperhatikan kewajiban kita untuk mencintai Allah dan melayani sesama � akan membawa kita kepada kehancuran kita sendiri (lihat Yakobus 5:1-6).

Dan Yesus mengingatkan kita dalam Injil bahwa kesombongan bahkan dapat menyelinap masuk kita sedang berusaha untuk melayani Dia. Kita terkadang mencoba untuk mencegah orang lain melakukan apa yang baik seolah-olah hal itu entah bagaimana akan mengurangi usaha perbuatan baik kita sendiri. (Lihat Mrk 9:38-41).

Yesus berbicara lantang mengenai perlunya menghindari kesempatan-kesempatan berdosa: Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.�(Mrk 9:43-48).

Saran-saran untuk Menghindari Dosa dan Mengejar Kekudusan

Allah menghendaki hanya hal-hal yang baik untuk kita. Dia telah menciptakan setiap kita dari kebaikan-Nya untuk menikmati kebahagiaan abadi-Nya dalam hidup ini dan hidup yang akan datang. Adalah penting bagi kita untuk mengetahui ukuran yang mendorong perilaku dan tindakan kita. Bila kita tidak memeriksa bagaimana kita hidup dan apa yang memotivasi perilaku kita, kita akan tampaknya akan berjalan menyimpang dari rencana Allah bagi kita. Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah efektif dan sederhana untuk membantu kita melihat diri kita sebagaimana Allah melihat diri kita dan untuk mengambil tindakan korektif agar memperdalam pertobatan kita dari dosa demi menuju kepada Allah.

1. Menyediakan waktu untuk berdoa setiap hari dan berkomitmen pada diri sendiri untuk menggunakan waktu tersebut untuk berdoa.
2. Menggabungkan pemeriksaan batin ke dalam doa sebelum tidur anda.
3. Mulailah memeriksa batin Anda dengan memuji Tuhan dan mengucap syukur atas kebaikan-Nya. Mintalah Tuhan untuk memberikan Anda rahmat untuk menjadi bijaksana dan terbuka terhadap apa yang Dia ingin ungkapkan kepada Anda.
4. Kenalilah cara-cara di mana Tuhan telah memberkati anda sejak pemeriksaan batin anda yang terakhir.
5. Ingatlah waktu dan kesempatan sejak pemeriksaan batin terakhir anda di mana anda telah mengikuti kehendak Allah bagi hidup anda dan ingatlah juga waktu dan kesempatan di mana anda telah gagal � oleh karena pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian � untuk mengikuti kehendak Allah.
6. Kenalilah pola perilaku berulang anda. Di mana anda telah berbuat baik, carilah terus lebih banyak kesempatan yang sama untuk hidup dalam kebajikan. Di mana anda telah berdosa, berusahalah untuk membatasi atau menghindari kesempatan-kesempatan untuk berbuat dosa tersebut.
7. Membuat Langkah Penyesalan. Putuskanlah untuk tidak ingin berdosa lagi. Mintalah kepada Allah untuk memberikan rahmat dan kekuatan kepada anda untuk taat dan berserah diri kepada Allah.

Cobalah untuk melakukan hal-hal di atas dengan komitmen yang teguh. Meskipun kita lemah dan mudah jatuh dalam dosa, janganlah terus hidup dalam kelemahan dan keberdosaan itu. Tanamkanlah di pikiran dan hati kita bahwa setiap perbuatan dosa yang kita lakukan, telah menyakiti hati Yesus yang lebih dulu mengasihi kita. Yesus telah berjanji bahwa Ia tidak akan melupakan perbuatan-perbuatan sekecil apapun yang kita lakukan untuk mencintai Ia. Mrk 9:41 �Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.�

Diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari tulisan Diakon Mike Bickerstaff di situs Integrated Catholic Life

Pax et Bonum