Latest News

Showing posts with label Dokumen-dokumen Gereja. Show all posts
Showing posts with label Dokumen-dokumen Gereja. Show all posts

Thursday, June 6, 2013

Surat Dari Biara St. Maron Kepada Paus Hormisdas � Pengakuan Otoritas Uskup Roma


Pada tahun 517 AD, sejumlah besar biarawan meninggalkan biara St. Maron, dan pergi ke Biara St. Simon sang Stylite murid St. Maron dekat Alepo. Dalam perjalanan menuju biara itu mereka diangkap oleh sejumlah tentara pendukung bidaah monofisitisme (Kristus hanya memiliki satu kodrat, bertentangan pengajaran Katolik bahwa Kristus memiliki dua kodrat tak terpisah tak tercamput). Tiga ratus lima puluh biarawan dibunuh. Hanya sedikit yang selamat dan terluka dan berhasil melarikan diri. Kemudian Alexander pemimpin biara St. Maron dan pemimpin biara-biara di sekitarnya menulis kepada Paus Hormisdas dan memberitakan kepada Paus mengenai pembantaian oleh kaum Monofisit ini. Mereka juga mengatakan bahwa banyak biara dibakar dan meyakinkan Paus bahwa para biarawan tetap setia kepada Gereja Katolik dan tidak takut menderita kematian karena iman mereka. Surat Alexander ini sedikit banyak menunjukkan kepada otoritas yang dimiliki Paus dalam Gereja-gereja Timur, di masa ketika Gereja Antiokhia sedang berada dalam krisis besar otoritas Paus sebagai Patriarkh Gereja Universal nampak semakin jelas. Para biarawan dari St. Maron inilah yang kemudian berkembang menjadi suatu tradisi tersendiri yang kita kenal sebagai Gereja Maronit, satu-satunya Gereja Timur yang tidak memiliki badan Ortodoks yang terpisah dari Roma.

Kepada Yang Tersuci dengan kekudusan yang mendalam, Hormisdas, Patriarkh Universal, yang duduk di Tahta Petrus, Pangeran Para Rasul. Kami menyampaikan permintaan penuh doa dari hamba yang hina pemimpin biara-biara di wilayah Syria II dan semua biarawannya.

Karena rahmat Kristus, Penyelamat kita, mendorong kami berlari kepadamu Yang Terberkati [sapaan khas Gereja-gereja Timur kepada seorang Uskup], seperti orang yang berlindung dari hujan badai di pelabuhan yang aman, kami percaya, bahwa engkau adalah perlindungan kami, walaupun kami menderita kesusahan yang teramat berat, kami menanggungnya dengan sukacita, karena kami percaya, bahwa penderitaan dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemuliaan abadi yang akan disingkapkan bagi kami.

Karena Kristus, Allah kita, telah menetapkan engkau sebagai Pemimpin dan Gembala dan Tabib bagi jiwa-jiwa, adalah tugas kami untuk menyampaikan kepadamu penganiayaan yang telah kami derita, agar engkau menyadari bahwa ada serigala yang tanpa belas kasih, yang memecah belah kawanan domba Kristus dan kami memohon kepadamu agar engkau dengan tongkatmu mengusir para serigala ini dari kawanan domva, dan untuk menyembuhkan jiwa dengan pengajaran Sabda Tuhan, dan rawatlah mereka dengan doa-doamu� baik Severus [Patriarkh Antiokhia] dan Petrus [Uskup Apamea]�karena mereka berusaha memaksa kami untuk menolak ajaran yang benar dari Konsili Chalcedon.

Saat kami sedang dalam perjalanan menuju Biara St. Simon untuk kepentingan Gereja, kami diserang oleh orang-orang jahat yang membunuh 350 orang dari antara kami dan melukai banyak lainnya. Bahkan ada diantara kami yang melarikan diri ke gereja-gereja untuk berlindung, tetap dibunuh di hadapan Altar. Maka kami memohon kepadamu Bapa Suci bangkitlah dengan kekuatan dan ketekunan dan berbelaskasihlah atas tubuh kami yang terluka ini; karena engkau adalah kepala dari semua�karena engkau adalah gembala sejati dan tabib yang merawat domba-domba dan keselamatan mereka: �Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-dombaku mengenal Aku..�[Yoh10:14-16]. Jadi janganlah mengabaikan kami Yang Tersuci, karena setiap hari kami berhadapan dengan luka-luka yang mematikan.

Tertanda
Saya, Alexander, karena rahmat Allah, Imam, Pimpinan Biara St. Maron.
[Menyusul tanda tangan semua biarawan di Biara itu dan para Imam lainnya]

Sumber: Dau, B 1984. History of the Maronites- Religious, Cultural and Political. London: Lebanese Maronite Order. p.172-175

Surat ini sedikit banyak mengingatkan kita kepada Konsili Chalcedon sendiri dimana surat Paus Leo dibacakan dan para Bapa Konsili berseru: 
�Inilah iman para bapa, inilah iman Para Rasul. Kami semua mempercayainya, inilah kepercayaan ortodoks. Terkutuklah mereka yang menolaknya. Petrus telah berbicara melalui Leo. Begitulah ajaran Para Rasul. Dengan saleh dan benar Leo mengajarkannya, begitu juga Cyril. Kenangan abadi akan Cyril. Leo dan Cyril mengajarkan hal yang sama, terkutuklah mereka yang tidak mempercayainya. Inilah iman yang benar. Kami yang ortodoks mempercayainya. Inilah iman para bapa.� (Ekstrak dari Akta sesudah pembacaan surat St. Leo) 
disalin ulang dari terjemahan Frater Daniel Pane, CSE.  

Dua artikel terkait yang dapat dibaca:
pax et bonum

Sunday, May 26, 2013

Pengakuan Iman Trente - Professio Fidei Tridentinae



 Pengakuan Iman Tridentine (Pius IV)

Pengakuan Iman Tridentine atau yang dikenal sebagai Pengakuan Iman Pius IV, adalah satu dari empat Pengakuan Iman resmi Gereja Katolik. Ia dikeluarkan pada tanggal 13 November 1565 oleh Paus Pius IV dengan bula �Iniunctum nobis� dibawah dukungan Konsili Trente (1545-1563). Ia mengalami perubahan kecil setelah Konsili Vatikan I (1869-1870) untuk memberi penekanan lebih pada definisi dogmatik Konsili. Tujuan utama Pengakuan Iman ini adalah untuk menjelaskan batasan iman Katolik terhadap ajaran-ajaran sesat. Pada masa lalu ia digunakan untuk pernyataan sumpah setia para ahli teologi terhadap Gereja dan untuk mendamaikan orang kristen non-katolik ataupun anggota Gereja yang terkeskomunikasi yang kemudian diterima (kembali) ke dalam Gereja, tetapi kini sudah jarang digunakan. Dibawah ini adalah terjemahan saya (Frater Daniel Pane), jadi dengan sendirinya juga tidak resmi.


Saya �. (nama diri), dengan iman yang teguh mempercayai dan mengakui setiap dan semua yang terkandung dalam Pengakuan Iman yang digunakan oleh Gereja Romawi Kudus yaitu:

Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan akan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan. Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal, Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari allah, terang dari terang, Allah benar dari allah benar, Ia dilahirkan bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa: segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus dilahirkan Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan, pada hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci, Ia naik ke surga duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan: Ia berasal dari Bapa dan Putera. Yang serta Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan: Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan demi pengampunan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin

Tradisi Apostolik dan Gerejani dan semua penetapan dan konstitusi dari Gereja yang sama itu juga dengan teguh saya pegang dan akui.

Saya juga menerima Kitab Suci menurut arti yang dipercayai oleh Bunda Gereja Kudus, yang adalah hak Gereja untuk menentukan makna dan penafsiran yang sejati dari Kitab Suci. Aku juga tidak akan pernah mempercayai dan menyetujui penafsiran Kitab Suci selain daripada menurut arti yang berasal dari kesepakatan mutlak para Bapa.

Saya juga mengakui Tujuh Sakramen Hukum Baru yang sejati dan benar, ditetapkan oleh Yesus Kristus Tuhan kita, dan bahwa sakramen-sakramen itu perlu untuk keselamatan semua orang walaupun tidak semuanya perlu untuk semua orang, yaitu; Baptis, Krisma, Ekaristi, Pengakuan Dosa, Pengurapan Orang Sakit, Imamat dan Perkawinan; dan bahwa sakramen-sakramen ini menyalurkan rahmat; dan bahwa Baptisan, Krisma, dan Tahbisan tidak dapat diulangi kembali kecuali itu adalah pelecehan. Saya juga menerima dan mengakui tata upacara dalam Gereja Katolik dengan upacara meriah dalam melayani sakramen-sakramen itu.

Saya menerima dan mengakui setiap dan semua yang didefinsikan dan dinyatakan oleh Konsili Suci Trente menyangkut dosa asal dan pembenaran.

Saya mengakui, bahwa di dalam Misa dipersembahkan kurban yang benar, yang layak, dan yang berkenan kepada Allah bagi orang yang hidup dan yang mati; dan bahwa dalam sakramen Ekaristi yang mahakudus hadirlah secara benar, real dan substansial Tubuh dan Darah bersama dengan Jiwa dan Keilahian Tuhan kita Yesus Kristus; dan bahwa terjadi perubahan seluruh hakekat roti menjadi Tubuh dan hakekat anggur menjadi Darah, yang perubahan ini oleh Gereja Katolik disebut sebagai Transubstansiansi.

Aku juga mengakui bahwa di dalam salah satu rupa saja Kristus diterima secara utuh dan menyeluruh, dan sebagai sakramen sejati.

Aku berpegang teguh bahwa Api Penyucian itu ada, dan bahwa jiwa-jiwa disana terbantu oleh doa orang beriman. Begitu juga, bahwa para kudus, yang memerintah bersama Kristus, adalah untuk dihormati dan diserukan namanya, dan bahwa mereka mempersembahkan doa kepada Allah untuk kita, dan bahwa relikui mereka harus dihormati. Aku juga dengan teguh mengakui bahwa gambar atau patung dari Kristus, Bunda Allah yang tetap perawan dan para kudus lain hendaknya dijaga, dirawat dan dihormati.

Saya juga mengakui kuasa indulgensi yang diberikan Kristus kepada Gereja dan berguna untuk kesejahteraan rohani umat beriman.

Aku mengakui Gereja Kudus Katolik Apostolik Romawi sebagai ibu dan guru dari semua gereja-gereja; dan aku menjanjikan kepatuhan sejati kepada Uskup Roma, pengganti St. Petrus Pangeran Para Rasul, dan Wakil Yesus Kristus.

Aku juga tanpa ragu-ragu menerima dan mengakui semua hal lain yang disampaikan, didefinisikan, dan dinyatakan oleh Kanon-kanon suci, dan Konsili-konsili Oikumenis, dan secara khusus oleh Konsili Oikumene Trente dan Vatikan, secara khusus menyangkut keutamaan Uskup Roma dan ajarannya yang tidak dapat salah. Aku mengecam, menolak dan mengutuk segala hal yang bertentangan dengannya, dan semua bidaah yang telah dikecam, ditolak dan dikutuk oleh Gereja.

Inilah iman Katolik sejati, yang tak ada seorangpun dapat selamat tanpanya, yang kini dengan bebas aku akui dan kepadanya aku benar-benar berpegang, aku mengakui dan bersumpah untuk memeliharanya secara tak bercela dan dengan pertolongan Allah terus berpegang padanya sampai nafas terakhir hidupku.

Dan aku akan berjuang, sejauh yang aku bisa, agar iman yang sama ini dipegang, diajarkan dan diakui oleh semua orang yang aku jumpai. Aku�. (nama diri) bernazar, berjanji, dan bersumpah demi Injil Suci, jadi tolonglah aku Tuhan.

Terjemahan oleh Frater Daniel Pane,CSE
Pax et bonum

Thursday, November 29, 2012

Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan � Santo Yohanes Paulus II Mengajarkan EENS



Di dalam sebuah diskusi di page KANISIUS Penerbit-Percetakan mengenai kasus penghilangan kalimat Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan dari Youcat terjemahan berbahasa Indonesia, seorang Katolik yang menolak dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus berkomentar demikian: 



wkwkwkkwkwkwkwkwk....ketika katolik dengan om paul johanes ke 2 mengatakan diluar katolik ada keselamatan...begitu maknyus dan sejuk di hatiku...karena apa?sungguh hebat agama sebesar katolik dan seagung katolik mau mengakui eksistensi kepercayaan orang lain,menghargai iman orang lain dan mengamini bahwa harkat dan martabat manusia tentang iman sungguh patut dijunjung oleh gereja katolik..sungguh patembayatan yang saat indah bila itu sungguh2 terjadi........�


Dari komentar ini, orang Katolik tersebut hendak mengatakan bahwa Santo Yohanes Paulus II menentang dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus dan mengajarkan bahwa Di Luar Gereja Ada Keselamatan. Tapi apakah benar bahwa Santo Yohanes Paulus II menyangkal dogma EENS ini?



Saya menemukan fakta yang berbeda dari pernyataan orang Katolik yang menolak EENS ini. Ternyata, Santo Yohanes Paulus II memegang teguh dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus. Berikut ini pernyataan-pernyataan langsung Santo Yohanes Paulus II:

1. Radio Message for Franciscan Vigil in St. Peter's and Assisi, October 3, 1981


Teks Italia - Il mistero della salvezza ci � rivelato ed � continuato e realizzato nella Chiesa, e da questa genuina ed unica fonte raggiunge, come acqua �umile, utile, preziosa e casta�, il mondo intero. Si tratta, cari giovani e fedeli, di essere consapevoli, di farsi carico, come Frate Francesco, di questa fondamentale verit� rivelata, racchiusa nella frase consacrata dalla tradizione: �Non vi � salvezza fuori della Chiesa�. Da questa sola, infatti, scaturisce, sicuramente e pienamente la forza vivificatrice destinata, in Cristo e nel suo Spirito, a rinnovare tutta l�umanit�, e ordinante perci� ogni uomo a far parte del Corpo Mistico di Cristo.

Teks Bahasa Inggris - "The mystery of salvation is revealed to us and is continued and accomplished in the Church, and from this genuine and single source, like 'humble, useful, precious and chaste' water it reaches the whole world. Dear young people and members of the Faithful, like Brother Francis we have to be conscious of and absorb this fundamental and revealed truth contained in the phrase consecrated by tradition: there is no salvation outside the Church.From Her alone there flows surely and fully the life giving force destined in Christ and in His Spirit, to renew the whole of humanity, and therefore directing every human being to become a part of the Mystical Body of Christ." (Pope John Paul II, Radio Message for Franciscan Vigil in St. Peter's and Assisi, October 3, 1981, L'Osservatore Romano, October 12, 1981.)
Terjemahan Bahasa Indonesia � �Misteri keselamatan dinyatakan kepada kita dan diteruskan dan tercapai didalam Gereja, dan dari sumber yang asli dan satu-satunya ini, bagaikan air yang 'rendah hati, berguna, berharga, dan murni' misteri ini mencapai dunia. Para muda dan umat tercinta, seperti Brother Francis kita harus sadar akan dan menyerap kebenaran fundamental yang diwahyukan ini, yang terkandung didalam kata-kata yang di sucikan oleh tradisi: Tidak ada keselamatan diluar Gereja. HANYA dari dia-lah (Gereja) kuasa hidup menuju Kristus dan RohNya mengalir secara pasti dan secara penuh, untuk memperbaharui seluruh kemanusiaan, dan karenanya mengarahkan setiap manusia untuk menjadi bagian dari Tubuh Mistik Kristus.





�In order to take effect, saving grace requires acceptance, cooperation, a yes to the divine gift. This acceptance is, at least implicitly, oriented to Christ and the Church. Thus it can also be said that sine ecclesia nulla salus--"without the Church there is no salvation." Belonging to the Church, the Mystical Body of Christ, however implicitly and indeed mysteriously, is an essential condition for salvation.

Supaya berlaku, anugerah keselamatan membutuhkan penerimaan, kerjasama, sebuah ya untuk karunia ilahi. Penerimaan ini, setidaknya secara implisit, berorientasi kepada Kristus dan Gereja. Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa sine ecclesia nulla salus -- "Tanpa Gereja tidak ada keselamatan." Berada dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus, meskipun secara implisit dan sungguh secara misterius, adalah syarat esensial untuk keselamatan.





�St. Thomas Aquinas writes about "the unity of the Mystical Body, without which there can be no salvation; for there is no entering into salvation outside the Church, just as in the time of the deluge there was none outside the ark, which denotes the Church, according to St. Peter (1 Pet 3:20-21)" . Without a doubt the power to pardon belongs to God, and the forgiveness of sins is the work of the Holy Spirit. Nevertheless, forgiveness comes from the application to the sinner of the redemption gained through the cross of Christ (cf. Eph 1:7; Col 1:14, 20). He entrusted the Church with the mission and ministry of bringing salvation to the whole world in his name (cf. Summa Theol., III, q. 84, a. 1). Forgiveness is asked of God and granted by God, but not independently of the Church founded by Jesus Christ for the salvation of all.

St. Thomas Aquinas menulis tentang �persatuan Tubuh Mistik, yang tanpanya tidak dapat ada keselamatan; karena di luar Gereja tidak ada seorang pun masuk ke dalam keselamatan, sama seperti pada masa banjir tidak ada seorang pun yang selamat di luar bahtera yang menggambarkan Gereja menurut St. Petrus (1 Pet 3:20-21).� Tanpa diragukan lagi, kuasa untuk mengampuni menjadi milik Allah dan pengampunan dosa-dosa adalah karya Roh Kudus. Namun demikian, pengampunan dosa berasal dari penerapan pengampunan yang didapat melalui salib Kristus kepada pendosa. Yesus mempercayakan Gereja dengan misi dan pelayanan membawa keselamatan kepada seluruh dunia di dalam nama-Nya. Pengampunan diminta dari Allah dan diberikan oleh Allah, tetapi tidak secara terpisah (independent) dari Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus bagi keselamatan semua orang.


Bila dibandingkan berdasarkan data-data yang ada, justru Santo Yohanes Paulus II adalah Paus yang paling sering menyebutkan atau berkata �Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan� (termasuk variasi penyebutannya) dalam sejarah Gereja Katolik. Ia adalah seorang pembawa perdamaian sekaligus seorang Paus yang memegang teguh dogma Gereja, termasuk Extra Ecclesiam Nulla Salus.

So, apa maksud saya membuat artikel ini?
1. Saya ingin menunjukkan bahwa Extra Ecclesiam Nulla Salus masih merupakan dogma Gereja Katolik sampai sekarang ini. Konsili Vatikan II tidak pernah menghapus dogma ini. Buktinya Santo Yohanes Paulus II masih mengajarkannya secara eksplisit dan langsung. Di samping itu, Santo Yohanes Paulus II beberapa kali memerintahkan publikasi dokumen-dokumen Gereja yang menegaskan Extra Ecclesiam Nulla Salus seperti Dominus Iesus dan Notifikasi Atas Tulisan Jasques Dupuis, SJ mengenai Pluralisme Agama.
2. Karena Santo Yohanes Paulus II ternyata masih mengajarkan EENS, adalah tugas kita untuk mencari tahu bagaimana sih Gereja Katolik memahami dan menjelaskan dogma EENS ini. Ketimbang langsung menolak dogma EENS, adalah lebih baik bagi kita untuk mempelajari dulu dogma ini.

Sekian artikel dari Indonesian Papist yang ke-sekian kalinya membahas mengenai dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus, sebuah ajaran iman Katolik yang paling sering ditolak pada masa sekarang atas nama �toleransi�. Semoga semakin membuka mata kita bahwa di balik kelembutan Santo Yohanes Paulus II, kita melihat ketegasannya akan ajaran Gereja Katolik. Terimakasih kepada situs resmi Vatican yang menyediakan teks-teks berharga ini. EENS bukan semata-mata pendapat pribadi, tetapi merupakan dogma, yaitu ajaran iman Gereja yang wajib dipercayai.

Anda bisa membaca lebih banyak artikel mengenai Extra Ecclesiam Nulla Salus di link ini.

Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter

revisi 21 Maret 2019

Monday, October 8, 2012

Keuskupan Surabaya - Surat Gembala Tahun Iman 2012



Surat Gembala Tahun Iman
Bagi Umat Katolik Keuskupan Surabaya

(Dibacakan di semua gereja dan kapel di seluruh wilayah Keuskupan Surabaya, tanggal 6-7  atau 13/14 Oktober 2012)

Para saudara terkasih,

Bapa Suci Paus Benediktus XVI melalui Surat Apostolik dengan judul �Porta Fidei� (Pintu Kepada Iman) telah mengumumkan Tahun Iman, yang akan dimulai pada tanggal 11 Oktober 2012, dan akan ditutup pada Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam pada tanggal 24 November 2013. Perayaan Tahun Iman ini berkaitan dengan peringatan 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II dan 20 tahun sejak terbit buku Katekismus Gereja Katolik. Untuk di Keuskupan Surabaya, saya akan membukanya dengan perayaan Ekaristi pada tanggal 18 Oktober 2012 di Gua Maria Lourdes Puhsarang- Kediri pukul 23.00 wib.


Dalam Surat Apostolik tersebut Bapa Suci mengharapkan agar karunia iman yang telah kita peroleh berkat sakramen baptis sungguh dapat memberikan kekuatan dan pembaharuan nyata dalam hidup. Oleh karena itu melalui Surat Gembala ini saya ingin  menyapa para imam, biarawan-biarawati, katekis, para pengurus Gereja dan seluruh umat Allah di Keuskupan Surabaya ini, agar memberi perhatian khusus akan pentingnya iman bagi kehidupan, dan agar mengisi Tahun Iman ini dengan pelbagai kegiatan yang diadakan di tempat masing-masing di tingkat kevikepan, paroki, wilayah, lingkungan, stasi, maupun juga di kelompok-kelompok kategorial. 

Tahun Iman akan sungguh menjadi saat berahmat, bila kita mengisi tahun ini dengan: memperdalam, mempelajari, merayakan dan menghayati iman yang benar dalam kehidupan nyata. Sumber iman kita adalah Kitab Suci dan Tradisi penerusan iman oleh kuasa mengajar Gereja (Magisterium). Dalam hal ini, Bapa Suci mengingatkan bahwa Katekismus Gereja Katolik merupakan salah satu buah dari Konsili Vatikan II sebagai sumber pengajaran iman yang resmi dan benar.

Iman adalah tanggapan pribadi dan perjumpaan dengan Allah yang mewahyukan diri dalam pribadi Yesus Kristus yang sudah bangkit. Dari perjumpaan pribadi tersebut kita didorong untuk memahami isi pengakuan iman-kepercayaan yang benar dan meneruskannya kepada generasi yang akan datang.

Saat ini kita menghadapi dua krisis dalam hal iman: kehilangan identitas kekatolikandan selanjutnya bahaya kehilangan iman. Ditandai dengan maraknya tren 'jajan rohani' di tengah aneka aliran kerohanian serta relativisme keyakinan yang bisa mengaburkan identitas dan otentisitas iman Katolik sebagaimana diwariskan para Rasul.

Gereja Katolik kaya dengan kekayaan kebenaran ilahi namun kita kurang menggali dan menyantap citarasa sedapnya Sabda Allah dan khazanah Ajaran Gereja. Maka tepatlah seruan Paus, bahwa di jaman kita ini, �iman adalah anugerah yang perlu ditemukan kembali, dipelihara dan dinyatakan dalam kesaksian�.  Jikalau tidak demikian, kita ada dalam bahaya kehilangan iman.

Manusia dibenarkan karena iman (Rm 3:28) namun iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (bdk. Yak 2:20.24).  Iman membuat kita menjadi tanda yang nyata akan kehadiran Tuhan yang menyelamatkan jikalau diwujudkan dalam kesaksian hidup. Orang  zaman sekarang membutuhkan kesaksian yang dapat dipercaya dari orang-orang yang mendapatkan pencerahan di dalam budi dan hatinya oleh sabda Tuhan, sekaligus mampu membuka hati dan budi banyak orang untuk merindukan Allah serta kehidupan yang sejati.  

Untuk menghidupkan, memperdalam dan menguatkan iman agar menjadi subur dan menghasilkan buah berlimpah, perlu pendalaman Kitab Suci dan ajaran Gereja, perayaan liturgi serta kesaksian hidup nyata. Pengakuan iman diikuti oleh penerimaan kehidupan sakramental di mana Kristus hadir, bertindak dan terus membangun Gereja-Nya. Tanpa liturgi dan sakramen-sakramen, pengakuan iman akan kehilangan daya gunanya, sebab ia akan kehilangan rahmat yang mendukung kesaksian Kristiani. Dalam hal ini, katekese memiliki peran yang sentral. 

Sarana katekese yang tak tergantikan untuk sampai pada pemahaman yang sistematis pada iman yang benar adalah Katekismus Gereja Katolik. Apakah kita sudah cukup mengenal dan mendalami Katekismus Gereja Katolik ini, sekurang-kurangnya ringkasannya dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik? Apakah kita sudah memelihara anugerah iman ini dan mewartakannya? 

Konsili Vatikan II telah membangkitkan kesadaran baru tentang arti dan peran Kitab Suci dalam kehidupan iman Gereja. Gereja telah melihat kembali dirinya melalui Kitab Suci. Demikianlah, Sabda Allah itu menjadi �penopang dan keteguhan Gereja� serta �kekuatan iman, santapan jiwa, sumber murni dan abadi dari hidup rohani bagi putera-puteri Gereja� (DV 21). Sabda Allah merupakan sarana untuk memupuk iman, sehingga iman kita tumbuh, berkembang, dan berbuah, dan kita dapat bertahan dalam iman sampai akhir (lih. KGK no. 162). 

Sungguh relevan bagi kita, bertepatan dengan fokus pastoral Keuskupan Surabaya di tahun 2013 adalah Kitab Suci dan Orang Muda Katolik (OMK). Kita melihat bahwa Sabda Allah adalah sumber iman, sedangkan Orang  Muda adalah penerus iman.

Dalam konteks orang muda sebagai penerus iman, perlulah kita memberi kesempatan kepada Orang Muda Katolik untuk mengalami kegembiraan yang berasal dari iman kepada Yesus Kristus dalam persekutuan dengan seluruh Gereja Katolik. Kita perlu mengusahakan pertemuan katekese untuk Orang Muda Katolik, sehingga mereka menemukan kebanggaan beriman Katolik dan menjadi saksi imanditengah masyarakat.

Umat Allah yang terkasih, pada kesempatan ini, saya mengajak Anda untuk juga memberikan perhatian pada sekolah dan perguruan Katolik. Ditempat inilah kekayaan iman Gereja hadir secara nyata di tengah masyarakat. Maka hendaklah kita memelihara iman insan Katolik di dalamnya dengan menggunakan Katekismus Gereja Katolik sebagai referensi utama pengajaran iman.

Saya berharap agar seluruh umat Allah di keuskupan Surabaya  sungguh terlibat dalam mengisi Tahun Iman ini. Hendaknya para imam, biarawan-biarawati, katekis, guru agama, pengurus DPP-BGKP, kelompok-kelompok kategorial menjadikan Tahun Iman ini sebagai gerakan bersama. Kita semua mengambil bagian secara aktif, memperdalam pengetahuan tentang dokumen Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik, menyegarkan kembali akan tugas dan tanggung jawab serta ketrampilan dalam berkatekese dan membangun kesadaran sebagai saksi iman yang sejati. Secara khusus saya mengingatkan para imam untuk mengajar katekumen, memberikan pendalaman iman bagi umat,  lebih intensif dalam pelayanan sakramen serta mendalami dokumen-dokumen Ajaran Gereja.

Akhirnya marilah kita mempercayakan saat berahmat ini kepada Bunda Maria, yang diwartakan sebagai yang berbahagia karena telah percaya (Luk 1:45). Semoga melalui doa dan perlindungannya kita sampai pada kepenuhan hidup iman.

Surabaya, 1 Oktober 2012
Pesta St. Theresia dari kanak-kanak Yesus

Berkat Tuhan,
Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono

Uskup Keuskupan Surabaya

Sumber: komunio.org

Pax et Bonum