Latest News

Sunday, April 28, 2013

Kelirumologi �Kristen dan Katolik�


Kelirumologi adalah istilah humoris untuk merujuk kepada beberapa kekeliruan logika dalam pembentukan frasa dan kata yang sudah terlalu sering dipakai pengguna Bahasa Indonesia sehingga dianggap benar. Dari judul artikel ini, tentulah yang akan saya bahas adalah kekeliruan logika dalam pembentukan istilah �Kristen dan Katolik�.

Banyak umat Katolik di Indonesia terjebak pada istilah yang salah kaprah yaitu "Kristen dan Katolik" di mana umat Katolik berpikir bahwa Katolik bukanlah Kristen.  Ada pula yang ditanya, "Anda seorang Kristen?"; tetapi umat Katolik tersebut malah menjawab "Bukan, saya seorang Katolik". Salah kaprah di Indonesia termasuk dalam pembuatan KTP menyebabkan istilah yang tidak tepat "Kristen dan Katolik" mendarah-daging di mana pemahamannya nama �Kristen� itu merujuk kepada Protestan sementara �Katolik� kepada Katolik.

Sayangnya, karena kesalahkaprahan yang sudah mendalam ini, sulit sekali untuk mengoreksinya secara luas. Meskipun begitu, umat Katolik hendaknya berprinsip membiasakan yang benar daripada membenarkan kebiasaan.

St. Pacianus dari Barcelona

Permasalahan ini ternyata sudah pernah dijelaskan dan dipecahkan oleh seorang Bapa Gereja, St. Pacianus (310-391 M), Uskup Barcelona dari tahun 365-391 M. St. Pacianus menulis sebuah surat-surat (epistula) kepada Sympronianus yang berisi Seruan Pertobatan dan Penjelasan Mengenai Pembaptisan. Pada surat pertamanya, St. Pacianus berbicara mengenai nama �Katolik�.



St. Pacianus berkata:

�Kristen adalah nama saya, tetapi Katolik adalah nama belakang saya (my surname). Yang pertama memberikan saya sebuah nama, yang terakhir membedakan saya. Oleh yang satu saya diterima, oleh yang lainnya saya ditandai.�


St. Pacianus melanjutkan:

�Dan bila pada akhirnya kita harus memberikan pertanggungjawaban atas kata �Katolik� dan mengambilnya dari bahasa Yunani oleh interpretasi Latin; [makna] �Katolik� adalah �di seluruh� atau sebagaimana orang terpelajar pikir �ketaatan dalam semuanya� yaitu dalam semua perintah Allah. Yang dari Rasul [Paulus], �apakah kamu taat dalam segala sesuatu� (2 Kor 9:12) dan lagi �sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.� (Rom 5:19). Oleh karena itu, barangsiapa adalah Katolik, orang yang sama adalah taat. Barangsiapa adalah taat, orang yang sama adalah seorang Kristen dan dengan demikian Katolik adalah Kristen. Oleh karena itu, umat kita (our people), ketika dinamai Katolik, dipisahkan oleh sebutan ini dari nama yang sesat (heretical name).�


Dari pernyataan St. Pacianus dari Barcelona di atas, kita dapat melihat bahwa seorang Katolik pastilah seorang Kristen. Perlulah umat Katolik pahami bahwa identitas kita adalah Kristen Katolik, yaitu Pengikut Kristus (Kristen) di dalam Gereja Katolik yang kita imani sebagai satu-satunya Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus Kristus.



Sebagaimana yang dinyatakan St. Pacianus dari Barcelona di atas, nama �Katolik� digunakan untuk membedakan Gereja Kristus yang benar dari kelompok-kelompok sesat. Memang benar bahwa Gereja Kristus ini pada mulanya belum memiliki nama. Tetapi, kemunculan kelompok-kelompok yang mengajarkan ajaran sesat (di mana mereka juga mengaku Kristen) pada abad-abad pertama akhirnya membuat Gereja yang didirikan Kristus ini bernama Katolik. Santo Pacianus dari Barcelona menjelaskannya:

�Ketika setelah masa Para Rasul, ajaran sesat telah meledak dan menyebar dengan berbagai nama untuk merobek sedikit demi sedikit dan memecahbelah ... Bukankah umat Apostolik memerlukan nama mereka sendiri untuk menandai kesatuan orang-orang yang tidak rusak? ... Misalkan, hari ini, saya masuk ke sebuah kota yang padat. Ketika saya menemukan Marcionit, Apolinarian, Catafrigian, Novasian dan berbagai macam dari mereka yang menyebut diri mereka Kristen; dengan nama apa saya harus mengenal jemaat saya sendiri bila bukan diberi nama Katolik?�

Arti kata �Kristen� adalah �Pengikut Kristus�. Saat ditanya �Apakah anda seorang Kristen?�, perlu diperhatikan bahwa bila kita umat Katolik menjawab �Saya bukan Kristen, saya seorang Katolik.� maka akan muncul dua hal yang keliru yaitu:

1. Anda menyangkal diri anda seorang pengikut Kristus (Kristen).

2. Anda menunjukkan bahwa Katolik bukanlah pengikut Kristus (Kristen).



Nah, apakah kita umat Katolik mau menyangkal diri kita seorang pengikut Kristus? Tentu tidak bukan. J Kalau begitu, mari kita biasakan yang benar. Katolik adalah Kristen. Kita adalah Kristen Katolik, pengikut Kristus di dalam Gereja Katolik.



Mungkin akan muncul pertanyaan dari non-Katolik, �Kamu tadi bilang kamu seorang Kristen tapi kenapa kamu ikut Misa di Katolik? Kan Kristen itu beda dari Katolik.�  Ya dijelaskan saja kesalahkaprahan tersebut agar orang tersebut mengerti.



Jadi, saya tanya kepada anda umat Katolik: �Apakah anda seorang Kristen?�  Ya, saya seorang Katolik, Kristen Katolik.



Tambahan:

1. Gereja Katolik sejak dari awal sampai sekarang memang seringkali diserang dengan berbagai ajaran yang salah dan menyimpang (bidaah). Beberapa ajaran tersebut dapat dilihat di artikel ini.


2. Pada masa sekarang ternyata muncul juga Gereja atau persekutuan gerejawi yang menggunakan nama �Katolik� tetapi sebenarnya bukan �Katolik�. Perlu diketahui bahwa ciri yang pasti dari Katolik adalah persatuan penuh dengan Paus, Uskup Roma. Mereka yang tidak bersatu dengan Paus bukanlah umat Gereja Katolik.

3. In fact, kata "Katolik" ada dalam Kitab Suci. Silahkan baca artikel ini.

pax et bonum.

Thursday, April 25, 2013

Teladan Uskup Agung Andre-Joseph Leonard


KALAHKAN KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN HATI

Yang Mulia Uskup Agung Brussel-Mechelen (Belgia), Mgr. Andre-Joseph Leonard memberikan teladan yang di Indah walaupun berat dilakukan.

Pada suatu konferensi di Prancis, Beliau diserang dengan disiram air tanda penghinaan oleh para wanita bertelanjang dada anggota FEMEN (Radikal Feminis) yang mempromosikan perkawinan sesama jenis dan hak-hak wanita. (Lihat fotonya di sini: http://www.sanctepater.com/2013/04/femen-feminists-attack-archbishop-andre.html)

Uskup Agung Andre-Joseph Leonard tidak memberikan perlawanan melainkan duduk tenang dan berdoa meski empat wanita tersebut menyiram dirinya. Empat wanita tsb akhirnya diamakan pihak berwajib sementara Uskup Agung Leonard meninggalkan tempat setelah sebelumnya mencium botol air berbentuk patung Bunda Maria yang digunakan para feminist untuk menyerang Beliau sebagai bentuk penghormatan terhadap Bunda Maria.


Serangan ini bukanlah yang pertama. Karena posisinya, yang selaras dengan Gereja, menolak pernikahan sesama jenis dan homosexual union di mana Beliau mengajarkan supaya kaum homosexual hidup dalam kemurnian ketimbang melakukan pernikahan atau hubungan seks sesama jenis; Beliau sering dikritik dan diserang oleh pendukung homoseksual dan anti-Gereja. Pernah suatu waktu saat memimpin Misa, Beliau dilempar dengan kue torte (pie) oleh seorang pendukung homosexual. Namun, selesai Misa dengan rendah hati dan tegas Beliau berkata:"torte yang rasanya benar-benar enak." 
(Lihat di sini: http://eponymousflower.blogspot.com/2010/11/archbishop-mutien-assaulted-at-mass.html)

Ia TIDAK MENYERAH dengan melawan kaum Feminis dan kaum homosexual yang melegalkan perkawinan sejenis. Namun, Ia melawannya dengan hati bukan dengan senjata atau kekerasan.

Jadi teringat Surat rasul Paulus kepada umat di Roma
Roma 12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan hati.

Terima Kasih Yang Mulia.
Teladanmu begitu indah buat para umat.

Tambahan:
Penjelasan Mengapa Gereja menolak perkawinan sesama jenis dapat dibaca di sini:
http://katolisitas.org/tag/homoseksual

pax et bonum
(digubah dari tulisan Admin page Paroki Subang).

Saturday, April 20, 2013

Sekilas Tentang Katekumen dan Katekumenat Dewasa



1. Katekumen adalah istilah yang berasal dari Gereja Perdana, diberikan kepada seorang dewasa yang sedang belajar untuk mengenal, memasuki dan menghidupi iman Katolik. Para Katekumen akan menjalankan serangkaian program persiapan yang disebut Katekumenat. Setelah menyelesaikan Katekumenat, Para Katekumen selanjutnya akan menerima Sakramen-sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma dan Ekaristi) dalam Gereja Katolik.

2. Istilah �Katekumen� (juga �Katekis�) berasal dari bahasa Yunani, dapat ditemukan di Surat Paulus kepada umat di Galatia 6:6.


"Let him that is instructed in the word, [ho katechoumenos, is qui catechizatur] communicate to him that instructeth him [to katechounti, ei qui catechizat] in all good things."
Dan baiklah dia [ho katechoumenos], yang menerima pengajaran dalam Firman [is qui catechizatur], membagi [to katechounti] segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu [ei qui catechizat].

3. "Katekumen" hendaknya dibedakan dari "Audientes". "Audientes" adalah mereka yang baru mulai tertarik kepada iman Katolik, berbeda dari "Katekumen" yang telah membuat komitmen awal untuk mendapatkan iman Katolik.

4. Penganiayaan terhadap umat Katolik serta munculnya ajaran-ajaran pagan yang menyerang pada abad-abad pertama membuat Gereja Perdana mengadakan persiapan (Katekumenat) yang lebih mendalam bagi mereka yang hendak menjadi Katolik, yaitu dalam hal intelektual dan moral. Dalam hal intelektual untuk dapat memberikan pembelaan iman terhadap kaum pagan; dalam hal moral untuk dapat meneguhkan mereka yang mengalami penganiayaan oleh karena iman Katolik.

4. Setelah paganisme menghilang dan Kristianitas diberikan kebebasan oleh Kekaisaran Romawi dalam Edict Milan 313, Katekumenat menjadi kurang mendesak. Hal ini karena telah muncul banyak keluarga-keluarga Katolik yang melahirkan anak-anak yang kemudian dibaptis bayi dan diajarkan iman Katolik. Penjelasan lebih mendalam oleh Para Bapa Gereja mengenai pembaptisan bayi dan dosa asal sendiri juga menjadi faktor mengapa lebih banyak orang-orang Katolik dibaptis saat masih bayi ketimbang mengikuti masa katekumenat pada saat dewasa.

5. Karena saat ini banyak umat non-Katolik memilih untuk menjadi Katolik dan Gereja menghadapi fakta bahwa Gereja hidup di tengah keberagaman agama, katekumenat kembali menjadi hal yang penting dan mendesak. Tidak disangkal pula bahwa banyak Para Katekumen mendapatkan tekanan dan penolakan dari keluarga atau lingkungan sekitarnya karena keinginan untuk menjadi Katolik.  Oleh karena itu, Katekumenat diadakan untuk memberikan persiapan intelektual dan moral bagi para katekumen. Konsili Vatikan 2 dalam Sacrosanctum Concillium 64 mengamanatkan: "Katekumenat bertahap untuk orang dewasa hendaklah dihidupkan lagi dan dilaksanakan menurut kebijaksanaan Uskup setempat. Dengan demikian masa katekumenat, yang dimaksudkan untuk pembinaan memadai, dapat disucikan dengan merayakan upacara-upacara suci secara berturut-turut."

6. Lamanya Katekumenat bervariasi dari waktu ke waktu. Pada umumnya, masa katekumenat berlangsung dalam waktu yang lama untuk menguji dan melihat disposisi hati para katekumen. Untuk masa sekarang, lamanya katekumenat ditentukan oleh keuskupan setempat, umumnya satu tahun. Dulu, Konsili Elvira (306) menyebutkan lamanya katekumenat adalah 2 tahun. Namun, sebagaimana kondisi yang disebutkan pada poin 5, masa katekumenat dipersingkat. Konsili Agde (506 M) menjelaskan bahwa katekumenat dapat dilakukan selama 8 bulan dan kemudian Paus St. Gregorius Agung menguranginya menjadi 40 hari saja.

7. Meskipun begitu, beberapa orang kudus menjalankan masa katekumenat yang sangat lama. St. Ambrosius dari Milan, St. Agustinus dari Hippo, St. Basilius Agung dari Caesarea, St. Gregorius dari Nazianzus, dan St. Yohanes Krisostomos dari Konstantinopel bahkan baru dibaptis pada saat usia mereka telah melebihi 30 tahun meski telah didaftarkan untuk katekumenat sejak kecil. Sementara itu, Kaisar Konstantinus Agung, meski telah lama mengikuti masa katekumenat, baru dibaptis saat menjelang kematiannya. Konsili Neocaesarea dan Konsili Ekumenis Nicea juga pernah menyatakan bahwa katekumen yang melakukan perbuatan kriminal berat akan mendapatkan perpanjangan masa katekumenat dan mungkin pula statusnya diturunkan dari katekumen menjadi audientes (tampaknya sekarang sudah tidak berlaku lagi dan keputusan atas katekumen yang berbuat kriminal berat diserahkan kepada kebijakan keuskupan setempat).

8. Muncul pertanyaan mengenai baptisan para katekumen yang meninggal sebelum mendapatkan sakramen pembaptisan. Mengenai hal ini, Gereja telah menyatakan bahwa para katekumen dengan disposisi hati yang baik yang meninggal sebelum dibaptis karena penyakit atau kecelakaan dapat menerima Baptisan Rindu (Baptism of desire). Sedangkan yang meninggal sebelum dibaptis karena menjadi menumpahkan darah demi imannya (menjadi martir) menerima Baptisan Darah (Baptism of blood). Kedua bentuk baptisan ini memberikan rahmat yang sama dengan sakramen pembaptisan kepada para katekumen. Rahmat-rahmat tersebut adalah:
a. Pengampunan seluruh dosa termasuk dosa asal yang diterima dari Adam dan Hawa (bdk.Katekismus Gereja Katolik 1263 dan 1279)
b. Pemberikan meterai tak terhapuskan yang menggabungkan diri yang dibaptis dengan Kristus (bdk. KGK 1272-1274 dan 1279)
c. Persatuan dengan Gereja-Nya (bdk. KGK 1267 dan 1279)
d. Pengangkatan sebagai anak-anak Allah (bdk. KGK 1265 dan 1279)
e. Kesatuan Sakramental dari Kesatuan Kristen (bdk. KGK 1271)

9. Sebelum Katekumenat, diadakan periode pertama yaitu Pre-Katekumenat di mana calon Katekumen menunjukkan ketertarikannya atas iman Katolik dan menyatakan komitmen untuk siap menerima pewartaan dan pengajaran terlebih dahulu kepada Pastor Paroki dan/atau Para Katekis. Periode ini diakhiri dengan Upacara Pelantikan Katekumen. Di upacara ini, Calon Katekumen menyatakan secara publik niat mereka untuk masuk ke dalam Gereja Katolik.

10. Upacara Pelantikan Katekumen menjadi awal dari Periode Katekumenat. Pada masa ini, Para Katekumen menerima katekese ajaran iman, praktik dasar Kristiani dan liturgi. "Katekese ini menghantar para katekumen bukan hanya kepada suatu pengenalan yang pantas akan dogma-dogma dan ajaran-ajaran Gereja, melainkan juga kepada kepekaan mendalam akan misteri keselamatan di mana mereka rindu untuk ikut ambil bagian di dalamnya." (RCIA 75).

11. Upacara Pemilihan mengakhiri Periode Katekumenat. Ritus ini biasanya dilaksanakan pada Hari Minggu Prapaskah Pertama. Dalam ritus ini, atas dasar kesaksian para penjamin dan katekis, serta penegasan kembali dari Para Katekumen akan niat mereka untuk masuk ke dalam Gereja Katolik. Gereja mengadakan "pemilihan" atas Para Katekumen untuk dapat menerima Sakramen-sakramen Inisiasi. Sekarang Para Katekumen disebut "Para Pilihan" atau "Illuminandi" (mereka yang akan diterangi). Selanjutnya, mereka akan menjalankan persiapan akhir yang intensif seperti pengenalan diri dan pertobatan, upacara penyerahan Credo dan Doa Bapa Kami. Periode ini diakhiri dengan perayaan Sakramen-sakramen Inisiasi pada Malam Paskah. 

12. Setelah Malam Paskah, para baptisan baru (disebut Neofites) memasuki Periode Pembekalan Sesudah Baptis atau Mistagogi. Di sini Para Neofites hendaknya semakin masuk lebih dalam kepada kehidupan menggereja dan tumbuh dalam iman bersama dengan umat Katolik lainnya. Periode ini biasanya berakhir sekitar Hari Raya Pentakosta

Di sini kita melihat bahwa Gereja Katolik tidak terlalu mementingkan jumlah melainkan kualitas, juga perlu ditekankan bahwa mereka yang hendak menjadi Katolik haruslah berdasarkan atas keputusan mereka sendiri yang bebas dari pemaksaan orang lain.

Sumber: Ensiklopedia Katolik, Katekismus Gereja Katolik, dan Yesaya.
ditulis oleh Indonesian Papist
Pax et Bonum

Renungan Minggu Panggilan 2013 (Minggu Paskah IV)

oleh Rev. Pater Leo Sipahutar, OFM.Cap.

 
Bila kita pergi ke kota Roma, di sana kita bisa melihat sebuah gambar yang tertua dari Tuhan Yesus, yang berasal dari zaman Gereja Awal. Gambar itu dilukis pada dinding sebuah katakombe, yakni tempat persembunyian dari orang-orang kristen dulu di bawah tanah. Gambar itu memperlihatkan Yesus, bukan sebagai raja, bukan sebagai pengkhotbah, bukan juga sebagai orang yang tergantung di kayu salib, melainkan gambar itu menunjukkan Yesus sebagai seorang gembala, yang memanggul seekor anak domba pada bahu-Nya. Lukisan ini dibuat tentulah karena mendapat inspirasi dari ucapan Yesus sendiri yang menyebut diri-Nya "Gembala yang baik".


Yesus berkata: "Akulah Gembala yang baik, bukan seorang pencuri, bukan seorang penipu, bukan seorang yang meninggalkan dan menyesatkan domba-domba. Akulah gembala yang menjamin kehidupan bagi domba-domba". Dengan panjang lebar Injil Yohanes bab 10 menguraikan bagaimana Yesus sebagai Gembala yang baik turut merasakan suka-duka domba-domba gembalaan-Nya. Bahkan gembala yang baik itu rela menyerahkan nyawa-Nya demi domba-domba-Nya.

Dalam perikop Injil hari Minggu IV Masa Paskah Yesus berkata: " Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu." (Yoh 10: 27-30).

Saya rasa, sungguh merupakan suatu penghiburan yang menyejukkan hati bahwa kita sekarang ini masih boleh berbicara tentang gembala yang baik. Pada saat sekarang ini, di mana martabat manusia kurang dihormati lagi, di mana banyak manusia diperlakukan hanya sebagai alat, kita masih bisa mendengar tentang pemimpin dan gembala yang sejati. Syukur kepada Allah, bahwa di tengah krisis dan keprihatinan yang masih berlanjut melanda bangsa dan negara kita sekarang ini, kita masih diteguhkan oleh sabda Tuhan yang berkata: "Akulah Gembala yang baik".

Kita semua anggota Gereja ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan Kristus. Maka kalau Kristus menyebut diri-Nya "Gembala yang baik", sebenarnya kita masing-masing dipanggil juga menjadi gembala yang baik dalam bidang hidup kita masing-masing. Orangtua dipanggil sebagai gembala yang baik bagi anak-anaknya. Imam dan biarawan-biarawati dipanggil sebagai gembala yang baik bagi umatnya. Para guru dipanggil sebagai gembala yang bagi para anak didiknya. Para majikan dipanggil sebagai gembala yang baik bagi karyawannya, dan demikian juga pemerintah menjadi gembala yang baik bagi rakyatnya. Tak mungkin kita menjadi gembala yang baik dalam bidang hidup kita masing-masing, kalau hal itu kita lakukan di luar penggembalaan Kristus. Kristuslah pintu masuk ke dalam kandang domba. Maka kita harus masuk melalui Kristus. Artinya: bila kita menggembalakan tidak melalui Kristus, bila kita bertindak di luar Kristus, maka kita adalah pengacau, perusak den pengganggu bagi domba-domba yang dipercayakan kepada kita.

Yesus meminta setiap orang Kristen, baik yang sederhana maupun yang memiliki kekuasaan untuk meniruNya: menyadari kesatuanNya dengan Allah Bapa, dan dengan itu menyadari kesatuan komitmen; setiap orang harus menjadi pemimpin dalam hal melakukan kebaikan dan memerangi kezaliman agar dunia ini aman dan tenteram. Jika kita orang Kristen berhasil menjadi pemimpin yang baik maka orang akan melihat gambaran yang baik tentang Allah kita: Allah yang adalah pintu keselamatan, kaki yang kokoh menerjang berbagai tantangan, terang yang mengusir kegelapan, dan keindahan yang membuat kita dapat menikmati hidup dengan gembira. Kebangkitan Kristus merupakan panggilan bagi setiap orang Kristen menjadi pemimpin dalam kebaikan dan kesahajaan.


pax et bonum