Latest News

Featured
Featured

Gallery

Technology

Video

Games

Recent Posts

Sunday, June 14, 2020

Doa Silih Kepada Hati Yesus Yang Mahakudus

Yesus yang penuh kasih, Engkau begitu mengasihi dunia ini. Tetapi betapa kami sering mengabaikan kasih-Mu. Maka kami akan melakukan silih atas segala kelalaian dalam hidup kami yang amat melukai hati umat-Mu.
U. Hati Yesus yang mahakudus, jangan memperhitungkan dosa kami.
  
Kami mohon ampun atas dosa-dosa yang amat memalukan. Kami akan melakukan silih bagi mereka yang tegar hati dalam ketidakpercayaan, bagi mereka yang meninggalkan Terang, dan bagi yang tersesat seperti domba yang tanpa gembala, dan juga bagi mereka yang mengingkari janji baptisnya, dan yang menghindari beban ringan perintah-Mu.
U. Hati Yesus yang mahakudus, jangan memperhitungkan dosa kami.
  
Kami ingin melakukan silih atas segala dosa masyarakat kami, atau nafsu liar dan rendah, atas kecurangan umat-Mu, atas sikap tak peduli dan sumpah serapah, atas sikap melawan Gereja-Mu, atas sikap tidak hormat dan penghinaan terhadap kasih-Mu dalam Sakramen Mahakudus, dan atas pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum-Mu.
U. Hati Yesus yang mahakudus, jangan memperhitungkan dosa kami. 
  
Itulah dosa-dosa yang menyebabkan Engkau wafat. Tetapi kami ingin ikut ambil bagian dalam penebusan-Mu dengan membawa ke altar kurban hidup yang Kaulaksanakan di salib. Kami juga ingin ikut serta dalam penderitaan Santa Perawan Maria, para Kudus, dan seluruh Gereja-Mu. 

U. Hati Yesus yang mahakudus, jangan memperhitungkan dosa kami.
Karena rahmat-Mu kami ingin melakukan silih atas dosa-dosa kami, dan juga dosa-dosa orang lain. Kami akan melakukan silih dengan menjadi orang yang teguh iman, dengan hidup suci dan dengan setia kepada hukum Injil, yang hukum utamanya adalah Kasih.
U. Hati Yesus yang mahakudus, jangan memperhitungkan dosa kami.
  
Kami berjanji untuk melakukan yang terbaik agar orang-orang tidak menghina Engkau, dan agar orang-orang mengikuti Engkau.
U. Hati Yesus yang mahakudus, jangan memperhitungkan dosa kami.
  
Yesus Tuhan, terimalah ungkapan cinta kasih kami ini bersama doa-doa Santa Perawan Maria, yang berdiri di dekat salib-Mu, yang menjadi teladan dalam berbuat silih. Jagailah kami agar setia sampai mati. Bimbinglah kami agar setia kepada-Mu dan tuntunlah kami agar dapat masuk ke tanah terjanji di surga, tempat Engkau bersama Bapa dan Roh Kudus, hidup dan meraja sepanjang masa.
U. Hati Yesus yang mahakudus, jangan memperhitungkan dosa kami.  

Sunday, March 29, 2020

Doa Litani yang digunakan saat Urbi et Orbi Luar Biasa




LITANI PERMOHONAN

KAMI MENGASIHI-MU, YA TUHAN

   
Allah yang sejati dan manusia yang sejati, sungguh hadir dalam sakramen Kudus ini
Kami mengasihi-Mu, ya Tuhan
Juruselamat kami, Allah-bersama-kita, setia dan penuh belas kasihan
Kami mengasihi-Mu, ya Tuhan
Raja dan Tuhan atas penciptaan dan sejarah
Kami mengasihi-Mu, ya Tuhan
Pemenang dosa dan kematian
Kami mengasihi-Mu, ya Tuhan

Teman bagi manusia, dibangkitkan dan hidup di sisi Bapa
Kami mengasihi-Mu, ya Tuhan


KAMI PERCAYA PADA-MU, YA TUHAN

  
Putra Tunggal Bapa, turun dari surga untuk keselamatan kita
Kami percaya pada-Mu, ya Tuhan
Dokter surgawi, yang tunduk pada kesengsaraan kita
Kami percaya pada-Mu, ya Tuhan
Kurban Anak domba, yang Engkau tawarkan untuk menebus kami dari kejahatan
Kami percaya pada-Mu, ya Tuhan
Gembala yang baik, yang memberikan kehidupan kepada kawanan yang Engkau cintai
Kami percaya pada-Mu, ya Tuhan
Roti Hidup dan Obat keabadian yang memberi kami kehidupan kekal
Kami percaya pada-Mu, ya Tuhan 

      
BEBASKANLAH KAMI, YA TUHAN

   
Dari kuasa Iblis dan godaan dunia
Bebaskanlah kami, ya Tuhan

Dari kebanggaan dan anggapan dapat melakukan segala sesuatu tanpa-Mu.
Bebaskanlah kami, ya Tuhan
Dari tipuan ketakutan dan kepedihan
Bebaskanlah kami, ya Tuhan
Dari ketidakpercayaan dan keputusasaan
Bebaskanlah kami, ya Tuhan
Dari kekerasan hati dan ketidakmampuan untuk mencintai
Bebaskanlah kami, ya Tuhan

 
SELAMATKAN KAMI, YA TUHAN

   

Dari segala kejahatan yang menimpa kemanusiaan
Selamatkan kami, ya Tuhan
Dari kelaparan, kekeringan dan keegoisan
Selamatkan kami, ya Tuhan
Dari penyakit, epidemi dan ketakutan pada saudara
Selamatkan kami, ya Tuhan
Dari kegilaan yang menghancurkan, kepentingan kejam dan kekerasan
Selamatkan kami, ya Tuhan
Dari penipuan, informasi palsu dan manipulasi hati nurani
Selamatkan kami, ya Tuhan

KUATKANLAH KAMI, YA TUHAN

  
Lihatlah Gereja-Mu, yang menyeberangi padang pasir
Kuatkanlah kami, ya Tuhan
Lihatlah kemanusiaan, ketakutan akan ketakutan dan kepedihan
Kuatkanlah kami, ya Tuhan
Lihatlah yang sakit dan yang sekarat, ditindas oleh kesepian
Kuatkanlah kami, ya Tuhan
Lihatlah dokter dan profesional kesehatan, mereka yang kelelahan
Kuatkanlah kami, ya Tuhan
Lihatlah politisi dan administrator, yang membawa beban keputusan
Kuatkanlah kami, ya Tuhan

BERILAH KAMI ROH-MU, YA TUHAN

    
Pada waktu pencobaan dan kebingungan
Berilah kami Roh-Mu, Tuhan

Dalam godaan dan kerapuhan
Berilah kami Roh-Mu, Tuhan

Dalam memerangi kejahatan dan dosa
Berilah kami Roh-Mu, Tuhan

Dalam pencarian akan kebenaran yang baik dan sukacita yang benar
Berilah kami Roh-Mu, Tuhan
Dalam keputusan untuk tinggal pada-Mu dan dalam persahabatan-Mu
Berilah kami Roh-Mu, Tuhan

BUKALAH KAMI UNTUK HARAPAN, YA TUHAN

   
Jika dosa menindas kami
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan

Jika benci menutup hati kami
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan

Jika rasa sakit mengunjungi kami
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan

Jika ketidakpedulian mendera kami
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan

Jika kematian memusnahkan kami
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan


Sumber: https://www.vaticannews.va  / KAJ

Friday, February 7, 2014

Haruskah Homili Memberikan Pengajaran yang Sistematis?

oleh Pater Kenneth Baker, SJ

Baru-baru ini seorang rekan imam bertanya kepada saya, �Bagaimana kita bisa mengajarkan iman selama homili pada Misa Minggu?� Dengan pertanyaan itu, ia menunjuk kepada suatu masalah yang telah mengganggu saya selama beberapa waktu: Dalam Liturgi Novus Ordo, bagaimana imam dapat memberikan pengajaran Katolik yang sistematis dan koheren mengenai Aku Percaya (Syahadat), 10 Perintah Allah dan 5 Perintah Gereja, dan Sakramen-sakramen selama perjalanan siklus 3 tahun dari pembacaan Kitab Suci?


Anda sekalian mungkin ingat bahwa sebelum Konsili Vatikan II, banyak uskup memberikan petunjuk rinci tentang masalah khotbah (sermon) untuk setiap hari Minggu. Dengan cara ini, prinsip-prinsip dasar iman dan moral Katolik diungkapkan selama periode tahunan. Sejak Konsili Vatikan II, prosedur ini tampaknya telah ditinggalkan. Mungkin ada beberapa uskup yang masih memberikan petunjuk-petunjuk seperti itu, tetapi saya pribadi belum pernah melihatnya.

Kita memiliki alasan untuk bersukacita atas Misa Novus Ordo yang memberikan bacaan Kitab Suci yang lebih lengkap yang sekarang kita miliki dalam Leksionari selama periode tiga tahun. Ketika Konsili Vatikan II memberikan penekanan besar atas peran Kitab Suci dalam Misa Kudus dan menambah serta memperpanjang bacaan dalam Misa Kudus, kita menyaksikan perpindahan dari �khotbah� (Sermon) tradisional menuju �homili� (Homily). Khotbah cenderung berfokus pada iman, moral, penjelasan atas Syahadat/Credo (Aku Percaya). Sementara itu, Homili sekarang cenderung merupakan �penjelasan� atas bacaan Kitab Suci pada hari itu. Penjelasan itu biasanya dalam bentuk penafsiran yang belum sempurna atau bergerak ke teologi biblis, yaitu sebuah tema dari Kitab Suci yang dikembangkan dan disarankan oleh bacaan-bacaan pada hari itu.

Prosedur tersebut adalah baik. Kita perlu kembali kepada Kitab Suci dan itulah yang kita miliki selama 40-an tahun terakhir. Akan tetapi, dalam pandangan saya, pada saat yang bersamaan telah terjadi pengabaian yang serius terhadap pengajaran iman Katolik fundamental dalam cara sistematis kepada umat beriman di kebanyakan paroki. Juga, hanya ada sedikit atau malah tidak ada sama sekali hubungan atau kesinambungan antara homili-homili pada hari Minggu yang satu ke hari Minggu yang berikutnya. Dan hasilnya adalah lebih banyak dan semakin banyak umat Katolik tidak tahu apa yang Gereja Katolik ajarkan mengenai pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti dosa asal, dosa berat dan dosa ringan, Inkarnasi Firman Allah, Tritunggal Mahakudus, surga, neraka, api penyucian, Kehadiran Nyata Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi, kebangkitan badan dan seterusnya.

Jutaan umat Katolik bingung dan kacau pemahamannya dan kebingungan dan kekacauan tersebut membawa kepada perpecahan. Terlihat pada saya bahwa kita sedang menyaksikan Protestantisasi Gereja Katolik yang stabil, dalam artian bahwa setiap orang - berdasarkan prinsip-prinsip Sola Scriptura (Hanya Kitab Suci saja dasar ajaran iman) dan penafsiran pribadi - menentukan dan memutuskan untuk diri mereka sendiri apa yang Kitab Suci dan iman Katolik ajarkan. Sekarang ada sekitar 20.000 bentuk Protestantisme yang berbeda dan kita sekarang terlihat memiliki beberapa bentuk berbeda dari Katolisisme, tidak secara resmi tapi secara de facto.

Tampaknya adalah sebuah ide yang bagus bagi para uskup untuk mengerjakan program pengajaran sistematis yang baru dan komprehensif mengenai Aku Percaya / Credo, 10 Perintah Allah dan 5 Perintah Gereja, Sakramen-sakramen yang akan menjadi kunci untuk Tahun A, B, dan C dari siklus 3 tahun bacaan Kitab Suci. Kami telah menjalankan program seperti itu dalam homili-homili HPR (Homiletic and Pastoral Review) kami sejak tahun 1980. Program sistematis seperti itu direkomendasikan oleh Sinode Para Uskup di Roma pada tahun 2008 tetapi sejauh ini terlihat tidak ada yang dilakukan mengenai hal itu. Homili mengenai Kitab Suci adalah baik, tetapi umat Katolik juga membutuhkan pengajaran yang jelas mengenai hal-hal fundamental dari iman Katolik. 

Pater Kenneth Baker, SJ adalah editor emeritus dari HPR (Homiletic and PastoralReview) yang telah melayani sebagai editor selama lebih dari 30 tahun. Beliau adalah pengarang buku best-selling �Fundamentals of Catholicism� (3 volume) dan buku pengantar Kitab Suci populer, �Inside the Bible�.

Tuesday, February 4, 2014

Homili Santo Yohanes Paulus II pada Pesta Pembaptisan Tuhan

Homili lama ini diterjemahkan oleh Indonesian Papist untuk dimuat pada Buletin Lentera Iman edisi Februari 2014 dengan tema Baptis.

Homili Paus Yohanes Paulus II pada Pesta Pembaptisan Tuhan

Minggu, 12 Januari 1997
 
St. Yohanes Paulus II Membaptis Seorang Bayi


�Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus� (Mat 28:19)

Hari ini Gereja sedang merayakan Pesta Pembaptisan Kristus dan tahun ini juga saya mengalami sukacita memberikan Sakramen Baptis kepada beberapa bayi yang baru lahir; 10 perempuan dan 9 laki-laki, 14 di antaranya adalah orang Italia, 2 Polandia, 1 Spanyol, 1 Meksiko dan 1 India. Selamat datang para orang tua terkasih yang telah datang ke sini bersama dengan anak-anak anda sekalian. Saya juga menyapa para wali baptis serta kalian semua yang hadir di sini.

Saudara-saudari terkasih, sebelum memberikan Sakramen Baptis kepada anak-anak baru lahir ini, saya ingin merenungkan bersama anda mengenai sabda Allah yang baru saja kita dengar. Injil menurut Markus, seperti Injil-injil Sinoptik lainnya, bercerita tentang Pembaptisan Yesus di Sungai Yordan. Liturgi Epifani mengenang peristiwa ini dalam sebuah kesatuan tiga peristiwa (triptych) yang mencakup juga Penyembahan Para Majus dari Timur dan Pernikahan di Kana. Masing-masing dari 3 peristiwa ini dalam kehidupan Yesus dari Nazaret adalah sebuah pewahyuan khusus mengenai keputraan ilahi-Nya. Gereja-gereja Timur memberikan penekanan khusus terhadap pesta hari ini, menyebutnya dengan singkat, �Yordan�. Mereka memandang peristiwa ini sebuah momen dalam manifestasi Kristus yang terhubung dekat dengan Natal. Memang, lebih daripada kelahiran-Nya di Betlehem, Liturgi Timur menyoroti pewahyuan mengenai Kristus sebagai Putera Allah, yang terjadi dengan intensitas yang luar biasa persis selama Pembaptisan-Nya di Sungai Yordan.

Apa yang Yohanes Pembaptis sampaikan di tepi Sungai Yordan adalah pembaptisan penyesalan untuk pertobatan dan pengampunan dosa. Tetapi Yohanes Pembaptis mengatakan: �Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.� (Mrk 1:7-8). Yohanes Pembaptis menyatakan ini kepada begitu banyak pentobat yang berbondong-bondong mengikuti dia untuk mengakukan dosa mereka, bertobat dan bersiap untuk memperbaiki hidup mereka.

Pembaptisan yang diperintahkan oleh Yesus sebagaimana yang Gereja dengan setia dan tidak hentinya lakukan hingga saat ini adalah sungguh berbeda dari pembaptisan oleh Yohanes Pembaptis. Pembaptisan yang dilakukan oleh Gereja membebaskan manusia dari dosa asal dan mengampuni dosa-dosanya, menyelamatkan ia dari perbudakan yang jahat dan merupakan tanda kelahiran kembali dalam Roh Kudus; Pembaptisan yang dilakukan oleh Gereja memberikan kepada manusia kehidupan yang baru yaitu partisipasi dalam kehidupan Allah Bapa yang diberikan oleh Putra Tunggal-Nya yang menjadi manusia, wafat dan bangkit kembali.

Setelah Yesus keluar dari air, Roh Kudus turun atas-Nya dalam rupa seekor merpati, surga terbuka dan suara Bapa didengar dari langit: �Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.� Dengan demikian, peristiwa Pembaptisan Kristus bukan hanya pewahyuan akan keputraan ilahi-Nya, tetapi pada saat yang sama merupakan pewahyuan akan seluruh Tritunggal Mahakudus. Bapa � suara dari langit � mengungkapkan Yesus Putra Tunggal-Nya  sehakikat dengan Bapa dan semua ini terjadi oleh keutamaan Roh Kudus yang dalam bentuk burung merpati turun atas Kristus, Tuhan yang diurapi.

Pada Kisah Para Rasul, kita membaca mengenai Pembaptisan yang diberikan oleh Rasul Petrus kepada Kornelius dan keluarganya. Dengan demikian, Petrus melaksanakan perintah Kristus yang bangkit kepada para murid-Nya: �Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.�Pembaptisan adalah sakramen dasar dan pertama dalam Gereja, sakramen kehidupan baru dalam Kristus.

Saudara-saudari terkasih, sesaat lagi anak-anak ini juga akan menerima Pembaptisan dan menjadi anggota hidup Gereja. Mereka pertama akan diurapi dengan Oleum Catechumenorum (Minyak Katekumen) sebagai simbol kekuatan lembut Yesus yang diberikan kepada mereka untuk berjuang melawan kejahatan. Lalu air suci akan dituangkan ke atas mereka sebagai simbol pemurnian batin mereka melalui karunia Roh Kudus, sebagaimana air yang dituangkan oleh Yesus saat Ia wafat di kayu salib. Mereka kemudian langsung diberikan pengurapan yang kedua dan sangat penting dengan �Krisma� untuk menunjukkan bahwa mereka dikonsekrasikan dalam citra Yesus, yang diurapi oleh Bapa. Lalu setiap ayah dari anak-anak tersebut menerima sebuah lilin yang dinyalakan dari lilin Paskah, simbol terang iman yang harus terus dijaga dan dibesarkan bersama rahmat pemberi hidup Roh Kudus oleh para orang tua dan wali baptis.

Para orang tua dan wali baptis yang terkasih, marilah kita mempercayakan anak-anak kecil ini kepada perantaraan kebundaan Perawan Maria. Marilah kita memohon kepada Bunda Maria untuk menyertai anak-anak kecil yang berpakaian putih ini menerima martabat baru mereka sebagai anak-anak Allah, umat Kristen sejati dan saksi-saksi yang berani akan Injil sepanjang hidup mereka.
Amin!

Sumber: Vatican.va

Tuesday, January 28, 2014

Download Gratis Buletin Lentera Iman

Pada halaman ini, para pembaca sekalian bisa mendownload gratis ebook buletin Katolik Lentera Iman. Anda sekalian bisa menikmati berbagai katekese, informasi dan lain-lain mengenai Gereja Katolik termasuk tulisan-tulisan dari Indonesian Papist di dalam buletin ini. 


Buletin Lentera Iman ini adalah buletin Katolik non-profit dan para penulisnya secara sukarela menyumbangkan tulisan tanpa dibayar. Buletin Lentera Iman dijual dalam bentuk hardcopy / versi cetak dengan harga Rp 5.000. Keuangan buletin Lentera Iman disokong terutama berkat hasil penjualan versi cetak dan beberapa donatur yang memasang iklan. Buletin Lentera Iman ini sendiri dibagikan secara gratis kepada para katekis atau fasilitator pendalaman iman di  wilayah pedalaman Keuskupan Agung Makassar sebagai referensi atau bahan pengajaran. Bila anda sekalian ingin menyisihkan sebagian uang untuk mendukung karya kerasulan pers ini, anda dapat mengirimkannya ke rekening tujuan yang tertera pada halaman kedua buletin ini. Berikut ini berbagai edisi Buletin Lentera Iman yang dapat anda download dengan gratis dalam bentuk ebook .pdf:

Edisi � Tema

Catatan:
1. Bila ingin menyalin isi artikel ini beserta link download atau me-reupload (upload ulang) ebook Buletin Lentera Iman di situs jejaring sosial, mohon tetap mencantumkan �dikutip dari: www.muntecom.blogspot.com�. Hal ini tidak berlaku bagi mereka yang mendapatkan kiriman ebook Buletin Lentera Iman melalui email dari Paroki St. Theresia Rantepao atau dari anggota Redaksi Buletin Lentera Iman.
2. Beberapa edisi yang belum ada akan segera diupload.
3. Tidak ada imbalan apapun yang saya dapat dari mengupload buletin ini di situs saya. Begitu pula, para pembaca sekalian tidak berhak untuk mengomersialisasikan e-book Buletin Lentera Iman dalam bentuk apapun.
pax et bonum

Saturday, January 25, 2014

Bahaya Menyamakan Konsili Vatikan II Dengan Pembaharuan Liturgi



Oleh : Prof. Peter Kwasniewski
Diterjemahkan bebas oleh : HiFraX

Paus Yohanes Paulus II menunjukkan : �Bagi banyak orang, pesan Konsili Vatikan II dirasakan terutama melalui pembaharuan liturgi� (Vicesimus Quintus Annus, 12)




Itu baru hanya masalah kecil, bukan? Jika pembaharuan liturgi itu sendiri dirusak � dan tidak lagi merupakan suatu kejujuran intelektual untuk menganggap bahwa pembaharuan liturgi tidak dirusak, dalam beberapa hal tertentu yang sangat penting, di saat munculnya kritik-kritik pedas terhadap pembaharuan Liturgi yang buruk dari Gamber, Ratzinger, Nichols, Lang, Mosebach, Robinson, Reid dan kawan-kawan, � dan yang lebih buruk jika pelaksanaannya masih dikompromi lebih jauh lagi dengan memasukkan unsur sekularisme yang berlaku di masyarakat, kita harus bertanya: Versi apa, atau mungkin, karikatur mana dari Vatikan II yang banyak orang terima gagasannya mengenai Konsili itu dan, mungkin secara ekslusif, dari siapa revolusi liturgi itu datang?

Mereka mengambil sedikit atau bahkan tidak sama sekali ajaran Konsili yang otentik � ajaran yang menyegarkan bahwa, berdasarkan intensi Yohanes XXIII dan banyak kata-kata dari Vatikan II itu sendiri, sepenuhnya disesuaikan dengan pengajaran dari konsili-konsili ekumenikal sebelumnya, terutama konsili Trente dan Vatikan I. Tetapi bukannya roti, melainkan umat beriman malah diberikan batu. Bukannya isi yang substantif (sesungguhnya), orang-orang beriman malah diberikan sebuah hermeneutic, yaitu sebuah cara untuk melihat Gereja, pengajarannya, tradisinya, liturginya � yang secara pasti itu adalah salah satu perpecahan dan diskontinuitas. Untuk menjadi seorang Katolik di zaman yang memabukkan ini berarti menjadi berbeda, menjadi yang lain, menjadi up-to-date; hal ini tentunya tidak bermaksud untuk menjadi sama, konsisten dengan masa lalu, bergantung pada tradisi. Gereja tidak lagi merupakan Tubuh Mistik dan Mempelai Tak Bernoda dari Yesus Kristus; Gereja sudah memperbaharui diri, memperbaharui diri tanpa sebuah target, bahkan tanpa banyak rencana, memperbaharui hanya demi memperbaharui. Seperti yang dipertanyakan oleh teolog Protestan yang terkenal, Karl Barth, saat kemunculan Konsili : �Kapan Gereja akan mengetahui bahwa dirinya sudah cukup terupdate?� Saya pikir itu adalah yang Anda sebut sebagai pertanyaan retorik.

Tragisnya, generasi klerus (para kaum tertahbis) telah dilatih dalam hermeneutik akan perpecahan dan diskontinuitas yang sama (hermeneutic of rupture and discontinuity), begitu juga dengan hampir seluruh uskup di dunia. Itulah mengapa kebangkitan yang tidak terduga dari bentuk-bentuk iman dan peribadatan yang tradisional (seperti Misa Tridentin / Misa Latin Tradisional) diantara orang-orang muda Katolik, yang seiring waktu meningkat menjadi komitmen yang bersemangat dalam diri orang-orang muda Katolik tersebut, adalah sumber dari kebingungan, kekhawatiran, dan bahkan kemarahan bagi para klerus tersebut. Berdasarkan latihan dan kebiasaan berpikir mereka, klerus-klerus itu menyamakan liturgi zaman sekarang dan penyimpangannya yang beraneka ragam itu dengan Vatikan II dan kemudian menyamakan kecintaan atau pilihan akan liturgi yang tradisional dan budaya yang melingkupinya sebagai penolakan akan Vatikan II. Hal ini mungkin benar bagi sebagian orang, tetapi hal ini tidak benar secara keseluruhan, dan hal ini tidak perlu untuk menjadi benar sama sekali.

Kelihatannya tidaklah penting bahwa liturgi tradisional dan kehidupan utuh Katolik yang faktanya menopang secara teguh dalam harmoni dengan pengajaran terbaik dan terhebat dari Konsili itu � kita hanya perlu memikirkan Lumen Gentium, Dei Verbum, dan bahkan Sacrosanctum Concilium. Tidaklah penting bahwa Paus Benediktus XVI, teolog terhebat yang duduk di Tahta Petrus setelah berabad-abad, melihat keberlanjutan/kontinuitas antara ajaran dan praksis liturginya sendiri dengan yang berasal dari Konsili yang dulunya ia berikan kontribusi besar di sana. Tidak, itu tidaklah penting, karena itu tidak terlihat demikian penting bagi orang-orang Katolik yang tidak peduli pada dokumen-dokumen Konsili, tidak peduli pada warisan liturgis Gereja dan buruknya umat Katolik ini dibentuk demikian oleh hampir 50 tahun pelecehan Liturgi (liturgical abuse).

Apa yang penting saat ini adalah untuk menunjukkan - secara sabar, secara gigih, dan secara akurat, dengan kerendahan hati dan kepercayaan diri yang lahir dari pembelajaran yang hati-hati -  bahwa para Bapa Konsili Vatikan II tidak menginginkan atau meminta pembaharuan liturgi yang berasal dari Konsilium Uskup Agung Bugnini, bahwa Misa Novus Ordo tidak dalam kesesuaian penuh dengan Sacrosanctum Concilium (lihat di sinidan di sini), dan bahwa pengajaran dari 16 dokumen resmi Vatican II justru mendukung dan bukannya melucuti teologi dan ulah kesalehan Katolik yang tradisional. Bagaimanapun, hal terakhir yang dapat kita lakukan adalah tidak mengizinkan diri kita untuk terlibat dengan bacaan-bacaan yang memiliki kebenaran setengah-setengah atau bacaan yang bertendesi memperlebar perpecahan, baik bersumber dari para modernis atau tradisionalis [yang berada di luar persatuan dengan Paus].

Benar bahwa ada banyak masalah, kesulitan, dan ambiguitas di dalam dokumen-dokumen konsili. Benar bahwa tidak semua formulasi dalam Konsili Vatikan II adalah kebal terhadap kritik-kritik yang sah � bahkan Ratzinger mengeluh bahwa bagian dari Gaudium et Spes �benar-benar Pelagian�. Dan tidak diragukan lagi bahwa ada Uskup-uskup dan para ahli di dalam Konsili Vatikan II yang meminta untuk memasukkan modernisme ke dalam dokumen-dokumen Konsili dan � sampai pada batas tertentu - sukses dalam mempengaruhi formulasinya. Tapi lebih pasti lagi bahwa dokumen-dokumen final yang direview berkali-kali dan melewati wadah pengawasan dari kepausan dan konsili adalah - dengan sejumlah kecil pengecualian - sehat dalam isi dan formula;  dan inilah yang paling pasti bahwa mereka bebas dari kesalahan dalam iman dan moral, menjadi tindakan resmi dari sebuah konsili ekumenis dan secara agung dipromulgasikan oleh Paus. Kita tidak boleh pernah - seperti dulunya - menelantarkan Konsili kepada para modernis; Konsili ini hanya akan menjadi mainan bagi tangan-tangan iblis.

Bagaimanapun, bukan hanya Konsili yang paling baru ini yang memberikan bagi kita peta dan aturan untuk bergerak, tetapi juga seluruh Tradisi Katolik dan seluruh Magisterium sejak 2000 tahun ini, yang mana Konsili ini hanyalah sebuah bagian kecil dan di dalam Tradisilah dimana kita mengerti Konsili ini secara benar. Kita tahu bahwa di dalam prinsip, tidak ada bacaan dari Vatikan II yang mungkin benar bila menghasilkan pertentangan antara masa lalu dan masa kini. Tetapi kita dibimbing oleh seluruh pengajaran Gereja, tidak hanya dari yang terbaru. Memang, kita beruntung untuk memiliki sebuah �tubuh� yang walaupun ia berkembang seiring waktu tetapi dasarnya tidak dapat berubah secara esensi. Para pendukung dari perubahan abadi bisa saja memiliki liturgi-liturgi aneh mereka dan secara politis mengoreksi katekismus, tetapi mereka bukanlah lagi seorang Katolik.

Videos