Latest News

Thursday, October 17, 2013

Terima Sakramen via Media Komunikasi

Oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, banyak hal yang semakin dimudahkan dan jarak tempuh seolah semakin diperpendek. Namun, ada hal negatif yang muncul dalam kehidupan umat yaitu kecenderungan untuk merasa cukup mengikuti Misa Kudus dari TV atau dari menonton rekaman Misa Kudus. Anggapannya adalah dengan mengikuti Misa Kudus dari TV, kita sudah hadir dan berpartisipasi dalam Misa Kudus. Selain itu, muncullah juga keinginan untuk mengakukan dosa dalam Sakramen Tobat melalui telepon, e-mail, video-chatting, dan sebagainya. Keinginan ini muncul karena keseganan dan ketakutan untuk mengakukan dosa secara langsung sehingga berpikir untuk mencari jalan pintas yang lebih mudah.

 
Sedikit intermezzo, coba bayangkan kalau penerimaan sakramen-sakramen dapat dilakukan melalui perantara media komunikasi. Bayangkan seorang imam menikahkan sepasang pria wanita melalui perantara media video-call di mana si imam sendirian berada di suatu Gereja di Jakarta dan sepasang pria wanita ini sedang berada di Medan. Bayangkan saat kita sedang sakit keras dan imam juga menggunakan video-call untuk memberikan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, mengolesi layar laptopnya sendiri dengan minyak urapan orang sakit. Bukankah hal-hal tersebut adalah hal yang tidak wajar dan aneh?

Tentu saja bila ditinjau dari aturan Gereja mengenai Perayaan Sakramen, Gereja sama sekali tidak memberi ruang untuk penggunaan media-media komunikasi sebagai perantara dalam pemberian Sakramen. Gereja tidak mengizinkan Sakramen diberikan melalui media-media komunikasi. Hal ini sudah sangat jelas. Namun, hendaknya kita tidak hanya ikut-ikutan taat pada aturan ini tapi kita taat karena aturan ini memiliki pesan penting yang hendak diungkapkan.

Tampaknya keinginan-keinginan di atas timbul karena umat mulai kehilangan pemahaman yang benar mengenai Sakramen-sakramen secara keseluruhan, dan secara khusus Sakramen Ekaristi dan Sakramen Pengakuan Dosa. Menghadiri Misa Kudus mulai dianggap sekadar rutinitas belaka dan mengakukan dosa dianggap tidak diperlukan lagi. Mari kita mengingat kembali ajaran Gereja Katolik mengenai Sakramen. Berikut ini adalah tanya jawab mengenai Sakramen yang terdapat di Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KKGK), sebuah buku yang memuat ringkasan ajaran Gereja Katolik dalam bentuk tanya jawab yang lebih mudah dipahami. Perhatikan pada bagian yang ditebalkan.

Apa itu Sakramen dan ada berapa macam?
Sakramen-sakramen yang ditetapkan oleh Kristus dan dipercayakan kepada Gereja merupakan tanda yang mendatangkan rahmat yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Ada tujuh Sakramen, yaitu Pembaptisan, Penguatan, Ekaristi Kudus, Tobat, Pengurapan Orang Sakit, Imamat dan Perkawinan. (KKGK 224)

Apa hubungan antara Sakramen-sakramen dengan Gereja?
Kristus sudah mempercayakan Sakramen-sakramen kepada Gereja-Nya. Sakramen-sakramen itu adalah Sakramen-sakramen Gereja dalam arti ganda: Sakramen-sakramen itu �dari Gereja� sejauh merupakan tindakan Gereja, yang pada gilirannya merupakan Sakramen tindakan Kristus, dan �untuk Gereja� sejauh Sakramen-sakramen itu membangun Gereja. (KKGK 226)

Apa hubungan antara Sakramen-sakramen dengan iman?
Sakramen-sakramen tidak hanya mengandaikan iman; unsur kata-kata dan ritual juga mengembangkan, memperkuat, dan mengungkapkannya. Dengan merayakan Sakramen, Gereja mengakui iman yang datang dari Para Rasul. Hal ini menjelaskan asal dari rumusan kuno, �lex orandi, lex credenti�, artinya Gereja meyakini apa yang didoakannya. (KKGK 228)

Mengapa Sakramen itu berdaya guna?
Sakramen itu berdaya guna ex opere operato (melalui kenyataan bahwa tindakan Sakramen itu dilaksanakan) karena Kristuslah yang bertindak dalam Sakramen itu dan mencurahkan rahmat yang ditandakan. Daya dari Sakramen tidak tergantung dari kesucian pribadi pelayannya. Namun, buah dari Sakramen itu tergantung dari disposisi orang yang menerimanya. (KKGK 229)

Apa sebabnya Sakramen-sakramen itu perlu bagi keselamatan?
Bagi orang beriman kepada Kristus, walaupun Sakramen-sakramen itu tidak semuanya diberikan kepada setiap orang beriman, Sakramen perlu untuk keselamatan karena memberikan rahmat Sakramental, pengampunan dosa, pengangkatan sebagai anak-anak Allah, menyelaraskan diri kepada Kristus Tuhan dan keanggotaan di dalam Gereja. Roh Kudus menyembuhkan dan mengubah mereka yang menerima Sakramen-sakramen. (KKGK 230)

Apa itu rahmat Sakramental?
Rahmat Sakramental adalah rahmat Roh Kudus yang diberikan oleh Kristus yang terdapat dalam setiap Sakramen. Rahmat ini membantu orang beriman dalam perjalanannya menuju kesucian dan dengan demikian juga membantu Gereja untuk berkembang di dalam cinta kasih dan memberikan kesaksian kepada dunia. (KKGK 231)

Apa hubungan antara Sakramen dengan kehidupan kekal?
Dalam Sakramen, Gereja sudah �mencicipi� kehidupan kekal, sambil �menantikan penggenapan pengharapan yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus Kristus� (Tit 2:13). (KKGK 232)

Dari banyak tanya jawab di atas bisa kita lihat inti pengajaran Gereja mengenai Sakramen yaitu bahwa Sakramen adalah tanda yang mendatangkan rahmat dan dapat ditangkap pancaindra. Sakramen bukan sekadar ritual tapi adalah sekaligus tindakan Kristus dan tindakan Gereja. Kristus, melalui para imam, adalah yang bertindak dalam Sakramen itu dan mencurahkan rahmat yang ditandakan. Dengan merayakan Sakramen-sakramen, Gereja mengakui iman yang diterima dari Para Rasul (Iman yang apostolik) dan dalam Sakramen-sakramen ini, kita sebagai anggota Gereja �mencicipi� kehidupan kekal.

Dengan melihat pengajaran Gereja di atas, tentu adalah sesuatu yang aneh bila kita sebagai umat Katolik yang memiliki kekayaan sakramen-sakramen untuk keselamatan justru malah menolak untuk berpartisipasi langsung di dalamnya, dan memilih menggunakan media-media perantara. Kita seperti menolak untuk menerima rahmat dari Kristus yang hendak Ia berikan secara langsung dalam sakramen-sakramen. Mari kita analogikan diri kita sebagai seorang yang sedang sakit dan Yesus Kristus sebagai dokter. Bagaimana kita bisa diperiksa, disembuhkan, dioperasi, diobati bila kita sendiri tidak hadir langsung di ruang di mana dokter itu berada?

Gereja juga memandang bahwa dalam pemberian Sakramen, perlu ada perjumpaan antar pribadi, yaitu antara manusia dengan Kristus yang hadir. Dalam Sakramen Ekaristi, Kristus hadir secara nyata dalam rupa Roti dan Anggur yang sudah dikonsekrasi. Dalam Sakramen Ekaristi, kita bisa mengecap betapa sedapnya Tuhan. Dalam Sakramen Pengakuan Dosa, kita merasakan secara nyata besarnya kerahiman Allah dalam absolusi (pengampunan) yang diberikan Allah melalui Imam. Menolak hadir secara langsung dalam Misa Kudus dan Pengakuan Dosa itu sama saja dengan menolak perjumpaan langsung dengan Allah. Perjumpaan dengan Allah dalam Sakramen tidak bisa diwakili oleh alat teknologi informasi dan komunikasi apapun. Paus Benediktus XVI mengatakan: �Sangat penting selalu diingat, bahwa kontak virtual tidak bisa dan tidak seharusnya menjadi pengganti dari kontak manusiawi langsung dengan orang-orang pada semua tingkatan masyarakat kita.� Pesan dari Paus Benediktus XVI juga berlaku dalam kontak kita dengan Allah yang transenden sekaligus imanen yang hadir dalam Sakramen-sakramen.

Sebagai manusia yang utuh, kita tidak bisa berpikir secara parsial, berprinsip �yang penting hati dan pikiran� sementara kita juga memiliki tubuh. Tentu saja tubuh hadir di Perayaan Sakramen tapi hati dan pikiran melayang ke mana-mana bukanlah sesuatu yang tepat. Tapi mengambil posisi ekstrim lainnya �yang penting hati dan pikiran� sehingga mengabaikan partisipasi langsung tubuh dalam Perayaan Sakramen juga tidaklah tepat. Partisipasi kita dalam Perayaan Sakramen baru menjadi penuh bila tubuh dan jiwa kita bersama-sama ikut hadir, berpartisipasi dan mengarah kepada Allah.

Teknologi informasi dan komunikasi  tentu dapat berguna untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan kita akan Sakramen-sakramen. Ada sebuah aplikasi di handphone yang berisi tata cara Pengakuan Dosa yang benar disertai pertanyaan-pertanyaan renungan yang membantu kita memeriksa batin dan mengingat dosa-dosa yang hendak kita akukan dalam Sakramen Tobat. Ada juga aplikasi yang berisi Kalender Liturgi yang berguna bagi kita untuk mengetahui apa saja bacaan Kitab Suci pada hari ini sekaligus mengenang Para Santo-Santa yang pestanya dirayakan pada hari ini. Semoga kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membantu kita semakin menghayati, mendalami, dan menghidupi Sakramen-sakramen Gereja dan bukan malah menjauhkan kita dari Sakramen-sakramen Gereja. Mari menimba rahmat Allah dalam Sakramen-sakramen Gereja.

Saturday, October 12, 2013

Santo Isidorus dari Sevilla - Pelindung Aktivitas di Internet


Oratio ante colligationem in interrete:
Omni�potens aeterne Deus, qui secundum imaginem Tuam nos plasmasti et omnia bona, vera, et pulchra, praesertim in divi�na persona Unigeniti Fi�lii Tui Domini nostri Iesu Christi, quaerere iussi�sti, praesta, quaesumus, ut, per intercessionem Sancti Isidori, Epi�scopi et Doctoris, in peregrinationibus per interrete, et manus oculosque ad quae Tibi sunt placita intendamus et omnes quos conveni�mus cum caritate ac patientia accipiamus. Per Christum Dominum nostrum. Amen.

Doa sebelum berselancar di internet:
Allah yang kekal dan kuasa, yang menciptakan kami dalam rupa-Mu dan memanggil kami untuk mencari semua yang baik, benar, dan indah, terutama di dalam pribadi ilahi Putra-Mu yang tunggal, Tuhan kami Yesus Kristus, kami mohon, dengan pengantaraan Santo Isidorus, Uskup dan Pujangga Gereja, supaya dalam perjalanan kami di internet kami mengarahkan tangan dan mata kami kepada apa yang berkenan kepada-Mu dan memperlakukan semua orang yang kami temui dengan kasih dan kesabaran. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Demikianlah doa sebelum berselancar di internet yang dibuat oleh Romo John Zuhlsdorf dari Amerika Serikat. Dalam doa tersebut, disebutkan nama seorang santo yaitu Santo Isidorus yang berasal dari Sevilla. Siapakah Santo Isidorus dari Sevilla ini?


Santo Isidorus dari Sevilla lahir di Cartagena, Spanyol, pada sekitar tahun 566. Santo Isidorus adalah putra dari Severianus dan Theodora. Saudara laki-laki tertuanya, Santo Leander, adalah Uskup Sevilla. Saudara laki-lakinya yang lain, Santo Fulgentius, adalah Uskup Astigi. Sementara itu, saudara perempuannya, Santa Florentina, adalah seorang biarawati dan memimpin lebih dari 40 biara dengan lebih dari 1000 biarawati. Santo Isidorus adalah yang paling muda dari 4 bersaudara santo-santa ini.

Sejak kematian ayahnya, Santo Isidorus muda dibimbing dan diajar oleh saudara tertuanya, Santo Leander. Santo Isidorus muda sangat frustasi ketika ia tidak bisa belajar secepat yang dikehendaki oleh Santo Leander. Ia kemudian kabur namun ketika ia beristirahat di bawah sebuah pohon dan melihat tetesan-tetesan air jatuh terus-menerus ke atas batu dan membuat lubang pada batu tersebut. Di sini, Santo Isidorus menyadari bahwa bila ia tetap tekun dan berusaha keras untuk belajar, ia pasti bisa menguasai pelajaran-pelajaran tersebut. Santo Isidorus menjadi seorang yang rajin dan berhasil menguasai bahasa Latin, Yunani dan Ibrani yang sangat penting untuk memahami Kitab Suci. Ia adalah salah seorang terpintar di Sevilla. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam.

Setelah kematian Santo Leander, Santo Isidorus dipilih menggantikannya sebagai Uskup Sevilla. Santo Isidorus menjadi Uskup Sevilla pada masa orang-orang Visigoth, bangsa barbar, menguasai penuh seluruh Spanyol. Orang-orang ini menganut ajaran sesat Arianisme yang menolak keilahian Kristus dan membawa budaya barbarisme. Pada masa itu pendidikan semakin menghilang oleh budaya barbarisme ini. Santo Isidorus melihat pendidikan sebagai cara untuk meredam barbarisme sekaligus membawa orang-orang Visigoth kembali ke ajaran yang benar. Pada Konsili Toledo IV yang dimulai tanggal 5 Desember 633, Santo Isidorus ditunjuk memimpin konsili tersebut oleh persetujuan bulat para uskup yang hadir. Konsili ini mendekritkan seluruh keuskupan di Spanyol harus mendirikan seminari dan sekolah-sekolah untuk mendorong pendidikan Kristiani bagi para imam dan awam. Disiplin religius juga diteguhkan kembali. Berkat usaha promosi pendidikan yang dilakukan oleh Santo Isidorus, orang-orang Visigoth berhasil ditobatkan dari ajaran sesat arianisme dan akhirnya bersatu dengan Gereja Katolik. Budaya barbarisme mereka pun menghilang. Santo Braulio, Uskup Zaragoza, menyebutkan Santo Isidorus sebagai orang kudus yang diberikan oleh Allah untuk menyelamatkan orang-orang Spanyol dari arus barbarisme yang mengancam peradaban Spanyol.

Mengenai teologi, Kitab Suci dan Gereja Katolik; Santo Isidorus menulis banyak buku seperti �De Veteri et Novo Testamento quastiones� yang berisi tanya jawab mengenai Kitab Suci, "De fide catholica ex Veteri et Novo Testamento, contra Judaeos" yang berisi pembahasan mengenai iman Katolik dan Kitab Suci, "Sententiarum libri tres" yang adalah rangkuman teologi dogmatik dan moral, "De ecclesiasticis officiis" mengenai Liturgi dan Hierarki Gereja Katolik dan masih banyak lagi.

Santo Isidorus tidak hanya mendorong pendidikan religius tetapi juga pendidikan bahasa, hukum, ilmu alam dan obat-obatan. Santo Isidorus menuliskan sebuah ensiklopedia ilmu pengetahuan universal yang hingga sekarang masih dianggap sebagai salah satu ensiklopedia yang terbaik. Pada abad pertengahan (15 dan 16), beberapa abad sejak ditulis pada abad ke-7,  ensiklopedia ini tetap menjadi buku pegangan dan referensi berbagai institusi pendidikan.  Ensiklopedia itu berjudul �Etymologiae�, terdiri dari 20 buku mengenai berbagai cabang ilmu pengetahuan.
1. 3 buku pertama membahas mengenai teologi, filosofi, retorika, dialektika, dan logika.
2. Buku ke-4 membahas mengenai obat-obatan dan perpustakaan.
3. Buku ke-5 membahas mengenai hukum dan kronologi.
4. Buku ke-6 membahas mengenai kitab-kitab gerejawi.
5. Buku ke-7 membahas mengenai Allah dan hierarki surgawi dan duniawi.
6. Buku ke-8 membahas mengenai Gereja Katolik dan sekte-sekte di luar Gereja Katolik yang berjumlah tidak kurang dari 68 sekte.
7. Buku ke-9 mengenai bahasa-bahasa, etnografi, kerajaan-kerajaan dan gelar-gelar resmi.
8. Buku ke-10 mengenai etimologi.
9. Buku ke-11 mengenai manusia.
10. Buku ke-12 mengenai hewan-hewan.
11. Buku ke-13 mengenai dunia dan bagian-bagian di dalamnya.
12. Buku ke-14 mengenai geografi fisik.
13. Buku ke-15 mengenai pembangunan gedung-gedung publik dan pembuatan jalan.
14. Buku ke-16 mengenai batu-batuan dan logam.
15. Buku ke-17 mengenai pertanian (agrikultur).
15. Buku ke-18 mengenai terminologi perang, yurisprudensi dan kegiatan-kegiatan publik.
16. Buku ke-19 mengenai perkapalan, perumahan dan pakaian.
17. Buku ke-20 mengenai alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian dan furnitur-furnitur.
Buku �Etymologiae� inilah yang menjadi salah satu dasar mengapa Santo Isidorus dari Sevilla diangkat menjadi Santo Pelindung Aktivitas di Internet. Buku ini menjadi semacam antique database, pusat data yang antik, yang berisi informasi-informasi mengenai berbagai macam topik.

Selama hampir 36 tahun menjadi Uskup Sevilla, ketertarikan Santo Isidorus terhadap pendidikan tidak membuatnya lupa akan orang-orang miskin. Santo Ildefonsus dari Spanyol mencatat bahwa Santo Isidorus gemar beramal bagi orang-orang miskin. Ia sering menjamu makan orang-orang miskin di rumahnya sehingga rumahnya ramai dari pagi sampai malam dengan orang-orang miskin dari berbagai daerah di Spanyol. Santo Ildefonsus juga menceritakan bahwa pada saat menjelang ajalnya, Santo Isidorus memohon dua orang uskup datang menemuinya. Bersama dengan dua uskup tersebut, Santo Isidorus melakukan ritual tobat dan meminta Sakramen Pengakuan kepada salah seorang dari mereka. Santo Isidorus meminta kedua uskup itu untuk mendorong kehidupan beramal dan meminta agar uang keuskupan yang belum terpakai digunakan dan diberikan kepada orang-orang miskin. 4 hari kemudian, tanggal 4 April 636, Santo Isidorus meninggal dan ia dikuburkan di Katedral Sevilla di antara makam saudara dan saudarinya, Santo Leander dan Santa Florentina. Pada masa pendudukan Islam atas Spanyol, relikui Santo Isidorus dirusak dan dipindahkan. Ferdinandus, Raja Castille dan Leon menemukan kembali relikui Santo Isidorus dan menempatkannya di Gereja Santo Yohanes Pembaptis di Leon yang masih ada hingga sekarang. Pesta Santo Isidorus dari Sevilla dirayakan setiap tanggal 4 April. Santo Isidorus dari Sevilla digelari Doktor Gereja (Pujangga Gereja) oleh Paus Innosensius XIII pada tahun 1722. 

Referensi: 
Ensiklopedia Katolik
EWTN

pax et bonum 

Wednesday, October 9, 2013

"Saya Percaya Tuhan, tetapi Bukan Tuhan Katolik" (Respon)


Banyak umat Katolik juga non-Katolik terkejut atau bingung dengan pemberitaan media-media Indonesia yang bertajuk �Paus Fransiskus: Saya Percaya Tuhan, tetapi Bukan Tuhan Katolik�. Jika membandingkan pemberitaan di media-media tersebut dengan teks asli wawancara Paus Fransiskus dengan Ateis bernama Eugenio Scalfari, dapat dengan mudah ditemukan fakta bahwa media-media keliru menafsirkan, mengutip sepotong-sepotong, dan menuduh Paus Fransiskus seorang liberal. Seorang rekan sesama admin di page Katolik Menjawab telah membuat tanggapan atas pemberitaan media-media tersebut. Saya sangat merekomendasikan anda sekalian membacanya. Silahkan klik link di bawah ini:



Pada artikel ini, saya hendak mengajak para pembaca sekalian untuk membaca pernyataan Paus Fransiskus mengenai keyakinan Beliau akan Allah dalam terang sebuah homili yang Paus Fransiskus berikan pada Pesta Santo Georgius. Sebelumnya saya akan mengutip tanya jawab dalam wawancara tersebut yang menjadi topik artikel ini:

PAUS FRANSISKUS: But now let me ask you a question: you, a secular non-believer in God, what do you believe in? You are a writer and a man of thought. You believe in something, you must have a dominant value. Don't answer me with words like honesty, seeking, the vision of the common good, all important principles and values but that is not what I am asking. I am asking what you think is the essence of the world, indeed the universe. You must ask yourself, of course, like everyone else, who we are, where we come from, where we are going. Even children ask themselves these questions. And you?"

EUGENIO SCALFARI: I am grateful for this question. The answer is this: I believe in Being, that is in the tissue from which forms, bodies arise.

PAUS FRANSISKUS: "And I believe in God, not in a Catholic God, there is no Catholic God, there is God and I believe in Jesus Christ, his incarnation. Jesus is my teacher and my pastor, but God, the Father, Abba, is the light and the Creator. This is my Being. Do you think we are very far apart?"

Di sini, Paus Fransiskus mengajukan pertanyaan kepada Scalfari, �sebagai seorang yang tidak percaya kepada Allah, apa yang engkau percayai?�. Scalfari menjawab bahwa dia percaya pada Being yang dipahami sebagai esensi dunia, sesuatu yang membentuk. Dan barulah setelah itu Paus Fransiskus merespon �Saya percaya kepada Allah, tidak kepada seorang Allah Katolik, tidak ada Allah Katolik, yang ada adalah Allah dan saya percaya kepada Yesus Kristus, inkarnasi-Nya. Yesus adalah guru dan gembala saya, tetapi Allah Bapa, Abba adalah terang dan Pencipta. Ini adalah Being saya. Apakah kamu berpikir kita sungguh terpisah jauh?�


Sebenarnya dengan melihat konteks wawancara tersebut, kita menemukan sesuatu yang cukup jelas dan tidak bertentangan dengan iman Gereja Katolik. Di sini, Paus Fransiskus sedang mengajak Si Ateis Scalfari untuk mencari dan mengenal Allah lebih dalam, sembari Paus Fransiskus menegaskan bahwa Allah itu bukan hanya Allah bagi orang Katolik tapi bagi semua manusia termasuk bagi para ateis. Sayangnya pemahaman yang berbeda disampaikan media-media Indonesia sehingga apa yang disampaikan oleh Paus Fransiskus menjadi kabur atau dikaburkan. 

Dalam konteks pemberitaan yang kabur oleh media-media ini yang mengira Paus sedang menyangkal iman Katoliknya, seharusnya kita bertanya-tanya juga mengapa Paus dan kita masih menjadi seorang Katolik? Mengapa Paus dan kita tidak menjadi universalis atau spiritualis tanpa agama?

Homili Paus Fransiskus dalam Pesta St. Georgius memberikan kejelasan atas pertanyaan-pertanyaan ini.
And so the Church was a Mother, the Mother of more children, of many children. It became more and more of a Mother. A Mother who gives us the faith, a Mother who gives us an identity. But the Christian identity is not an identity card: Christian identity is belonging to the Church, because all of these belonged to the Church, the Mother Church. Because it is not possible to find Jesus outside the Church. The great Paul VI said: "Wanting to live with Jesus without the Church, following Jesus outside of the Church, loving Jesus without the Church is an absurd dichotomy." And the Mother Church that gives us Jesus gives us our identity that is not only a seal, it is a belonging. Identity means belonging. This belonging to the Church is beautiful.
Demikianlah Gereja adalah seorang Bunda, Bunda dari lebih banyak anak, banyak anak. Gereja semakin dan semakin menjadi seorang Bunda. Seorang Bunda yang memberikan kita iman, seorang Bunda yang memberikan kita sebuah identitas. Tetapi identitas Kristiani bukanlah sebuah kartu identitas (KTP):  Identitas Kristiani adalah menjadi milik Gereja, karena semua ini merupakan milik Gereja, [milik] Bunda Gereja. Karena tidaklah mungkin menemukan Yesus di luar Gereja. Sang Agung Paus Paulus VI berkata: �Ingin hidup bersama Yesus tanpa bersama Gereja, mengikuti Yesus di luar Gereja, mencintai Yesus tanpa Gereja adalah sebuah dikotomi yang absurd.� Dan Bunda Gereja yang memberikan kita Yesus, memberi kita identitas yang bukan sekedar sebuah materai, [tapi] suatu kepemilikan. Identitas berarti kepemilikan. Menjadi milik Gereja ini adalah [hal] yang indah.
Dan di bagian dari paragraf terakhir dari homili tersebut, Paus Fransiskus menegaskan kembali:
Think of this Mother Church that grows, grows with new children to whom She gives the identity of the faith, because you cannot believe in Jesus without the Church.�
�Pikirkanlah mengenai Bunda Gereja ini yang tumbuh dan tumbuh dengan anak-anak baru yang kepada mereka dia (Bunda Gereja) memberikan identitas iman, karena engkau tidak dapat percaya kepada Yesus tanpa Gereja.�
Bagi yang familiar dengan pengajaran Bapa Gereja St. Siprianus dari Kartago, kita bisa melihat bahwa Paus Fransiskus dalam homilinya ini menegaskan kembali apa yang disampaikan St. Siprianus dari Kartago mengenai Gereja sebagai Bunda dan dalam relasinya dengan Allah sebagai Bapa.
Thus too the Church bathed in the light of the Lord projects its rays over the whole world, yet there is one light which is diffused everywhere, and the unity of the body is not separated. She extends her branches over the whole earth in fruitful abundance; she extends her richly flowing streams far and wide; yet her head is one, and her source is one, and she is the one mother copious in the results of her fruitfulness. By her womb we are born; by her milk we are nourished; by her spirit we are animated. (St. Cyprian of Carthage, On The Unity of the Catholic Church chapter 5)
The spouse of Christ cannot be defiled; she is uncorrupted and chaste. She knows one home, with chaste modesty she guards the sanctity of one couch. She keeps us for God; she assigns the children whom she has created to the kingdom. Whoever is separated from the Church and is joined with an adulteress is separated from the promises of the Church, nor will he who has abandoned the Church arrive at the rewards of Christ. He is a stranger; he is profane; he is an enemy. He cannot have God as a father who does not have the Church as a mother. (St. Cyprian of Carthage, On The Unity of the Catholic Church chapter 6)
Sangat jelas diajarkan oleh St. Siprianus, dan digemakan lagi oleh Paus Fransiskus, bahwa mereka yang tidak memiliki Gereja sebagai Bunda tidak dapat memiliki Allah sebagai Bapa. Kebundaan Gereja sendiri secara konsisten sudah diajarkan sejak era Para Bapa Gereja Awal. 

Kita bisa mendapatkan sebuah kejelasan di sini dari memahami pernyataan Paus Fransiskus dalam wawancara tersebut dalam kesatuan dengan homili Paus Fransiskus pada Pesta St. Georgius.

Paus Fransiskus menjelaskan tidak pernah Gereja mengajarkan bahwa ada yang namanya Allah Katolik. Allah adalah Allah. Dia adalah Allah bagi seluruh manusia tak peduli agamanya atau keyakinannya apa termasuk bagi Si Ateis Eugenio Scalfari, terlepas dari mereka percaya atau tidak. Allah memang mendirikan GerejaNya, yaitu Gereja Katolik. Tapi hal ini bukan berarti bahwa Dia secara eksklusif hanya menjadi Allah bagi orang Katolik saja atau menjadi salah satu dari banyak ilah-ilah atau sesembahan yang ada di dunia. Demikian juga Allah yang berinkarnasi, Tuhan Yesus Kristus, yang diimani oleh Paus Fransiskus; Yesus bukan hanya Tuhan bagi umat Katolik tapi juga bagi semua orang, dan Tuhan Yesus Kristus tidaklah mungkin ditemukan di luar Gereja. Kita tidak dapat percaya kepada Yesus Kristus Sang Allah tanpa Gereja.

pax et bonum