Latest News

Showing posts with label Berita Katolik. Show all posts
Showing posts with label Berita Katolik. Show all posts

Thursday, March 14, 2013

Paus Fransiskus Tanpa "I"


Untuk saat ini, mari kita membiasakan menyebut atau menulis nama paus baru kita cukup dengan "Paus Fransiskus" tanpa adanya tambahan "I" (satu). Juru Bicara Vatikan, Pater Federico Lombardi S.J., menyampaikan bahwa nama resmi paus baru adalah Paus Fransiskus tanpa penomoran romawi. Nama "Fransiskus"baru pertama kali digunakan sebagai nama regnal paus sehingga kurang tepat bila menyebut atau menulis "Paus Fransiskus I". Penulisan nama "Paus Fransiskus" akan berubah menjadi "Paus Fransiskus I" sampai kelak Gereja Katolik memiliki "Paus Fransiskus II". Dalam sejarah Gereja Katolik, terdapat beberapa nama regnal kepausan yang baru digunakan satu kali sehingga penulisannya tidak mencantumkan "I" atau "... yang pertama".

Nama-nama tersebut adalah:
1. Paus Santo Petrus, paus pertama Gereja Katolik
2. Paus Santo Linus, paus ke-2
3. Paus Santo Anakletus, paus ke-3
4. Paus Santo Evaristus, paus ke-5
5. Paus Santo Telesphorus, paus ke-8
6. Paus Santo Hyginus, paus ke-9
7. Paus Santo Anisetus, paus ke-11
8. Paus Santo Soter, paus ke-13
9. Paus Santo Eleutherius, paus ke-14
10. Paus Santo Zephyrinus, paus ke-15
11. Paus Santo Pontianus, paus ke-18
12. Paus Santo Anterus, paus ke-19
13. Paus Santo Fabianus, paus ke-20
14. Paus Santo Kornelius, paus ke-21
15. Paus Santo Dionisius, paus ke-25
16. Paus Santo Eutychianus, paus ke-27
17. Paus Santo Caius, paus ke-28
18. Paus Santo Marselinus, paus ke-29
19. Paus Santo Eusebius, paus ke-31
20. Paus Santo Meltiades, paus ke-32
21. Paus Santo Markus, paus ke-34
22. Paus Liberius, paus ke-36
23. Paus Santo Sirisius, paus ke-38
24. Paus Santo Zosimus, paus ke-41
25. Paus Santo Hilarius, paus ke-46
26. Paus Santo Simplisius, paus ke-47
27. Paus Santo Simmakus, paus ke-51
28. Paus Santo Hormisdas, paus ke-52
29. Paus Santo Silverius, paus ke-58
30. Paus Vigilius, paus ke-59
31. Paus Sabinianus, paus ke-65 
32. Paus Severinus, paus ke-71
33. Paus Santo Vitalianus, paus ke-76
34. Paus Donus, paus ke-78
35. Paus Santo Agatho, paus ke-79
36. Paus Conon, paus ke-83
37. Paus Sissinius, paus ke-87
38. Paus Konstantinus, paus ke-88
39. Paus Valentinus, paus ke-100
40. Paus Formosus, paus ke-111
41. Paus Romanus, paus ke-114
42. Paus Lando, paus ke-121
dan yang terakhir,
43. Paus Fransiskus, paus ke-266 (paus kita saat ini)

pax et bonum

Wednesday, March 13, 2013

Biografi Paus Fransiskus


Paus Fransiskus

Annuntio vobis gaudium magnum:
Habemus Papam;
Eminentissimum ac reverendissimum Dominum,
Dominum Georgium Marium Sanct� Roman� Ecclesi� Cardinalem Bergoglio,
Qui sibi nomen imposuit Franciscum.

Saya mengumumkan kepada anda sukacita besar;
Kita memiliki Paus;
Tuan Yang Utama dan Terhormat,
Tuan Georgius Mario Kardinal Gereja Roma Yang Kudus Bergoglio,
Yang telah mengambil nama Fransiskus

Paus baru kita telah terpilih, Beliau adalah Kardinal Jorge Mario Bergoglio, S.J., Uskup Agung Buenos Aires dan Ordinaris untuk umat ritus Timur di Argentina yang tidak memiliki ordinaris bagi ritus mereka. Beliau lahir pada tanggal 17 Desember 1936 di Buenos Aires. Lahir dari sebuah keluarga yang berasal dari Piemonte, sebuah wilayah di utara Italia, tepatnya di Bricco Marmorito, bagian dari kota Asti. Ayahnya bernama Mario Jose Bergoglio, seorang pegawai kereta api dan ibunya Regina Sivori, seorang ibu rumah tangga berdarah Piemonte dan Genoa. 

Ia belajar teknik kimia dan berhasil menjadi sarjana pada jurusan tersebut. Tetapi kemudian Ia memilih ingin menjadi imam dan masuk Seminari Villa Devoto. Pada 11 Maret 1958, Ia pindah ke Novisiat Company of Jesus setelah menyelesaikan studi humanitas di Chile. Pada 1963, Beliau meraih gelar sarjana filosofi di Seminari Tinggi Santo Yosef San Miguel. Pada tahun 1964-1965, Ia mengajar literatur dan psikologi di Kolese Immaculata di Santa Fe dan pada tahun 1966 mengajar mata kuliah yang sama di Universitas El Salvador di Buenos Aires. 

Pada tahun 1967 hingga 1970, Beliau juga belajar teologi di Seminari Tinggi St. Yosef San Miguel dan meraih gelar sarjana teologi. Ia ditahbiskan sebagai imam jesuit pada tanggal 13 Desember 1969 selama studinya di Fakultas Teologi San Miguel Argentina. Pada tanggal 22 April 1973, Ia mengucapkan kaul kekalnya. 

Beliau adalah Master Novis di Villa Valirali San Miguel di mana ia juga mengajar teologi. Beliau pernah menjadi provinsial Jesuit Argentina (1973-1979) setelah ditunjuk pada tanggal 31 Juli 1973. Pada tahun 1980 hingga 1986, Beliau menjadi rektor Fakultas Filosofi dan Teologi San Miguel sekaligus Pastor Paroki St. Yosef di Keuskupan San Miguel. Tahun 1986, Beliau dikirim ke Jerman untuk menyelesaikan studi doktoralnya dan kemudian melayani sebagai pembimbing rohani di Cordoba. 

Pada tanggal 20 Mei 1992, Beliau ditunjuk sebagai Uskup Tituler Auca dan Uskup Auksilier Buenos Aires, menerima tahbisan uskup pada tanggal 27 Juni 1992. Beliau ditahbiskan uskup di Katedral Buenos Aires oleh Kardinal Antonio Quarracino, Uskup Ubaldo Calabres (Duta Besar Vatikan untuk Argentina) dan Uskup Emilio Ognenovich. Pada tanggal 3 Juni 1997, Beliau ditunjuk sebagai Uskup Agung Koadjutor Buenos Aires dan menggantikan Kardinal Antonio Quarracino di Buenos Aires pada tanggal 28 Februari 1998. Beliau juga adalah Ordinaris untuk umat ritus Timur di Argentina yang tidak memiliki ordinaris bagi ritus mereka.

Beliau melayani sebagai Presiden Konferensi Para Uskup Argentina pada tanggal 8 November 2005 sampai 8 November 2011. Diangkat sebagai kardinal oleh Beato Yohanes Paulus II pada Konsistori 21 Februari 2001 dengan Titel Kardinal dari St. Robertus Bellarminus. Beliau pernah menjadi anggota Kongregasi Penyembahan Ilahi dan Disiplin Sakramen, Kongregasi Para Imam, Institut Hidup Bakti dan Serikat Hidup Apostolik, Dewan Kepausan untuk Keluarga dan Komisi Pontifikal untuk Amerika Latin.

Pada tanggal 13 Maret 2013 di Roma, pada konklaf 2013, Beliau dipilih oleh para kardinal sebagai Paus Gereja Katolik dan mengambil nama FRANSISKUS sebagai nama regnal.

Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter

Monday, February 11, 2013

Bapa Suci Benediktus XVI Mengundurkan Diri - Respon Indonesian Papist



Bapa Suci Benediktus XVI Mengunjungi Makam Paus St. Selestinus V di Gereja St. Maria di Collemaggo yang rusak parah karena gempa bumi tahun 2009. Makam Paus St. Selestinus V bebas dari kerusakan akibat gempa. source:  catholicweekly.au
Pada tanggal 28 April 2009, Paus Benediktus XVI datang mengunjungi Makam Paus St. Selestinus V di Gereja Santa Maria di Collemaggio yang rusak parah karena gempa bumi tahun 2009 di Italia. Untuk menandai hari ulang tahun ke-800 Paus St. Selestinus V, Paus Benediktus XVI memproklamirkan Tahun Selestinus dari 28 Agustus 2009 hingga 29 Agustus 2010. Siapakah Paus St. Selestinus V? Ia adalah seorang Kudus, seorang biarawan Benediktin pengikut spiritualitas St. Benediktus dari Nursia yang terpilih sebagai Paus namun kemudian mengundurkan diri dari tahta kepausannya.


Hari ini, 11 Februari 2013, Bapa Suci Benediktus XVI yang mengambil nama St. Benediktus dari Nursia sebagai nama kepausannya, mengikuti jejak Paus St. Selestinus V, mengumumkan bahwa Beliau akan mengundurkan diri pada 28 Februari 2013 pukul 20.00.  Alasannya adalah Paus Benediktus XVI menyatakan tidak mampu lagi melaksanakan tugas pelayanannya karena kesehatan yang semakin memburuk. Pengumuman ini bisa dibaca sendiri di situs radio resmi dan situs berita resmi Vatican di mana terdapat rekaman suara Bapa Suci yang mengumumkan pengunduran diri Beliau.
http://en.radiovaticana.va/articolo.asp?c=663815

Bagaimanakah kita menanggapi soal ini? haruskah kita panik dan ketakutan?

Berita pengunduran ini memang mengejutkan banyak pihak dan reaksi terhadap pernyataan Paus ini beragam; dari yang terkejut sekali, mengejek, sedih, marah dan sebagainya.

Secara pribadi, Indonesian Papist merasa sangat sedih sekali dikarenakan Bapa Suci Benediktus XVI adalah seorang Paus yang teguh dan tegas. Banyak tulisan telah Beliau hasilkan sejak ditahbiskan sebagai Imam hingga dipilih Roh Kudus menjadi Paus bagi lebih dari 1 milyar umat Katolik di dunia. Pada masa Beliaulah, saya bisa mengenal iman Katolik lebih dalam dan berani untuk mempertanggungjawabkannya melalui apologetika dan mewartakannya di dunia maya. Pada masa Beliau jugalah, saya bisa merasakan Misa Latin Tradisional, Misa Tridentinum.

Sejak pengunduran diri Beliau nanti, Tahta Suci akan memasuki fase "Sedevacante", Tahta sedang Kosong, di mana Para Kardinal Gereja Katolik akan mempersiapkan konklaf untuk memilih Paus berikutnya.

Paus Benediktus XVI, berdasarkan sejarah, bukanlah Paus pertama yang mengundurkan diri. Seorang Paus, meskipun tidak lazim, dapat mengundurkan diri dari Tahta Suci. Bapa Suci dapat mengundurkan diri jika ia menghendakinya. Kitab Hukum Kanonik menyatakan, �Apabila Paus mengundurkan diri dari jabatannya, maka untuk sahnya dituntut agar pengunduran diri itu terjadi dengan bebas dan dinyatakan semestinya, tetapi tidak dituntut bahwa harus diterima oleh siapa pun� (Kan 332 no 2). Namun demikian, jika seorang paus dipilih sebagai Penerus St Petrus, Gereja mengharapkan bahwa ia tetap mengemban jabatannya hingga akhir hayatnya.

Paus pertama yang mengundurkan diri adalah Paus St Pontianus yang dipilih sebagai Penerus St Petrus pada tanggal 21 Juli 230. Dalam masa penganiayaan umat Kristiani di bawah Kaisar Maximinus Thrax, St Pontianus dibuang ke Sardinia dan dijatuhi hukuman kerja paksa di tambang garam, di mana tak seorang pun diharapkan keluar dalam keadaan hidup dari sana. Sebab itu, ia mengundurkan diri sebagai paus pada tanggal 28 September 235 guna memungkinkan pemilihan seorang paus baru, St. Anterus, yang dapat menggembalakan Gereja. Paus St Pontianus wafat sebagai martir pada tahun 236 (atau 237), karena perlakuan keji terhadapnya atau karena suatu pukulan yang mematikan.

Paus lain yang mengundurkan diri adalah St Selestine V, yang dipilih sebagai paus pada tanggal 5 Juli 1294 dan dinobatkan pada tanggal 29 Agustus. St Selestine adalah seorang biarawan Benediktin yang menikmati hidup sebagai seorang pertapa dan terkenal karena spiritualitasnya. Guna mengakhiri jalan buntu Dewan Kardinal, ia dipilih sebagai paus meskipun usianya telah 84 tahun. Segera saja ia menjadi korban muslihat para kardinal dan kaum bangsawan. Ia mengundurkan diri pada tanggal 13 Desember 1924 dan kembali ke biaranya. Penerusnya, Paus Bonifasius VIII, memerintahkan agar St Selestine dipenjarakan, agar tak memungkinkan adanya usaha untuk menaikkannya ke tahta lagi. Paus St Selestine wafat pada tanggal 19 Mei 1295.

Paus Gregorius XII (1406 - 1415) terpilih sebagai paus yang sah pada masa di mana ada dua paus tandingan: Anti Paus dari Avignon - Benediktus XIII - yang didukung oleh raja Perancis; dan Anti Paus dari Pisa - Yohanes XXIII - yang didukung oleh Konsili Pisa yang diselenggarakan oleh kaum pembelot. (Perlu diingat bahwa kedua nama yang disebut belakangan tersebut bukanlah paus yang sesungguhnya.) Pada akhirnya, dalam Konsili Konstans (yang merupakan konsili resmi), guna memulihkan Gereja, Paus Gregorius XII secara resmi mengundurkan diri, Benediktus XIII mengundurkan diri dan Yohanes XXIII dipaksa turun tahta; lalu dipilihlah Paus Martin V (1417 - 1431) sebagai penerus sah St Petrus, menggantikan Paus Gregorius X.

Oleh karena itu, apa yang bisa kita lakukan sekarang adalah mendukung dan menghargai keputusan Bapa Suci Benediktus XVI ini dan mendoakan Beliau supaya selalu dilindungi dan diberkati Allah. Marilah kita doakan semoga Roh Kudus memilih pengganti Beliau yang kudus untuk menggembalakan kita.

Oh Santo Petrus, doakanlah Paus Benediktus XVI. Amin

Referensi: Pater William Saunders: Can A Pope Retire?
Pax et Bonum

Sunday, December 23, 2012

Surat Natal Paus Benediktus XVI Waktu Kecil Kepada Bayi Yesus

Joseph Ratzinger Saat Berusia 5 Tahun
Surat tua yang baru-baru ini ditemukan dari Joseph Ratzinger kecil kepada Bayi Yesus mengungkapkan keinginan Sang Paus kala berusia 7 tahun untuk menjadi seorang imam dan juga mengungkapkan devosinya kepada Hati Kudus.
Dear Baby Jesus,
Quickly come down to earth. You will bring joy to children. Also bring me joy. I would like a Volks-Schott, green clothing for Mass and a heart of Jesus. I will always be good.
Greetings from Joseph Ratzinger

Terjemahan:
Bayi Yesus Yang Terkasih,
Bersegeralah turun ke bumi. Engkau akan membawakan sukacita kepada anak-anak. Juga membawakanku sukacita. Aku akan menyukai Volks-Schott, pakaian hijau untuk Misa dan sebuah hati Yesus. Aku akan selalu jadi baik.
Salam dari Joseph Ratzinger.
Catholic News Agency memberikan penjelasan singkat mengenai permintaan Natal Ratzinger kecil:
Hal pertama yang Paus inginkan adalah sebuah Schott, salah satu dari buku doa pertama dengan teks Misa dalam bahasa Jerman dan teks paralel dalam bahasa Latin. Pada waktu itu, terdapat dua edisi di Jerman, satu untuk orang dewasa dan satu untuk anak-anak.

Joseph Ratzinger dan Georg Ratzinger Pada Saat Merayakan Misa Perdana Mereka
Ratzinger kecil juga meminta �pakaian hijau untuk Misa�. Paus dan saudara-saudarinya terbiasa bermain �permainan imam�, dan ibu mereka, seorang penjahit, membantu mereka dengan membuatkan pakaian yang sama dengan yang dipakai oleh para imam. Info ini berdasarkan wawancara Inside The Vatican dengan saudara Paus, Mgr. Georg Ratzinger, beberapa tahun lalu.

Ratzinger kecil juga meminta hati Yesus, merujuk kepada sebuah gambar Hati Kudus di mana keluarganya memiliki devosi mendalam kepada Hati Kudus.

Permintaan ini, menurut korazym.org yang mempublikasikan surat tersebut, merupakan permintaan yang tidak biasa untuk seorang anak kecil berusia 7 tahun yang umumnya meminta mainan atau permen yang mana mainan dan permen tersebut selalu ada untuk ketiga saudaranya kala Natal.

Surat tua ini ditemukan selama renovasi sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal Paus Benediktus XVI kala Beliau masih menjadi seorang professor di Regensburg, dan surat ini dipublikasikan pada tanggal 18 Desember yang lalu. Surat ini disimpan oleh saudari Paus, Mary, setelah rumah Paus tersebut dialihkan menjadi sebuah museum kecil yang didedikasikan kepada Paus.

�Paus sangat senang menemukan surat [tersebut] dan isinya membuat Beliau tersenyum,� kata sekretaris Paus, Monsinyur Georg Gaenswein.

Pax et Bonum